Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meluncurkan Program pendanaan Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) yang ditujukan bagi seluruh periset Indonesia untuk menghasilkan invensi dan inovasi. Program RIIM merupakan kolaborasi BRIN dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Program RIIM diluncurkan dan disosialisasikan pada Peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Internasional Dalam rangkaian acara Biodiversity Week bertema From Agreement to Action: Build Back Biodiversity – Menyulam Aksi Penyelamatan dan Pemanfaatan Berkelanjutan Keanekaragaman Hayati di Green House Biodiversitas, Kawasan Sains Teknologi Cibinong, Senin (22/5/2023).
Program pendanaan riset ini terdiri dari lima skema, yaitu RIIM-Kompetisi, RIIM-Invitasi, RIIM-Ekspedisi, RIIM-PPBR (RIIM-Startup), dan RIIM Kolaborasi Internasional yang juga akan segera diluncurkan.
Ajeng Arum Sari, Direktur Pendanaan Riset dan Inovasi BRIN menerangkan bahwa RIIM Ekspedisi merupakan pendanaan riset dengan tema tertentu yang menghasilkan data atau koleksi ilmiah melalui kegiatan lapangan berbasis kompetisi dan kompetensi dengan riset terkait keanekaragaman sumber daya alam, sosial budaya, dan arkeologi pada wilayah strategis di Indonesia.
Ajeng berharap dengan adanya skema pendanaan RIIM Ekspedisi, dapat mendukung perubahan ekosistem riset di Indonesia yang bersifat kolaboratif melalui pencapaian dana dan koleksi ilmah. “Semoga kita dapat mengungkap seluruh potensi kekayaan alam dan sosial di Indonesia,” ujarnya.
Periset Indonesia yang berasal dari lembaga penelitian, perguruan tinggi, badan usaha dan organisasi kemasyarakatan dapat mengikuti program ini, dengan luaran berupa jurnal internasional dengan minimal index Q3 dan koleksi beserta data ilmiah yang diserahkan ke Repositori Ilmiah Nasional atau Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah BRIN.
Ajeng menyebutkan tema terkait pendanaan RIIM Ekspedisi, yaitu: Biodiversitas dan Sumber Daya Hayati, Kesehatan dan Pengelolaan Lingkungan, Perubahan Iklim, Sumber Daya Geologi, Kebencanaan, Pengungkan Potensi Lokal, dan Etnologi.
Untuk lokasinya, Ajeng menjelaskan empat kawasan yang menjadi lokus RIIM Ekspedisi yang meliputi Indonesia Barat yaitu Sumatra dan Jawa, Borneo termasuk Ibu Kota Negara, Wallacea, dan Papua.
Tak lupa Ajeng menjelaskan tata cara pengajuan proposal yang format proposalnya dapat diunduh melalui tautan https://pendanaan-risnov.brin.go.id/. Melalui tautan ini Ajeng juga menjelaskan secara rinci persyaratan pengusul, substansi proposal, administratif, dan penjadwalan.Â
“Kami menyediakan waktu satu bulan untuk penyiapan proposal sejak hari ini, mohon bapak dan ibu pengusul untuk tidak mepet-mepet waktunya karena kami harus menyeleksi proposal yang diajukan,” pungkas Ajeng.
Diskusi sosialisasi pendanaan RIIM Ekspedisi yang berlangsung secara hibrid dipandu Dina Agustina sebagai moderator. Dina menegaskan bahwa skema Pendanaan RIIM Ekspedisi berbeda dengan skema pendanaan RIIM lainnya, pengusul supaya mencermati pedoman pengusulan proposalnya. Selain itu setiap pengusul boleh mengajukan dua proposal. (Sumber brin.go.id)