ICOPE adalah konferensi internasional dua tahunan yang merupakan kerjasama PT SMART Tbk sebagai perusahaan atau industry kelapa sawit dengan konsentrasi dari hulu hingga hilir dan sebagai pengagas dalam kegiatan konferensi ICOPE ini.
CIRAD,merupakan lembaga penilitian yang konsen pada kelapa sawit, lembaga ini berbasis di Prancis. WWF Indonesia, merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM/NGO) bidang lingkungan hidup yang berbasis di Amerika Serikat.
Bertujuan membahas berbagai isu lingkungan, berbagai pengalaman, mencari solusi dan sumber daya terbaik bersama para akademisi, pelaku usaha, dan pengamat untuk kepentingan lingkungan dan industry minyak sawit. Dalam konferensi terakhir tahun 2012 lalu tercatat lebih dari 400 peserta yang berasal dari 15 negara telah hadir.
Pada ICOPE ke 4 ini akan diselengarakan pada tanggal 12-14 Februari 2014 bertempat di Hotel Stones, Kuta, Bali. Tema ICOPE ke 4 ini “Budidaya Kelapa Sawit: Menjadi Model Untuk Pertanian Berkelanjutan Masa Depan”. Pembukaan ICOPE 4 ini oleh Menteri pertanian RI dan pidato pengarahan oleh Menteri Kehutanan RI, Menteri Lingkungan Hidup RI.
Topik Utama dibahas pada ICOPE ke 4 ini. Deforestasi: cara mencapai pembangunan nir deforestasi, Kontribusi peningkatan hasil untuk keberlanjutan global, Gas Rumah Kaca: cara mencapai produksi minyak sawit nir emisi, Pemanfaatan Lahan: diskusi penting bagi industry minyak sawit, Kesempatan untuk pembangunan kelapa sawit berkelanjutan bagi masyarakat setempat.
Menurut Haskarlianus Pasang, Ph.D, Sustainability Division Head PT SMART Tbk mengatakan, Kolaborasi kerjasama dengan Industri terkait dikelapa sawit, lembaga penelitian dan LSM akan terbagun sinergi yang baik dan sangat power full. Karena pihak-pihak tersebut dapat saling bersinergi dan saling berkontribusi dalam mengimplementasikan undang-undang dan peraturan-peraturan dalam mengelolah industry kelapa sawit yang baik dan benar serta berkelanjutan (sustainability). Karena peraturan mengenai pembangunan industri kelapa sawit di Indonesia sangat baik sekali, apabila kita bandingingkan dengan negara lain. Karena hampir seluruh peraturan baik itu pada departemen terkait di pertanian serta lingkungan hidup serta pada kelengkapan standarisasi industry apakah itu ISO maupun sertifikat Indonesian Sustainabler Palm Oil (ISPO) dan PROPER lingkungan yang dikeluarkan oleh KemenLH juga mengatur standar yang sangat baik mulai dari hulu kebun sampai hilir prosesing produk bahkan produk akhir ditangan konsumen sangat ketat sekali aturan mengenai lingkungan di dalamnya. Apabila seluruh stake holder dapat mengikuti program yang telah ditetapkan oleh pemerintah tentunya tudingan miring dari luar negeri dapat dipatahkan, terang Haskarlianus.
“Kepedulian pemerintah pada ICOPE ini semakin kuat dirasakan. Pada tahun 2007 sebagai awal digulirkan kegiatan ini hanya dihadiri Kementerian Pertanian saja, dan pada konferensi ke 4 ini sudah dipastikan tiga kementerian akan hadir yaitu: Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Lingkungan Hidup (Kemen LH) dan Kementerian Kehutanan (KemenHut). Ketiga kementerian ini sangat kuat sekali keterkaitannya dengan kelangsungan pembangunan dan pertumbuhan industry kelapa sawit. Seharusnya peran pemerintah yang lebih kuat, karena kepentingan negara, kepentingan nasional sangat besar dalam industry kelapa sawit ini, baik dari sektor penyerapan tenaga kerja, kemandirian bahan baku pangan yang dihasilkan kelapa sawit belum lagi kalau kita bicara pemanfaatan non pangan sebagai bahan baku energi. Seharusnya pemerintah yang di depan, jangan seperti sekarang ini industry yang mepelopori, kami berharap pemerintah dapat membuka mata dalam melindungi industry kelapa sawit sebagai industry strategis nasional, karena banyak sekali komponen yang terkait dalam kelapa sawit ini, apabila pemerintah tidak melindungi maka betapa besar resiko kerugian yang akan menimpa bangsa ini,” tegas Haskarlianus.