Irfan Anwar: Revolusi AEKI di Seluruh Sektor Perkopian Nasional

JAKARTA – Memasuki Usia ke 39 tahun, Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) bertekad menjadi asosiasi yang solid dari hulu yaitu sektor pertanian, hingga hilir pada sektor produksi serta industri. Untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam perkopian nasional, AEKI akan melakukan “Revolusi” pada seluruh sektor.

Irfan Anwar, Ketua Umum AEKI masa kerja 2016-2021 dalam wawancara khusus dengan www.technology-indonesia.com mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbaik dan berkualitas. Keunggulan mutu dan kualitas cita rasa kopi Indonesia tidak ada lawannya lagi di dunia.

CEO PT. Coffindo Coffe ini menceritakan pada masa penjajahan Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) telah memperdagangkan kopi berkualitas satu dari Nusantara ke luar negeri. Sementara, kita sebagai penghasil kopi hanya menikmati kopi berkualitas jelek. Bahkan masyarakat Payakumbuh, Sumatera Barat sudah biasa meminum daun kopi. “Hingga sekarang budaya ‘Kopi Daun’ masih bertahan. Saat ini, kopi daun pun sudah di ekspor ke luar negeri,” tutur Irfan di kantor cabang Coffindo Coffee di Bakrie Tower Rasuna Epicentrum, Jakarta, sepekan lalu.

Secara keseluruhan menurut Irfan, perkopian nasional masih memiliki banyak kelemahan. Produksi nasional sangat rendah. Pengembangan mutu bibit tanaman kopi nasional juga sangat memprihatikan. “Hampir sebagian besar bibit tanaman kopi masyarakat merupakan bibit asal-asal saja dari pengembangan bibit yang pembiakannya melebihi sepuluh kali turunan. Akhirnya kualitas produksi buah pun semakin menurun. Masyarakat sering membeli bibit yang tidak jelas dan tidak bersertifikat,” ungkap pria yang pernah mendapat penghargaan The Most Outstanding Enterpreneur from Enterprise Asia 2011 ini.

Rata-rata perkebunan kopi yang tersebar di Nusantara dibudidayakan oleh masyarakat atau perkebunan rakyat. Luasan perkebunan kopi yang dikelola oleh masyarakat rata-rata luasannya di bawah dua hektar. Banyak sekali permasalahan rumah tangga yang perlu pembenahan bersama.

Peraih Ernst & Young (EY) Enterpreneur of the year 2015  ini menyatakan memasuki usia ke 39 tahun, AEKI seharusnya sudah matang. Oleh sebab itu dalam kepengurusan 2016-2021 ini, kami mendeklarasikan untuk melakukan “Revolusi” pada seluruh sektor. Tujuan akhirnya untuk memberikan manfaat bagi bangsa dan negara, serta kesejahteraan petani.

Tentunya ini bukan pekerjaan mudah, lanjut Irfan. Apabila AEKI solid, kuat, dan menjadi wadah tunggal bagi seluruh pelaku perkopian nasional dari hulu hingga hilir, tentunya pekerjaan seberat apapun akan menjadi ringan. “Kita harus menjalankan program-progam yang berkesinambungan, terukur dan fokus pada bidang dan permasalahan yang dihadapi dalam perkopian nasional ini,” kata Irfan.

AEKI merupakan asosiasi pertama berdiri dalam perkopian nasional. Sejarah pendiriannya sangat jelas untuk membangun kebersamaan dalam rangka mensejahterakan seluruh pemangku kepentingan dalam perkopian baik itu petani rakyat, industri dalam negeri serta para eksportir. “Silahkan saja ada asosiasi lain dalam perkopian nasional. Akan tetapi, AEKI harus menjadi induk dari organisasi lainnya. AEKI harus solid dan kuat baik itu di tingkat nasional, regional serta internasional,” tegasnya.

Saat ini, AEKI sudah memiliki 10 Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang tersebar di seluruh Indonesia, yaitu: DPD Sulawesi, Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Papua, Nusa Tengara, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali. AEKI memiliki 320 anggota terdiri dari ekspotir, petani/perkebunan, serta industri, baik itu perorangan dan institusi.

