BATAN Kembangkan Produksi Radioisotop dan Radiofarmaka

Tangsel, Technology-Indonesia.com – Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melalui Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) mengembangkan produksi radioisotop dan radiofarmaka untuk kesehatan. Hal ini untuk memenuhi Kebutuhan dalam negeri terhadap radioisotop dan radiofarmaka yang terus meningkat.

Kepala BATAN, Anhar Riza Antariksawan mengatakan, saat ini BATAN mendapat penugasan dari pemerintah sebagai koordinator untuk kegiatan prioritas riset nasional (PRN), salah satu dari kegiatan tersebut adalah pengembangan produksi radioisotop dan radiofarmaka. Kebutuhan dalam negeri terhadap radioisotop dan radiofarmaka ini terus meningkat seiring dengan berkembangnya pemanfaatan iptek nuklir di berbagai bidang khusunya di bidang kesehatan.

“Selama ini pasokan radioisotop dan radiofarmaka di dalam negeri dipenuhi oleh produk impor yang mencapai hingga di atas 90%. Padahal Indonesia mempunyai reaktor riset yang dapat digunakan untuk memproduksi radioisotop dan radiofarmaka,” kata Anhar pada jumpa pers di Kawasan Nuklir Serpong, Tangsel, Selasa (20/10).

Melalui kegiatan PRN ini, PTRR dengan menggandeng beberapa stakeholder diantaranya PT. Kimia Farma, LIPI, BPPT, BPOM, Bapeten, dan Universitas Padjajaran mengembangkan produksi radioisotop dan radiofarmaka. Targetnya adalah memproduksi radioisotop dan radiofarmaka untuk penanganan penyakit kanker, baik untuk diagnosa maupun terapi yang banyak dibutuhkan di dalam negeri.

Secara detail, Kepala PTRR, Rohadi Awaludin menjelaskan, kegiatan pengembangan produksi radioisotop dan radiofarmaka ini akan difokuskan pada tiga produk yang sangat dibutuhkan masyarakat. ketiga produk tersebut adalah Generator Mo-99/Tc-99m, Radiofarmaka berbasis PSMA (prostate specific membrane antigen) atau Lu-177-PSMA, dan Kit radiofarmaka Nanokoloid HSA.

Tc-99m banyak digunakan untuk diagnosis penyakit kanker, jantung, dan ginjal. Produk Lu-177-PSMA selain untuk diagnosis dan terapi prostat, hasil pencitraan sebaran radiofarmakanya dapat digunakan pula untuk mengetahui status terakhir sebaran kanker yang ada di dalam tubuh. Sedangkan Kit radiofarmaka nanokoloid HSA berguna untuk mendiagnosis sebaran kanker ke kelenjar limfa (limfoscintigrafi), khususnya sebaran dari kanker payudara.

“Ketiga produk ini diharapkan dapat mensubstitusi impor luar negeri, bahkan produk Radiofarmaka berbasis PSMA saat ini mulai banyak digunakan di luar negeri dan ini mempunyai potensi penggunaan yang sangat tinggi di dalam negeri,” kata Rohadi.

Rohadi menambahkan, tahapan kegiatan PRN dalam menghasilkan radioisotop dan radiofarmaka yang harus dilalui antara lain sintesis dan preparasi, peningkatan kapasitas produksi, uji praklinis jika diperlukan, dan uji klinis. Menurutnya, tidak semua produk radioisotop dan radiofarmaka memerlukan uji pra klinis karena merupakan hasil dari inovasi proses.

“Produk hasil inovasi proses merupakan substitusi produk impor yang telah ada selama ini sehingga tidak memerlukan uji pra klinis secara lengkap, yang diperlukan adalah uji kesetaraan dengan produk yang telah digunakan selama ini,” tambahnya.

Status capaian kegiatan pengembangan produksi radioisotop dan radiofarmaka di tahun 2020 ini secara umum adalah tahap sintesis dan preparasi. Sintesis dan preparasi radioisotop dan radiofarmaka dalam skala kecil telah berhasil dibuat di laboratorium.

“Tahun 2021 diharapkan skala pembuatan dapat ditingkatkan (peningkatan kapasitas) sampai skala dapat digunakan. Selanjutnya dilakukan serangkaian pengujian untuk memastikan dapat digunakan untuk pasien,” jelasnya.

Untuk produk Generator Mo-99/Tc-99m tutur Rohadi, pada tahun 2020 telah berhasil dibuat dalam skala laboratorium dan di akhir tahun ini generator secara utuh dapat diselesaikan. Tahun 2021 akan mulai dilakukan serangkaian pengujian untuk memastikan bahwa generator tersebut aman diangkut dan digunakan di rumah sakit.

Lu-177-PSMA tahun 2020 telah berhasil disintesis dalam skala kecil (puluhan mCi). Kemurnian radiokimia telah memenuhi persyaratan yaitu lebih dari 95%. Namun masih perlu dipastikan dari sisi stabilitasnya dalam berbagai media dan berbagai suhu.

“Sedangkan produk Nanokoloid HSA pada tahun 2020 telah berhasil dilakukan sintensis dan preparasi. Hasil sintesis dan preparasi non steril skala kecil telah berhasil diperoleh sesuai dengan persyaratan yaitu kurang dari 100 nm dan kemurnian radiokimia hasil penandaan dengan Tc-99m lebih dari 90%,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author