Keseimbangan Nutrisi dalam Pakan Tingkatkan Kesehatan Usus dan Performa Pertumbuhan Ayam

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Riset pakan unggas sejauh ini lebih fokus pada penggunaan material biomassa yang besar, sementara kualitas nutrisi masih kurang diperhatikan. Kualitas nutrisi hingga tingkatan senyawa-senyawa esensial harus menjadi fokus riset ke depan. Riset ini memerlukan basic scientific yang kuat dan para periset harus mulai mengubah paradigma tersebut.

Kepala Pusat Riset Peternakan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Tri Puji Priyatno menyampaikan hal tersebut dalam webinar “Keseimbangan Nutrisi dalam Pakan : Strategi Presisi Peningkatan Kesehatan Usus dan Performa Pertumbuhan Ayam” yang digelar secara secara hybrid di Gedung Kusnoto BRIN Bogor, pada Kamis, 12 Desember 2022.

Melansir dari laman brin.go.id, Tri menegaskan bahwa kita harus mulai mengubah pendekatan riset dari pemanfaatan biomassa yang besar dalam formula pakan ke penggunaan senyawa penting yang diisolasi dari sumber daya lokal.

“Kita harus berusaha dan tidak boleh terlambat lagi dalam memanfaatkan nilai tambah penggunaan sumber daya lokal sebagai nutrisi pakan, pakan aditif, dan suplemen,” tuturnya.

Tri mengatakan kegiatan riset di Pusat Riset Peternakan BRIN, 60 – 65% masih melakukan pendekatan konvensional. Kegiatan riset melalui pendekatan molekuler, teknologi omik, biokimia, dan analisis terkait dengan DNA metabolik sekitar 20%.

“Hal ini menjadi tantangan bagi para periset, khususnya periset-periset muda untuk lebih memperkuat scientific base risetnya. Peneliti senior perlu kolaborasi dengan periset-periset muda yang mampu secara cepat mengadopsi teknologi terkini,” ungkap Tri.

Tri juga mengajak periset untuk selalu meningkatkan kompetensi dan kolaborasi untuk merealisasi target riset yang lebih baik. Ia berharap dengan webinar ini, kepakaran dan pengalaman dari narasumber akan memberikan motivasi, wawasan, ilmu dan pengetahuan bagi para periset mengetahui dan menyesuaikan trend riset ke depan dalam bidang nutrisi presisi pakan ternak.

Budi Tangendjaja, pakar nutrisi unggas dari Technical Consultant Animal Utilization-USSEC, mengatakan bahwa Indonesia sangat kaya dengan sumber daya lokal yang berfungsi sebagai sumber nutrisi (protein), Anti Microbial Resistance (AMR), meningkatkan kesehatan saluran pencernaan ternak, pengganti antibiotic growth promoter (AGP), dan pakan aditif.

“Kelemahan kita adalah tidak mampu mendapatkan nilai tambah. Hal ini yang mesti diperbaiki dalam riset kita untuk memanfaatkan potensi sumber daya yang melimpah,” terangnya.

Budi mengatakan, ternak yang diberi pakan protein banyak tidak selalu tumbuh baik. Protein berlebihan justru menyebabkan ganguan pada saluran pencernaan dan kesehatan, disamping tidak efisien. Karena itu, pemberian nutrisi yang presisi sangat baik untuk pertumbuhan ternak.

Ia menyarankan agar para periset harus mulai intensif mencari pengganti AGP, seperti probiotics, prebiotics, immunostimulants, acidifiers, enzymes, mineral, essential oil, phytogenics atau herbals, yang banyak terhadap di Indonesia. Pelarangan penggunaan AGP dalam pakan ternak sangat baik untuk kesehatan ternak dan masyarakat.

Namun AGT juga sangat berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas ternak. “Negara-negara maju sudah sangat intensif melakukan riset alternatif AGP, kita tidak boleh kalah langkah lagi,” tegas Budi.

Nofrita Dewi Suparno Putri, Animal Health Manager dari PT. Nutricell Pacific, menyampaikan bagaimana melakukan monitoring kesehatan saluran pencernaan ayam yang mendapatkan nutrisi presisi. Teknik berbasis digital sangat penting sebagai alat mengevaluasi kesehatan usus ayam broiler yang lebih efektif, efisiensi dan akurat.

“Alat yang dinamakan gut health compass (GHC) dapat memprediksi kinerja kesehatan usus secara mendetail, sehingga program pemberian nutrisi dan pengobatan sesuai dapat dilakukan secara tepat,” bebernya.

Tati Ariyanti, Periset Pusat Riset Veteriner BRIN mengatakan saluran pencernaan menjadi salah satu organ tempat berkembangnya banyak pathogen. Ketidakseimbangan mikrobiota dalam saluran pencernaan dapat memicu perkembangan pathogen yang berbahaya bagi ternak unggas.

“Setidaknya ada 5 filum bakteri dan yang paling dominan ditemukan pada saluran pencernaan, yaitu Firmicutes, Tenericutes, Bacteroidetes, Proteobacteria dan Actinobacteria,” terang Tati.

Fluktuasi perkembangan mikrobioma tersebut sangat ditentukan oleh nutrisi pakan yang diberikan kepada ayam. Patogen yang umum berkembang dalam saluran pencernaan adalah dari jenis Salmonella Enteritidis, Escherichia coli O157H7, Listeria monocytogenes, Camphylobacter, Staphylococcus aureus dan Clostridium perfringens.

Terkait dengan kesehatan usus pada unggas, Tati menyatakan bahwa penyakit saluran pencernaan pada unggas dapat disebabkan oleh bakteri, parasit dan jamur. Jenis penyakit bakterial tersebut antara lain Colibacillosis, Salmonellosis dan Necrotic Enteritic. Sedangkan jenis penyakit parasiter dan penyebabnya seperti Coccidiosis dan Ascaridia galli, serta jamur contohnya jenis Aflatoxin.

Untuk pencegahan penyakit tersebut perlu dilakukan melalui beberapa pendekatan, yaitu perbaikan tata laksana ransum, menjaga kualitas air minum, meminimalkan faktor stress, penanganan litter dan feses dengan baik, mengurangi populasi bibit penyakit di sekitar ayam dan medikasi untuk kesehatan pencernaan yang tepat.

Tetapi diagnosis serangan pathogen tersebut agak sukar dilakukan jika tidak dilakukan melaui pengujian histopatologi saluran pencernaan, yang berakibat pada ketidaktepatan penangan ternak yang sakit. Berkenaan dengan hal tersebut, Tati menekankan perlunya keseimbangan nutrisi pakan dalam memelihara Kesehatan saluran pencernaan. (Ilustrasi Pixabay.com/bohdanchreptak)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author