Tiga Profesor Riset Balitbangtan Dikukuhkan

Bogor, Technology-Indonesia.com – Majelis Pengukuhan Profesor Riset Kementerian Pertanian (Kementan) kembali mengukuhkan tiga peneliti utama dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) sebagai profesor riset. Acara Pengukuhan Profesor Riset dilaksanakan di Auditorium Ir. Sadikin Sumintawikarta, Bogor pada Jumat (28/1/2022).

Tiga peneliti utama yang dikukuhkan sebagai profesor riset adalah Prof. Dr. drh. NLP Indi Dharmayanti, M. Si. di bidang kedokteran hewan; Prof. Dr. Ir. Atien Priyanti, M.Sc. di bidang ekonomi pertanian; serta Prof. Dr. Muhammad Azrai, SP., MP. di bidang pemuliaan dan genetika tanaman.

Ketiganya secara berurutan merupakan profesor riset ke 631, 632, dan 633 secara nasional dan profesor riset ke 160, 161, dan 162 di Balitbangtan, Kementan. Saat ini Kementerian Pertanian memiliki 58 orang profesor riset aktif dari total 1.581 peneliti.

Pada acara pengukuhan profesor riset, Prof. NLP Indi Dharmayanti menyampaikan orasi berjudul “Inovasi Teknologi Veteriner Berbasis Biologi Molekuler untuk Mendukung Pengendalian Penyakit Avian Influenza di Indonesia”. Penyakit Avian Influenza (AI) merupakan penyakit zoonosis yang sampai sekarang masih menimbulkan kerugian ekonomi dan ancaman kesehatan yang serius terhadap hewan dan manusia.

“Virus AI yang mudah bermutasi mengakibatkan perkembangan virus AI yang sangat dinamis membutuhkan kebaruan teknologi termasuk teknologi veteriner berbasis biologi molekuler (ITVBM-AI) untuk keakuratan dalam diagnosa dan mengetahui karakter virus yang bersirkulasi termasuk jenis obat dan vaksin yang digunakan,” ungkapnya.

Indi menambahkan, pengembangan ITVBM-AI mampu memberikan informasi karakter virus terkini, memprediksi keganasan virus sebagai early warning system menghadapi pandemi AI yang mungkin terjadi.

“Penerapan ITVBM-AI sebagai upaya preventif yaitu diagnosa dan kebaruan vaksin yang lebih baik dalam pengendalian penyakit sehingga membutuhkan dukungan dari pemerintah baik itu berupa kebijakan, kemudahan pendaftaran izin edar, maupun pemberian insentif bagi industri pengguna ITVBM-AI karya anak bangsa dalam mendukung pengendalian penyakit avian influenza secara tepat, cepat dan akurat serta mampu meminimalisir dampak dari penyakit Avian Influenza.” lanjutnya.

Prof. Atien Priyanti dalam orasi berjudul “Penerapan Bioekonomi di Sektor Pertanian dalam Mewujudkan Kemandirian Pakan” menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi biomassa pertanian yang melimpah untuk dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak hingga dapat berkemandirian pakan.

“Hal ini dilaksanakan melalui penerapan bioekonomi yang diyakini dapat menjadi salah satu pendorong dalam pertumbuhan ekonomi ke depan, dan salah satu kunci strategi pembangunan abad ke-21,” ujarnya.

Pakan merupakan komponen utama usaha peternakan, mencapai 60-70% dari total biaya produksi. Karena itu, optimalisasi pemanfaatan biomassa yang jumlahnya sangat besar merupakan pilihan yang sangat tepat dalam mewujudkan kemandirian pakan.

“Pembangunan peternakan dapat berkembang secara berkelanjutan apabila didukung oleh pemanfaatan sumber daya lokal. Pengembangan usaha peternakan berbasis biomassa diarahkan berbasis kawasan yang terintegrasi secara holistik,” tambahnya.

Kawasan ini dapat membuka peluang untuk memperoleh keuntungan, memberikan manfaat sosial, ekonomi dan menjaga kelestarian lingkungan sebagai wujud dalam menerapkan bioekonomi di sektor pertanian. “Kelompok tani-ternak menjadi modal dasar dalam rekayasa model kelembagaan ini,” tuturnya.

Sementara, Prof. Muhammad Azrai dalam orasinya berjudul “Inovasi Varietas Hibrida Nasional Berdaya Saing Mewujudkan Swasembada Jagung Berkelanjutan” menuturkan bahwa selama ini varietas yang dilepas oleh perusahaan multinasional berfokus pada lahan optimal.

Selain itu, produksi benih masih terkonsentrasi di Jawa Timur, sehingga menjadi salah satu faktor pembatas pencapaian target produksi jagung nasional.

“Salah satu upaya keberlanjutan program swasembada jagung yang dicapai pada tahun 2017 dan mewujudkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045, adalah mengakselerasikan perakitan varietas unggul hibrida (VUH) jagung berdaya hasil tinggi adaptif berbagai agroekosistem yang beragam berikut desentralisasi produksi benihnya.” ujar Azrai.

Pengembangan varietas dan penyediaan benih dalam negeri sangat terkait dengan kinerja pemuliaan dan perkembangan industri benih nasional. Perakitan dan Pegembangan varietas jagung hibrida berbasis inovasi dan teknologi modern berikut paket teknologinya berimplikasi terhadap percepatan perakitan galur dan pelepasan varietas serta penyediaan benih bermutu untuk peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam.

“Karena itu, diperlukan dukungan kebijakan yang mendorong penyediaan benih berbasis in-situ dimana mitra lisensi Varietas Unggul Hibrida jagung nasional diharapkan dapat berperan menyediakan benih untuk luasan satu juta ha per tahun untuk mewujudkan swasembada jagung nasional dapat berkelanjutan,” lanjutnya.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam sambutannya menyatakan bahwa meskipun sektor pertanian masih tumbuh 1,31% pada triwulan III 2021, namun sektor ini tetap dituntut untuk terus meningkatkan kinerjanya, terutama dalam menyediakan bahan pangan pokok dari sumber produksi dalam negeri di tengah tantangan keterbatasan dan degradasi lahan, serta dampak dari perubahan iklim.

“Sehubungan dengan hal tersebut, kita perlu terus mencari langkah-langkah terobosan dalam memitigasi dampak dari fenomena alam tersebut,” tegas Mentan.

Mentan juga mengajak para peneliti, terutama Profesor Riset untuk menunjukkan karya terbaiknya dalam mensukseskan program peningkatan produksi pangan melalui dukungan inovasi teknologi, rancangan kelembagaan dan kebijakan yang tepat.

Menurut Mentan sistem inovasi pertanian bersifat unik dan berbeda dengan sistem inovasi secara umum. Keunikan sistem inovasi pertanian terutama karena pengaruh faktor alam, sehingga kinerjanya akan bervariasi menurut ekosistem.

“Sehubungan itu tatanan kelembagaan sistem inovasi pertanian perlu mempertimbangkan keunikan tersebut,” lanjutnya.

Mentan juga menyampaikan apresiasi atas gagasan ketiga Profesor baru ini dan mengharapkan peneliti lainnya juga untuk memberikan karya terbaiknya dan turut aktif berkontribusi pada perencanaan program dan kebijakan serta implementasi pembangunan pertanian di Indonesia.

“Pemikiran-pemikiran inovatif dari para Profesor Riset akan selalu ditunggu untuk turut berkontribusi pada perencanaan program dan kebijakan serta implementasi pembangunan pertanian,” tutupnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author