Jakarta, Technology-Indonesia.com – Data citra satelit penginderaan jauh (inderaja) atau remote sensing telah lama digunakan untuk mendukung berbagai kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia. Data citra satelit inderaja dapat dimanfaatkan untuk mengurai berbagai permasalahan di bidang pertanian seperti sistem irigasi padi sawah.
Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air (PRLSDA) BRIN, Hidayat mengatakan remote sensing sangat dibutuhkan mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas dan untuk menghasilkan data pemantauan dibutuhkan effort yang sangat tinggi. Dengan memanfaatkan citra satelit, bisa lebih menambah lagi jangkauan di beberapa kegiatan contohnya pemantauan kualitas air.
“Dengan adanya penginderaan jauh ini banyak citra yang dapat diakses dan digunakan untuk mengekstrasi informasi terkait sumber daya air,” ujar Hidayat saat membuka webinar PRLSDA dengan topik “Potensi Pemanfaatan Citra Satelit Untuk Efisiensi Irigasi Padi Sawah Pada Skala Luas”, pada Kamis (21/9/2023).
Setyono Hari Adi, periset PRLSDA BRIN dari Kelompok Riset Pengelolaan SDA Pertanian yang menjadi narasumber webinar kali ini menjelaskan bahwa kegiatan kajian Sistem Informasi Standing Crop (SISCROP) ini diinisiasi oleh Kementerian PPN/Bappenas tahun 2021-2022.
SISCROP merupakan sistem pemantauan fase tumbuh padi berbasis teknologi penginderaan jauh skala nasional yang dibangun oleh Kementerian Pertanian dan Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN.
Pada prinsipnya kebutuhan air padi sawah ada tiga komponen yang berpengaruh yaitu, komponen tanaman, proses input output dari atmosfer termasuk curah hujan dan evapotranspirasi dan komponen terakhir adalah tanah yang berpengaruh terhadap kapasitas tampung air tanah.
Citra satelit kami gunakan untuk memonitor fase tumbuh tanaman secara spasial dan temporal. Fungsinya untuk menghitung luas area realisasi tanam per fase tumbuh padi.
“Dengan mengetahui luas area tanaman per fase tumbuhnya kita bisa menghitung secara presisi berapa kebutuhan air yang diperlukan pada suatu waktu,” katanya.
Setyono juga menjelaskan tentang penginderaan jauh identifikasi fase tumbuh padi dengan menggunakan data citra satelit Sentinel-1. Sentinel-1 merupakan citra satelit produk dari European Space Agency (ESA) tipe Synthetic Aperture Radar (SAR), yang bekerja pada C-band microwave dengan penetrasi sampai dengan 5 cm.
“Kita menggunakan sentinel-1 karena keunggulannya bebas awan jadi bisa memonitor luas realisasi tanam sepanjang tahun. Resolusi secara spasial 10 meter dengan resolusi temporal 6 harian menggunakan 2 konstelasi satelit dan 12 harian dengan menggunakan 1 satelit,” imbuhnya.
Sentinel-1 data ada dua band yang bisa digunakan yaitu VV dan VH band yang merupakan polarisasi dari radar. VV biasa digunakan untuk mendeteksi ketinggian atau fitur vertikal dan VH untuk mendeteksi tekstur permukaan suatu area.
“Ada 3 data pre-processing yang perlu digunakan pada data sentinel-1, yaitu koreksi radiometrik, koreksi topografi dan filtrasi noise,” lanjutnya.
Terkait dengan efisiensi irigasi padi sawah pada skala luas secara perhitungan hipotesis, parameter efisiensinya yang pertama adalah luas per fase tumbuh padi, kita bisa menghitung kebutuhan air per hektare sawah berdasarkan history realisasi tanam bisa mencapai efisiensi sampai dengan 60%.
Parameter kedua adalah koefisien tanaman (Kc) yang berkaitan dengan teknik irigasi hemat air berdasarkan optimalisasi nilai Kc, dengan penerapan Kc yang lebih kecil efisiensi sampai dengan 10-30%.
Hasil kajian ini menunjukkan penggunaan citra satelit untuk monitoring realisasi tanam berpotensi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan irigasi padi sawah, besaran peningkatan efisiensi penggunaan irigasi tergantung dari kondisi biofisik lahan.
Kajian penggunaan citra satelit juga bisa untuk memonitoring saluran irigasi dan sosial budidaya padi petani setempat, pemeliharaan saluran irigasi dapat menurunkan kehilangan air dan berdampak pada peningkatan efisiensi irigasi. (Sumber brin.go.id)