Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kepala Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sastri Sunarti menyampaikan hasil penelitian tradisi lisan masyarakat Amfoang. Hal itu untuk mendorong astrowisata langit gelap dalam mendukung keberadaan Observatorium Nasional (Obnas) Timau.
Selain itu juga untuk meningkatkan keuntungan ekonomi masyarakat desa, yakni Desa Amfoang, Bioba, Kauniki, Bitobe, dan Desa Fatu Monas, yang berada di Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tengara Timur (NTT).
Sastri menyampaikan hal tersebut dalam acara Kolokium Mingguan Riset Antariksa pada Selasa (5/9/2023) yang mengangkat tema “Etno-astronomi: Tradisi Lisan Amfoang tentang Langit untuk Mendukung Astrowisata Minim Polusi Cahaya”.
“Pengetahuan astronomi lokal ini dapat dijadikan sebagai modal budaya untuk mendukung pariwisata langit gelap yang akan diusulkan mendukung keberadaan observatorium dan meningkatkan keuntungan ekonomi masyarakat di sekitar obsnas,” ungkapnya.
Melalui hasil penelitian ini, Sastri berharap dapat memberikan rekomendasi pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar Obnas. Salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah pembangunan astrowisata keindahan langit malam yang diatur penggunaan cahaya di luar ruang.
Rekomendasi lainnya adalah memberdayakan pariwisata berbasis komunitas seperti membangun ume bubu (rumah bulat) sebagai rumah tradisional Timor yang dikelola oleh masyarakat lokal dengan pencahayaan yang terbatas.
Selain itu, pengetahuan etno-astronomi yang hanya diketahui oleh orang tua dapat diwariskan kepada generasi muda sebagai modal budaya dalam pengembangan astro-wisata langit malam.
Sastri menyampaikan bahwa Etno-astronomi merupakan bagian dari antropologi budaya yang mencari bukti keterkaitan suatu kebudayaan masyarakat terhadap fenomena-fenomena astronomis melalui data etnohistoris dan kajian etnografi.
Dia mengungkapkan bahwa di pegunungan Timau, Amfoang, Kabupaten Kubang, Nusa Tenggara Timur (NTT), sedang dibangun Observatorium Nasional (Obnas) sebagai pelengkap Observatorium Boscha di Lembang yang sudah terpapar polusi cahaya. Pemilihan Gunung Timau sebagai lokasi pembangunan Obsnas, karena langit Timau memiliki malam tercerah yang paling panjang dalam setahun.
Sementara itu, dengan dibangunnya Obnas tersebut, Pemerintah Kabupaten Kupang akan menetapkan pegunungan Timau sebagai kawasan wisata internasional. Karena kehadiran Obnas Timau berdampak positif terhadap percepatan pembangunan sektor pariwisata di kabupaten yang berbatasan dengan Oecusse, Timor Leste itu.
Tradisi lisan berperan dalam melakukan pewarisan ingatan kolektif masyarakat. Pewarisan tradisi lisan itu berkaitan dengan memori perawatannya (presevasi). Ekspresi masyarakat tersebut tidak hanya berisikan cerita dongeng, mitologi, atau legenda tetapi juga mengenai sistem kognitif masyarakat, sumber identitas, sarana ekspresi, sistem religi dan kepercayaan.
Selain itu, juga mengenai pembentukan dan peneguhan adat-istiadat, sejarah, hukum, pengobatan, keindahan, kreativitas, asal-usul masyarakat, dan kearifan lokal mengenai ekologi dan lingkungan. Termasuk pengetahuan etno-astronomi.
“Perpaduan disipilin ilmu antara budaya masyarakat dan astronomi disebut juga dengan etno-astronomi. Kajian etno-astronomi mengulas aspek budaya dari sudut pandang astronomi atau aspek astronomi yang dikaji dari sudut pandang budaya,” jelas Sastri.
Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk mempelajari, menafsirkan, dan mengkonstruksi fenomena sosial dan budaya dalam suatu masyarakat tradisional. Berkaitan dengan hal tersebut, Sastri mengungkapkan bahwa penelitian etno-astronomi masyaralat Amfoang yang diteliti merupakan sebuah fenomena sosial dan budaya yang dimanfaatkan sebagai pendukung pembangunan observatorium nasional di Timau. (Sumber brin.go.id)