BRIN Kenalkan Teleskop 3,8 meter di Observatorium Timau

Jakarta, Tecnology-Indonesia.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat ini tengah membangun Observatorium Nasional (Obsnas) Timau di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Observatorium ini akan menghadirkan teleskop optik 3,8 m sebagai instrumen utama yang akan dimanfaatkan untuk para periset sains antariksa modern di Indonesia.

Tahun 2023 ini diharapkan dapat menjadi momen bersejarah dalam riset antariksa di Indonesia karena di tahun ini ditargetkan instrumen utama Obsnas yang dibangun di kaki gunung Timau diharapkan selesai. Instrumen utama itu adalah sebuah teleskop dengan cermin yang ukurannya cukup besar yaitu 3,8 meter yang akan termasuk ke dalam 25 teleskop optik terbesar di dunia.

Koordinator Obsnas Timau, Abdul Rachman menyampaikan bahwa ketika nanti selesai dibangun, teleskop ini akan menjadi teleskop terbesar di Asia Tenggara, jauh di atas teleskop terbesar yang saat ini ada di wilayah tersebut yaitu yang dimiliki oleh Thailand. “Negeri Gajah Putih memiliki ukuran teleskop 2,4 meter, kita berarti hampir dua kali lipat dari itu,” terangnya.

Abdul mengatakan teleskop 3,8 m ini dinamakan Teleskop Timau sama dengan nama observatoriumnya. Teleskop ini berada di kaki gunung Timau di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kalau kita berangkat dari Kupang (ibu kota NTT) maka kita berjalan ke arah timur laut, kira-kira 3,5 jam dari kota Kupang.

“Teleskop ini dipasang di ketinggian 1300 m dari permukaan laut, sedangkan puncak gunung Timau itu sekitar 1700 m dari permukaan laut,” ungkap Abdul saat menjelaskan pada Talkshow Dofida (Dialog, Obrolan, Fakta Ilmiah Populer dalam Sains Antariksa) pada Senin (25/9/2023).

Abdul menambahkan bahwa keunikan teleskop yang akan kita miliki dalam waktu dekat ini pertama dari segi ukurannya yang hampir empat meter. Dalam skala nasional dan Asia Tenggara menjadi teleskop terbesar, sehingga unik dari segi ukuran.

Keunikan lainnya adalah dari segi lokasinya. Kalau dilihat secara nasional teleskop di Timau ini berada di NTT yang secara umum kualitas langitnya untuk pengamatan astronomi jauh berada di atas rata-rata kualitas langit wilayah lain yang ada di Indonesia karena di sana liputan awannya relatif sedikit.

“Di NTT kita bisa mendapati jumlah hari dengan langit cerah dalam setahun di atas 65%, jadi lebih dari 50%. Hal seperti ini sulit sekali ditemukan di daerah lain di Indonesia di luar NTT,” tuturnya.

Negara kita beriklim tropis sehingga banyak penguapan, banyak awan dan lain sebagainya. Kemudian keunikan lainnya jika dilihat dari skala internasional, bahwa lokasi teleskop ini berada dekat di selatan ekuator bumi.

“Lokasinya yang dekat dengan ekuator ini memungkinkan teleskop itu nanti bisa mengamati bintang-bintang atau objek astronomi lainnya dalam wilayah langit yang luas baik di belahan langit utara maupun di belahan langit selatan,” katanya.

Abdul melanjutkan manfaat terbesar yang bisa kita dapatkan dalam skala nasional atau bagi bangsa yaitu manfaat dari segi sains astronomi karena ini memang instrumen yang didesain untuk pengamatan astronomi sehingga diharapkan bangsa kita dapat bersaing dengan bangsa-bangsa maju lainnya di dunia.

“Kita berharap teleskop ini akan menjadi global platform di mana akan diberlakukan prosedur-prosedur yang berlaku secara internasional sehingga para peneliti dari manapun berada di dunia ini dapat menggunakan teleskop itu sebagaimana mereka menggunakan teleskop-teleskop besar lainnya yang ada di dunia saat ini,” ujar Abdul.

Adapun manfaat yang bisa didapatkan dari adanya teleskop ini bagi masyarakat Timau sendiri adalah melihat bahwa kita memiliki suatu fasilitas canggih untuk pengembangan sains dan teknologi dan hal tersebut dapat memotivasi masyarakat terutama para pelajar untuk semakin giat belajar agar mampu juga memanfaatkan fasilitas tersebut di masa depan. Masih akan ada manfaat lain yang bisa didapatkan oleh masyarakat sekitar.

Teleskop pada dasarnya adalah sebuah alat yang digunakan untuk menjadikan benda yang jaraknya sangat jauh dan berada di luar angkasa agar seolah-olah terlihat lebih dekat.

Selain menjadi lebih terang bahkan yang awalnya tidak terlihat dengan mata bisa jadi terlihat, kita juga bisa melihat lebih detail permukaan benda-benda tertentu seperti matahari, planet, dan bulan. Teleskop juga dapat digunakan untuk mengukur lokasi benda-benda langit.

“Rencananya kami juga akan memasang teleskop-teleskop kecil di samping instrumen utama. Di antaranya ada yang berukuran 50 cm dan 1 meter. Selain menggunakan teleskop optik kami juga berencana memasang teleskop radio yang berukuran sekitar 20 meter,” jelasnya.

“Tentu saja akan terbuka kesempatan bagi para mahasiswa dan para dosen di negeri kita sendiri untuk turut memanfaatkan teleskop canggih ini dengan membuat proposal pengajuan yang selanjutnya akan diseleksi. Kita targetkan juga agar Teleskop Timau ini nantinya bisa dikendalikan dari jarak jauh bahkan dari luar negeri,” pungkasnya. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author