JAKARTA – Dua kementerian dan tiga lembaga riset sepakat memfokuskan penelitian mereka di bidang pangan dan pertanian. Hal itu dilakukan guna mendorong kemandirian empat komoditi utama yaitu daging, padi, jagung dan kedelai. Kesepakatan itu dilakukan di ruang rapat 3A Kantor Balitbangtan Kementerian Pertanian, tepat pada peringatan hari lahir Pancasila, 1 Juni 2016.
Kedua kementerian yang telah menyatakan kesepakatan adalah Kementerian Pertanian dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Sedangkan tiga lembaga riset adalah LIPI, BATAN dan BPPT. Menurut Dirjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti Muhammad Dimyati, hal itu merupakan implementasi rencana induk riset nasional. “Tentu ada banyak tema riset yang lain. Tetapi untuk bidang pangan dan pertanian kita mulai implementasikan untuk mendorong kemandirian daging dan pajalai,” ujarnya.
Langkah tersebut menurut Dimyati sekaligus menepis keresahan masyarakat sekarang ini karena riset-riset yang dilakukan hanya bertanggung-jawab pada organisasi, tetapi sinergitas antarinstitusi selama ini dianggap tidak terwujud. “Ini salah satu bukti bahwa kita mulai mensinergikan hasil-hasil riset yang fokus di bidang pangan dan pertanian,” tegasnya.
Dijelaskan, untuk kemandirian daging, kelima lembaga pemerintah tersebut menetapkan 22 UPT (Unit Pelaksana Teknis) sebagai lokasi penerapan teknologi pembibitan dan pakannya. “Ini merupakan satu upaya untuk memulai mengimplementasikan apa yang dicanangkan dalam rencana induk, mensinergikan hasil-hasil temuan dari seluruh lembaga riset baik yang berasal dari perguruan tinggi, LPNK (Lembaga Pemerintan Non Kementerian) dan lembaga Litbang yang lain,” ungkap Dimyati.
Menurut Dimyati, pelaksanaannya kesepakatan tersebut tentu bukan sekadar menjalankan riset saja, tetapi juga menerapkan hasil-hasil riset yang selama ini sudah didapatkan di lokasi-lokasi di 22 UPT yang dipilih. “Kita juga ingin menerapkan hasil-hasil riset yang mendukung swa sembada padi jagung dan kedelai dengan fokus pada benih-benih sumber dan benih-benih sebar. Itu ada di 11 provinsi yang merupakan integrasi dari hasil-hasil riset atau temuan dari temen-temen di perguruan tinggi, LPNK maupun lembaga-lembaga litbang,”ungkapnya.
Dimyati menyebutkan salah satu contoh, kalau riset di perguruan tinggi menemukan pupuk dengan kualitas yang sangat luar biasa dalam mendorong kuantitas, maka hal itu akan dikombinasikan dengan temuan dari LPNK yang berkaitan dengan benih dan sistem pengelolaan. Kalau hasil temuan tersebut ada dalam satu lokasi, tentu hal itu akan memberikan multiple effect yang dahsyat dibandingkan kalau kita hanya fokus mendorong diseminasi benih saja. “Nah untuk itu kerjasama ini menegaskan bahwa integrasi dari seluruh institusi riset kita mulai. Sebagai langkah awal, untuk pajalai di 11 provinsi dan untuk daging di 22 UPT. Semua itu dalam rangka merealisasikan rencana induk riset nasional yang akan menjadi rujukan kita bersama dalam komunitas riset di Indonesia,” paparnya.
Dimyati menambahkan, Rencana Induk Riset Nasional itu disusun oleh seluruh komunitas riset yang anggotanya ada 11 kelompok kerja. Masing-masing pokja itu terdiri dari para peneliti yang berasal dari perguruan tinggi, LPNK, dan lembaga riset non pemerintah.
Mereka memformulasikan berbagai pendekatan. Misalnya di bidang pertanian, lima tahun ke depan, kita akan fokus kepada riset di empat tema riset saja. Empat tema riset ini bisa dibreakdown lagi. ”Ke depan kita tidak akan melakukan riset masing -masing dengan fokus tertentu, tapi kita hanya akan memilih sebagian tema riset yang bisa mendukung program pangan dan pertanian, swa sembada padi, jagung, kedelai, daging dan gula. Utamanya itu. Masing-masing riset itu punya indikator tertentu. Listnya ada di sini dan ini semua mendukung kebijakan kemandirian pangan,” tandasnya. (laksmi wuryaningtyas)