Mengenai kinerja AEKI sudah tak diragukan lagi, tegas Irfan. Baru-baru ini pemerintah menyatakan akan mengelontorkan dana Rp 5,9 triliyun kepada seluruh petani kopi se-Nusantara. Bentuknya berupa paket bantuan Kredit Usaha Tani (KUT) mulai Rp 5 juta – Rp 25 juta per petani. Dana ini dapat dimanfaatkan sebagai pengembangan, perawatan dan replanting tanaman yang sudah tua maupun kurang produktif.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) juga akan memberikan bibit unggul bersertifikat. Kementan akan kembali menghidupkan tenaga pendamping, tenaga ahli, dan tenaga lapang di setiap daerah. Program yang sudah 10 tahun lebih ini semenjak pemerintahan Presiden Soesilo (SBY) dihapuskan. Ini merupakan salah satu perjuangan dari AEKI kepada pemerintah, ujar Irfan.

Irfan menegaskan, revolusi AEKI wajib kita laksanakan. Jika tidak, kita akan tergilas oleh zaman. Irfan memberikan gambaran, ke depannya situasi dunia semakin global. Pada 2016 Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sudah berlaku. Sebentar lagi Asean Free Trade Area (AFTA) juga akan berlaku. Arus investasi ke dalam negeri dengan mudahnya masuk karena berbagai fasilitas yang diberikan pemerintah.

Menurut Irfan, seharusnya pemerintah jangan memberikan 100 persen asing masuk ke dalam negeri secara total. Akan tetapi jika berinvestasi tidak masalah. “Jika 100 persen diberikan kepada asing, pengusaha lokal akan megap-megap. Rata-rata pengusaha lokal kita tidak padat modal, teknologi, apalagi penguasaan pasar. Seharusnya investor asing bermitra dengan pengusaha lokal. Ini baru sangat fair,” ujar Irfan.

Irfan melanjutkan, AEKI mendatang akan lebih inovatif dan bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan, baik itu pelaku perkopian, pemerintah, perguruan tinggi serta pihak lainnya. AEKI akan “back to basic,” memperkuat potensi di dalam negeri yang kita miliki. AEKI akan mengelola potensi pasar dalam negeri yang sangat besar dan potensial dengan baik.

Menurutnya, angka per kapita konsumsi minum kopi masyarakat kita masih sangat rendah, belum mencapai 1 kg per tahun per jiwa. Sementara di belahan dunia lain, angka konsumsi kopinya sudah tinggi, seperti Amerika mencapai 5-10 kg per tahun per jiwa. Padahal, penduduk Indonesia menurut data resmi sudah mencapai 250 juta. “Kenapa kita harus ngotot untuk menembus pasar ekspor, sementara pasar yang sangat besar di depan mata tidak digarap dengan baik,” ungkapnya.

Irfan menyatakan, beberapa tahun belakangan ini kedai-kedai kopi sudah tumbuh dan berkembang dengan baik. “Ini merupakan pertanda masyarakat semakin mencintai kopi. Apalagi kita memberikan kopi dengan kualitas nomer satu,” pungkas enterpreneur muda ini.  Albarsah

——————————————————————————————–

BIODATA

Nama :  Irfan Anwar

Pendidikan:

– Ekonomic, BSC, Universitas Islam, Sumatera Utara

Master of Management, Universitas Sumatera Utara

Jabatan organisasi :

1. Ketua umum AEKI 2012-2016

2. Ketua umum AEKI periode 2016-2021

Perusahaan :

– CEO PT COFFINDO COFFE

Founder PT COFFINDO COFFE

Executive Director PT HARMONY GROUP

Penghargaan :

– Ernst & Young (EY) Enterpreneur of the year 2015

– CEO of Coffindo Received Awards ASEAN Business Man of The Year 2012

The Most Outstanding Enterpreneur from Enterprise Asia 2011

– Coffindo Receive Award from Presiden SBY

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author