BRIN Berencana Membangun Teleskop Radio di Observatorium Nasional Timau

TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berencana membangun teleskop radio di Observatorium Nasional Timau. Teleskop radio yang direncanakan memiliki diameter piringan tunggal sekitar 20 meter, dengan rentang frekuensi 1 hingga 50 gigahertz.

Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Farahhati Mumtahana mengungkapkan, teleskop radio ini akan menjadi teleskop radio modern pertama yang cukup besar dibangun di Indonesia.

“Teleskop radio memiliki banyak peran penting dalam astronomi sebagai pelengkap optik dan panjang gelombang lainnya,” kata Farahhati saat menyampaikan hasil kajian potensi pembangunan teleskop radio di Indonesia, pada Jurnal Review edisi 5, Rabu (5/6/2024).

“Penelitian yang menggunakan teleskop radio semakin berkembang dan telah memberikan beberapa kontribusi, tidak hanya dalam bidang astronomi, tetapi juga bidang lain, seperti geodesi dan ilmu atmosfer,” imbuhnya.

Diharapkan, penelitian teleskop radio ini dapat berkontribusi baik dalam skala nasional maupun global.

Penelitian ini bertujuan menggali potensi teleskop radio yang direncanakan sebagai antena tunggal, dan sebagai bagian dari jaringan interferometer/very long baseline interferometry (VLBI) di masa depan.

“Lokasi antena menjadi perhatian terbesar karena kurangnya stasiun di dekat wilayah khatulistiwa,” terangnya.

Sebagai metode penelitian, Farahhati mengumpulkan beberapa penelitian yang dilakukan dengan antena tunggal berdiameter sekitar 20 meter. Penelitian ini juga mempertimbangkan kolaborasi jaringan interferometer dan menguji kemampuannya sebagai bagian dari jejaring VLBI, termasuk simulasi pengamatan dan cakupan UV.

Farahhati menjelaskan, lebih banyak antena memberikan cakupan UV lebih baik. Misalnya, konfigurasi pertama (3-a) memiliki cakupan UV yang buruk karena pengamatan hanya menggunakan dua antena (Timau dan Parepare).

“Cakupan UV dapat ditingkatkan jika kita menambahkan antena Indonesia lainnya seperti Rancabungur, Rumpin, Jatiluhur, dan Bosscha dalam simulasi. Peningkatan akan jauh lebih baik jika Malaysia dan Thailand berpartisipasi dalam observasi,” jelasnya.

Saat ini, kerja sama penelitian antar institusi dan negara-negara berkembang dalam hal perolehan baseline yang lebih panjang dengan teknik VLBI semakin penting.

Kolaborasi VLBI di Asia Timur mencakup Jepang dengan VLBI Exploration Radio Astrometry (VERA), Korea dengan Korea VLBI Network (KVN), dan China dengan Tianma dan antena Nanshan.

Ada juga potensi kolaborasi antar negara-negara Asia Tenggara, seperti Thailand, Indonesia, dan Malaysia yang sedang mengembangkan teleskop radio.

Kelompok riset ini mendiskusikan teleskop radio kelas 20 meter yang direncanakan di Observatorium Nasional Timau. Mereka menguraikan penelitian potensial untuk teleskop radio masa depan sebagai antena tunggal dan juga bagian dari VLBI.

“Motivasi ilmiah untuk proyek ini mencakup peningkatan kapasitas, kerja sama global, pengamatan ilmiah yang unik, serta kesempatan untuk pendidikan dan pelatihan,” tutur Farahhati.

Selain penelitian ilmiah seperti astronomi, geodesi, dan ilmu atmosfer, pengembangan teleskop radio secara alami meningkatkan keterampilan, pengalaman, dan teknologi.

“Setelah instrumen diatur dan memperoleh hasil pertama (first light), kerja sama global tentunya akan mengikuti untuk mencapai banyak tujuan penelitian,” ungkap dia.

Potensi penggunaan teleskop radio sebagai antena tunggal, dari tata surya hingga kosmologi, juga akan dikaji lebih lanjut. Kajian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam merumuskan program teleskop radio yang diusulkan untuk mencapai hasil lebih baik. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author