Pusat Teknologi Agroindustri BPPT telah melakukan pengkajian pengembangan mi dan makaroni dari jagung.
Menurut Deputi Pusat Teknologi Agroindustri BPPT Listiyani Wijayanti di Jakarta, Jumat (25/11) bila produk pangan yang berbahan terigu dapat diganti dengan jagung makan daerah rawan pangan dapat teratasi dengan sediaan pangan non terigu dan beras.
Masyarakat perlu dikenalkan produk-produk pangan non terigu dan beras yang mudah diterima dan diproduksi secara berkelanjutan. Jika ini terjadi maka pasokan bahan baku untuk pembuatan mi maupun makaroni dari bahan lokal di sisi hulu dapat tersedia dan industri di hilirnya dapat berjalan.
Sebagaimana diketahui sebanyak 78 persen masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras dengan rata-rata menghabiskan 139 kg beras per tahun.
Ironisnya, ketika pemerintah berusaha menekan konsumsi beras namun yang terjadi terigu menggantikan beras. Mie dan roti berbahan terigu menjadi sumber karbohidrat masyarakat. Padahal tanaman gandum sebagai sumber terigu tidak dapat tumbuh baik di Indonesia. Seluruh kebutuhan gandum yang mencapai 6 juta ton per tahun atau senilai Rp25 triliun dipenuhi dengan impor dari berbagai Negara.
Dengan membuat mi dan makaroni berbahan baku lokal ini diharapkan penggunaan terigu dapat dihambat sehingga devisa Negara tidak dikuras ke luar negeri. Dari aspek ketahanan pangan dengan memasyarakatkan makaroni jangung selain member alternatif bahan pangan juga mendukung kemandirian pangan
Menurut Direktur Pusat Teknologi Agroinsutri, Priyo Atmaji, BPPT terus mengembangkan produk pangan berbasis mi dan makaroni berbahan non terigu. “Ke depan hasil kajian ini dapat diterapkan pada sentra-sentra penghasil karbohidrat seperti sagu, jagung dan ubi kayu untuk mendukung ketersediaan bahan pangan karbohidrat,” katanya.
Mitra kerja BPPT, Samsul Bahri menambahkan macaroni jagung punya prospek pasar bagus. “Makaroni jagung di pasaran lebih baik dari terigu. Apalagi produksi makaroni jagung didukung dengan padat karya. Selain macaroni kami memproduksi bihun jagung yang dalam setahun kami bisa produksi 13.000 ton. Intinya mi dan makaroni jagung ini cukup menjanjikan,” katanya.