Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Mikrobiologi Terapan tengah mengembangkan pemanfaatan kacang Koro (Canavaria ensiformis) sebagai bahan baku mycoprotein. Pemilihan kacang Koro yang mempunyai kandungan protein tinggi ini merupakan upaya memanfaatkan komoditas lokal sehingga tidak perlu mengimpor bahan baku dari luar.
Protein merupakan sumber nutrisi yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan manusia. Fungsi protein bagi tubuh diantaranya yaitu sebagai sumber energi dan membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kebutuhan akan protein tinggi, khususnya bagi anak-anak sangat diperlukan untuk perkembangan tubuh dan otaknya.
Periset Pusat Riset Mikrobiologi Terapan BRIN, Dandy Yusuf mengatakan pihaknya telah melakukan riset untuk mengembangkan kacang Koro menjadi bahan baku mycoprotein. Pihaknya telah memperoleh isolat kapang potensial dari tempe dan oncom tradisional Indonesia.
“Saat ini kami tengah melakukan proses lanjutan untuk menghasilkan bubuk tinggi protein lewat proses fermentasi dan defatisasi,” jelas Dandy dalam Kunjungan Industri ke PT. Yasa Jamur Sriwijaya pada Senin (12/6/2023) di Cimahi, Bandung.
Dandy menerangkan bahwa kacang Koro mengandung 30% protein. Ketika kacang Koro difermentasi serta melewati proses maserasi dan sonikasi, diharapkan ada 60% kandungan protein yang dihasilkan. Sesuai standar CODEX, kandungan minimal 60% protein dalam suatu bahan pangan dapat diklaim sebagai produk high protein.
Pemilihan kacang Koro sebagai bahan baku pembuatan mycoprotein yang mempunyai kandungan protein yang tinggi adalah sebagai upaya memanfaatkan komoditas lokal sehingga tidak perlu mengimpor bahan baku dari luar.
R. Haryo Bimo Setiarto, periset Pusat Riset Mikrobiologi Terapan yang juga tergabung dalam tim penelitian ini mengatakan bahwa target selanjutnya dari riset ini adalah memperbaiki kualitas mycoproteinnya dan juga penguatan pengolahan.
“Harapan kami akhir tahun ini ada prototype sample. Sehingga di tahun berikutnya riset ini akan berkembang untuk menentukan olahannya akan seperti apa,” ujar Haryo.
Kunjungan industri ini merupakan implementasi dari kerjasama yang telah terjalin antara Pusat Riset Mikrobiologi Terapan BRIN dan PT. Yasa Jamur Sriwijaya.
Ruang lingkup kerjasama yang tengah dijalani diantaranya adalah melakukan penelitian dan pengembangan teknologi produksi mycoprotein sel tunggal melalui fermentasi menggunakan komoditas lokal; membuat formulasi produk daging analog berbasis mycoprotein sel tunggal; dan membuat prototipe daging analog berbasis mycoprotein sel tunggal.
Direktur PT. Yasa Jamur Sriwijaya, Widya Putra mengatakan kerjasama ini bertujuan memberikan terobosan baru menghasilkan protein yang sustainable dan lebih terjangkau harganya.
“Idenya adalah mengganti weight protein yang biasanya impor yang tentunya dengan harga lebih mahal. Intinya dari kerjasama ini adalah menghasilkan sumber protein dengan harga lebih terjangkau dan proteinnya lebih bagus. Harapannya bisa menjadi solusi stunting untuk negara kita,” pungkas Widya.