Inovasi LARITA dan Crab Drum, Bantu Nelayan dan Pembudidaya Kepiting

TechnologyIndonesia.id – Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros telah mengembangkan Lampu Ri Tallangang (LARITA) dan Crab Drum untuk budi daya kepiting.

Kedua inovasi tersebut ditetapkan sebagai teknologi terekomendasi berdasarkan Keputusan Kepala BPPSDM KP Nomor 320 Tahun 2025, yang dapat diadopsi oleh masyarakat pesisir dan pelaku usaha perikanan untuk meningkatkan efisiensi produksi serta keberlanjutan lingkungan.
 
”Keberhasilan inovasi teknologi seperti LARITA dan Crab Drum dapat ditunjukkan dari mudahnya teknologi tersebut diadopsi masyarakat karena memiliki kriteria murah untuk dicoba serta mudah atau tidak rumit untuk diterapkan,” terang Kepala Pusat Penyuluhan KP, Yayan Hikmayani dalam siaran resmi di Jakarta, Selasa (18/11/2025).
 
Inovasi Lahir dari Kebutuhan Masyarakat
 
Kepala BRPBAP3 Maros, A. Indra Jaya Asad menyampaikan bahwa kedua inovasi ini merupakan hasil pengembangan yang dekat dengan kebutuhan masyarakat.

“Kami berangkat dari persoalan nyata di masyarakat, bagaimana nelayan dan pembudi daya bisa tetap produktif dengan biaya operasional rendah namun ramah lingkungan. LARITA dan Crab Drum adalah wujud nyata transfer teknologi yang sederhana tapi berdampak besar bagi kesejahteraan pesisir,” ujar Indra.
 
LARITA (Lampu Ri Tallangang) merupakan lampu celup hemat energi yang digunakan nelayan kecil untuk meningkatkan hasil tangkapan ikan pelagis pada malam hari. Dibandingkan dengan lampu halogen konvensional 500 watt, LARITA hanya memerlukan daya 10–30 watt dan mampu menurunkan konsumsi bahan bakar hingga 80 persen.
 
Uji coba di Kepulauan Selayar menunjukkan peningkatan hasil tangkapan hingga 150 persen, dengan penggunaan energi yang jauh lebih efisien dan dampak lingkungan yang minim. Lampu ini juga bisa dijalankan menggunakan aki bekas atau panel surya, sehingga cocok untuk nelayan kecil di daerah terpencil.
 
Sementara itu, inovasi Crab Drum merupakan wadah berbentuk silinder fleksibel dari bahan plastik kuat yang dirancang untuk budidaya kepiting bakau (Scylla spp.). Teknologi ini mampu mencegah kanibalisme antarkepiting, meningkatkan efisiensi pakan, dan mempermudah proses pemeliharaan hingga panen.

Dari hasil uji lapang di berbagai daerah seperti Wakatobi, Konawe, dan Sidoarjo, Crab Drum terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan kepiting hingga 40–60 persen, dengan masa balik modal usaha kurang dari dua tahun.
 
Lahirnya teknologi terekomendasi ini menjadi contoh sinergi antara fungsi riset, pengembangan teknologi, dan penyuluhan perikanan BPPSDM KP. Melalui forum seperti ini, inovasi yang lahir dari lapangan dapat disebarluaskan sehingga diadopsi secara luas oleh masyarakat dengan pendampingan penyuluh perikanan di lapangan.
 
Dengan potensi penerapan yang terus diperluas ke berbagai daerah pesisir di Indonesia, LARITA dan Crab Drum menjadi simbol transformasi teknologi perikanan yang sederhana, hemat, dan berkelanjutan, mendukung terwujudnya ekonomi biru yang inklusif dan tangguh.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author