Produk Inovatif PUI Maritim dan Perikanan

alt
 
JAKARTA – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) telah menginisasi Program Pengembangan Pusat Unggulan Iptek (PUI) untuk penguatan kapasitas dan kapabilitas lembaga litbang. Program ini terus dikembangkan agar lembaga litbang mampu menghasilkan produk iptek berbasis demand/market driven untuk mendukung peningkatan daya saing sesuai potensi ekonomi daerah.
 
Kepala Sub Direktorat Lembaga Litbang Pemerintah Pusat Kemenristekdikti Yudho Baskoro mengatakan, saat ini sudah ada 45 lembaga litbang yang dibina menjadi PUI dan 19 di antaranya sudah ditetapkan sebagai PUI. “Kita harus memberikan kontribusi nyata pada perekonomian. Dengan kapasitas litbang kita dorong untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” jelas Yudho pada acara Coffee Morning Public Expose PUI, di Jakarta, Jumat (2/11/2016).
 
Kegiatan bertema “Dukungan Pemanfaatan Riset Dalam Menjaga Maritim Indonesia” ini menampilkan beberapa produk inovatif PUI yang tergabung dalam klaster PUI Maritim dan Perikanan. Beberapa hasil penelitian PUI klaster ini dapat digunakan oleh masyarakat untuk meningkatkan kekuatan sektor maritim Indonesia.
 
Yudho memaparkan PUI yang tergabung dalam Klaster PUI Maritim dan Perikanan antara lain PUI Pemuliaan Ikan – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), PUI Bahan Aktif Laut – KKP, PUI Hidrodinamika Bangunan Apung – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), PUI Broadband Wireless Access – Institut Teknologi Bandung (ITB), dan PUI Permodelan Data Atmosfer Indonesia – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
 
Kepala Balai Penelitian Pemuliaan Ikan KKP, Bambang Gunadi mengatakan PUI Pemuliaan Ikan KKP yang berlokasi di Sukamandi, Jawa Barat telah mengembangkan kapasitas riset pemuliaan ikan dalam mendukung sumber daya perikanan air tawar. “Tugas kami meningkatkan kualitas genetika ikan sehingga menjadi lebih baik dan tahan penyakit,” lanjutnya.
 
Produk hasil penelitian dari PUI Pemuliaan Ikan KKP antara lain Ikan Nila Srikandi yang merupakan strain ikan nila unggul yang dipersiapkan untuk perairan bersalinitas tinggi. Hasil persilangan antara ikan nila hitam nirwana betina dan ikan nila biru jantan ini secara resmi telah dilepas ke masyarakat pada 2012.
 
Strain Udang Galah GI Macro II merupakan strain unggul udang galah yang dibentuk dari empat strain udang galah yang secara geografis berasal dari tempat yang berbeda, yakni Barito (Sungai Barito, Kalimantan Selatan), Musi (Sungai Ogan, Sumatera Selatan), Asahan (Sungai Asahan, Sumatera Utara) dan Ciasem (Sungai Ciasem, Jawa Barat) serta strain udang galah GI Macro. Udang ini tumbuh lebih cepat dan tahan terhadap penyakit vibriosis tinggi.
 
Ikan Lele Mutiara merupakan strain unggul ikan lele yang dibentuk dari gabungan persilangan strain ikan lele Mesir, Paiton, Sangkuriang dan Dumbo yang diseleksi selama tiga generasi pada karakter pertumbuhan. Lele Mutiara memiliki laju pertumbuhan dan daya tahan tinggi, cepat panen dengan keseragaman ukuran relatif tinggi, serta tahan terhadap penyakit.
 
Produk unggulan lainnya adalah Ikan Mas Mustika merupakan strain unggul baru ikan mas Rajadanu yang telah ditingkatkan ketahanannya terhadap penyakit KHV (Koi Herpes Virus) melalui program seleksi berdasarkan marka molekuler MHC II spesifik pada alel Cyca-DAB1*05. Jenis yang telah dihasilkan ini juga telah dilepas ke masyarakat.
 
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Puslitbang Daya Saing Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (P3DSPBKP) KKP Nugroho Aji memaparkan hasil karya inovatif PUI Bahan Aktif Laut pada P3DSPBKP dalam pemenuhan bahan baku, bahan bantu dan produk berbasis sumber daya hayati laut dalam mendukung industri pangan dan kesehatan. 
 
Produk inovatif tersebut antara lain Fukoidan, bahan aktif laut yang berasal dari rumput laut coklat yang ketersediaannya sangat melimpah. Dengan teknologi ekstraksi/produksi yang dikuasai fukoidan digunakan sebagai ingredient untuk produk supplemen,kosmetik dan farmasi.
 
Institusi Litbang yang dibina PUI sejak 2016 ini menghasilkan produk home care berbasis rumput laut seperti karaginan yang telah diaplikasikan sebagai gel pengharum ruangan. Serta produk personal care berbasis rumput laut seperti pada lotion, body scrub, dan sabun. 
 
PUI Bahan Aktif Laut juga memiliki produk unggulan minyak ikan dengan konsentrasi tinggi PUFA (polyunsaturated fatty acid) yang siap sebagai ingredient pangan fungsional dan minyak ikan layak konsumsi atau minyak ikan untuk pangan. Produk lainnya adalah enzim protease mikroba laut dari sumber air laut panas telah diproduksi untuk membuat hidrolisat protein ikan (HPI) secara biologi. Enzim ini dapat memecah protein sehingga nilai gizinya tetap ada tapi mudah untuk dicerna.
 
“Pada tahun ini minuman berbasis alginat telah dihilirisasi oleh PT Rizky Food Sukabumi. Saat ini pendampingan dari tim peneliti P3DSPBKP masih dilakukan baik dalam produksi alginat maupun produksi minuman alginat,” pungkas Nugroho.
 
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author