Mengenal Pohon Triwulan, Spesies Potensial Cagar Alam Pulau Sempu

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pohon Triwulan merupakan sebutan dari masyarakat sekitar Cagar Alam Pulau Sempu untuk spesies Maranthes corymbosa Blume. Jenis pohon yang banyak tumbuh di Cagar Alam Pulau Sempu yang terletak di Desa Tambak Rejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Keberadaan Maranthes corymbosa Blume mempunyai fungsi ekologis karena berkontribusi sebagai stok karbon terbesar di Pulau Sempu. Buahnya digunakan sebagai makanan untuk berbagai jenis burung dan mamalia.

Rangkong memakan buahnya sekaligus menjadi agen penyebaran jenis ini. Nektar yang terkandung dalam bunganya juga digunakan sebagai makanan untuk berbagai jenis lebah. Cagar Alam Pulau Sempu merupakan salah satu kawasan konservasi yang melindungi keberadaan spesies ini secara alami.

Temuan Deden Mudiana dan tim peneliti Pusat Riset konservasi Tumbuhan, Kehutanan dan Kebun Raya menunjukkan bahwa sebagian besar lokasi tumbuh Maranthes corymbossa di Pulau Sempu memiliki karakter yang sama yaitu di dataran rendah, di lokasi dengan intensitas cahaya rendah atau tempat teduh, dan di daerah dingin atau lembab.

Dalam penelitian tersebut diketahui juga bahwa faktor intensitas cahaya dan faktor kelembaban lingkungan tempat mereka tumbuh memiliki pengaruh besar pada kehadiran Maranthes corymbossa. “Maranthes corymbosa merupakan spesies yang pertumbuhannya lambat,” imbuh Deden.

Lebih lanjut Deden menjelaskan bahwa lambatnya pertumbuhan spesies tersebut dikhawatirkan beriringan dengan pemanfaatan secara besar-besaran oleh masyarakat, sehingga akan mempengaruhi keberadaan spesies tersebut di alam. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan upaya konservasi tumbuhan di luar habitat aslinya.

Walaupun status konservasi spesies ini masih tergolong aman, namun kedepan akan berpotensi mengalami ancaman karena perubahan habitat aslinya dan juga manfaat ekonomisnya yang telah diketahui oleh masyarakat.

Triwulan dikenal sebagai salah satu jenis pohon yang berpotensi sebagai bahan bangunan. Kayunya dikenal dengan nama dagang kayu kolaka. M. corrymbosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan perahu nelayan tradisional di wilayah Kendari, Sulawesi Tenggara.

Oleh karena itu perlu dilakukan upaya konservasi secara ex situ sedini mungkin dan memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian spesies tersebut.

Upaya mempertahankan kelestarian M. corymbosa telah dilakukan di Kawasan Konservasi Ilmiah Kebun Raya Purwodadi BRIN. Bibit hasil perbanyakan yang tingginya telah mencapai 15 cm atau berusia sekitar 5 bulan kemudian ditanam di lapangan.

“Upaya konservasi ex situ M. Corymbosa telah dilakukan sejak tahun 1994, keberhasilan upaya tersebut dapat dilihat dari keberadaan M. corymbosa sebagai tanaman koleksi yang terdata dalam database koleksi tumbuhan dan memiliki nomor akses P19940324 sebagai tumbuhan yang ditanam sejak 7 Desember 1994,” tutur Deden.

Kini koleksi M. corymbosa yang dimiliki oleh Kawasan Konservasi Ilmiah Kebun Raya Purwodadi BRIN telah berusia 22 tahun, dengan tinggi tanaman mencapai 5 meter dan diameter batang mencapai 8 cm.

Keberadaannya memberikan manfaat sebagai wahana edukasi konservasi dan keanekaragaman hayati tumbuhan bagi para pelajar serta sebagai salah satu obyek penelitian lanjutan bagi para peneliti maupun mahasiswa. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author