Riset Kelautan Belum Menyentuh Perikanan Tangkap

Belum adanya perhatian terhadap perikanan tangkap membuat Abdul Rokhman, Direktur Produksi PT. Perikanan Nusantara mengkritisi peta kompetensi kelembagaan yang ada selama ini.

“Khusus terkait  fokus riset masing-masing lembaga yang cenderung hanya terfokus pada perikanan darat (terrestrial), maka kami berharap konsorsium yang ada memberikan perhatian pada riset yang mendukung perikanan tangkap,” kata Abdul Rokhman, saat diskusi Sinergi Riset Pangan Berbasis Kelautan dan Perikanan di Jakarta, Rabu (12/6).

Menuru Abdul Rokhman. beberapa riset strategis saat ini yang terkait perikanan tangkap antara lain baru riset yang mendukung pengembangan energi alternatif untuk kapal nelayan, riset yang mendukung pencarian ikan (remote sensing) dan teknologi pengawetan ikan tangkapan.

Sementara Ketua Umum Masyarakat Perikanan Nusantara (MPN) Muhammad Taufik menyambut baik inisiasi yang dilakukan oleh Kemenristek untuk membahas mengenai riset pangan berbasis kelautan. Menurutnya, para peneliti dalam melakukan riset perlu memperhatikan kebutuhan masyarakat, khususnya pelaku usaha perikanan.

Dengan demikian, pada akhirnya riset yang dilakukan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat perikanan nusantara.

Selain PT Perikanan Nusantara¸ Masyarakat Perikanan Nusantara, forum diskusi yang diselenggarakan Kemenristek juga dihadiri oleh pejabat terkait di lingkungan Kemenristek, Balitbang Kementerian Pertanian, dan peneliti dari LIPI, BPPT dan BATAN.

Sependapat dengan Abdul Rokman dan Muhammad Taufik Deputi Kelembagaan Iptek Benyamin Lakitan. Karena itu, Benyamin menekankan pentingnya untuk memperhatikan riset kemaritiman, paling tidak yang terkait dengan kelautan dan perikanan. “Indonesia adalah negara maritim dengan luas perairan mencapai 2/3 dari total luas wilayah. Namun, kegiatan riset di sektor maritim, khususnya kelautan dan perikanan belum terlalu mendapat perhatian,” kata Benyamin.

Namun demikian Benyamin juga menyarankan mengingat luasnya lingkup riset di kelautan dan perikanan, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui mekanisme Konsorsium.

Sementara itu Asdep Kompetensi Kelembagaan I Wayan Budiastra menyatakan bahwa Kementerian Ristek melalui program tematik pangan melakukan serangkaian program dan kegiatan terkait dengan peningkatan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan salah satunya pembentukan konsorsium.

Pada tahun 2011 lalu telah dibentuk Konsorsium Lahan Sub Optimal (LSO) yang merupakan forum komunikasi antar pelaku litbang sekaligus sebagai wahana untuk mensinergikan kegiatan litbang terkait pangan.

Karena itu, dengan akan dibentuknya Konsorsium Kemaritiman, diharapkan dapat menjalin sinergi diantara pelaku litbang sekaligus membangun link and match antara pengembang teknologi dan pengguna teknologi yang pada akhirnya dapat sejalan dengan program nasional ketahanan pangan berbasis kelautan dan perikanan.

Demikian halnya, Kabid Pemetaan Sahat M. Panggabean memaparkan hasil pemetaan sementara kompetensi lembaga riset kementerian, non kementerian dan perguruan tinggi dalam mendukung ketahanan pangan berbasis kelautan dan perikanan.

Dari hasil pemetaan tersebut terindikasi bahwa masing-masing lembaga riset memiliki research excellence, walaupun dalam beberapa hal masih terdapat tumpang tindih kegiatan riset (overlapping) di antara mereka. Karena itu, menurutnya dengan konsorsium, kelak akan terbangun sinergi riset yang lebih baik.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author