Cegah Kematian Massal Ikan, KKP Rekomendasikan Kalender Prediksi dan Skema Alur Penanganan

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kematian massal ikan di Keramba Jaring Apung (KJA) di perairan Danau Toba yang terjadi tahun ini diperkirakan mencapai 200 ton. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pun mengeluarkan rekomendasi berupa kalender Prediksi Kematian Massal Ikan dan skema Alur Penanganan Kematian Massal Ikan untuk meminimalisir peristiwa kematian massal ikan tersebut.

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja mengatakan kalender Prediksi Kematian Massal Ikan dan skema Alur Penanganan Kematian Massal Ikan, berisikan data dan informasi penyebab kematian massal ikan KJA, termasuk upaya penanggulangannya sebagai bagian upaya pencegahan dan pengendalian peristiwa kematian massal ikan.

“Kalender prediksi dan skema alur penanganan ini dapat membangun kesadaran pembudidaya dan para pengambil kebijakan untuk tidak menganggap sepele setiap kasus kematian massal ikan,” terang Sjarief saat temu media terkait kematian massal ikan, di Jakarta pada Kamis (13/9/2018).

Lebih lanjut Sjarief memaparkan, berdasarkan hasil penelitian di lapangan, terdapat tiga kategori dalam kalender Prediksi Kematian Massal yang patut dicermati, yakni kategori aman, waspada dan bahaya. Pada kategori aman, para pembudidaya KJA dapat melakukan kegiatan budidaya sesuai dengan standar dan daya dukung serta zonasi yang telah dilakukan.

“Sedangkan pada kategori waspada, para pembudidaya KJA di minta untuk mengurangi pemberian pakan, kurangi padat tebar ikan dalam KJA, memperhatikan perubahan kondisi lingkungan perairan, hingga melakukan panen lebih awal,” tuturnya.

Disamping itu, terdapat peringatan dini yang harus dicermati para pembudidaya KJA, yakni jika temperatur air di KJA rendah, oksigen terlarut rendah (< 3mg/L), angin dan mendung sepanjang hari, serta terjadi hujan lebat terus menerus, maka dipastikan akan memasuki kategori bahaya.

Memasuki kategori bahaya, seluruh pembudidaya diminta melakukan pemanenan ikan yang siap panen, menghentikan kegiatan budidaya, memelihara ikan yang tahan terhadap kondisi perairan jelek, penambahan aerasi, serta relokasi KJA ke lokasi yang lebih dalam.

“Upaya pencegahan dan pengendalian bisa dilakukan asalkan pembudidaya mematuhi peraturan dan mengikuti himbauan. Diperlukan ketegasan dari pemerintah daerah atau dinas setempat untuk melarang para pembudidaya melaksanakan budidaya di bulan-bulan yang masuk dalam kategori bahaya,” tegasnya.

Bersamaan dengan kalender prediksi kematian massal, BRSDM juga memiliki skema alur penanganan kematian massal ikan di KJA sebagai cara penanganan kematian massal ikan di KJA. KKP memiliki rekomendasi, diantaranya penggunaan eceng gondok untuk memperbaiki kualitas air.

“Eceng gondok memiliki kemampuan menyerap logam berat dan residu pestisida. Akar dari tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes) mempunyai sifat biologis sebagai penyaring air yang tercemar oleh berbagai bahan kimia,” terangnya.

Pembudidaya juga dapat menggunakan hasil penelitian KKP berupa Buoy Pluto untuk peringatan dini pencemaran perairan. Buoy Pluto merupakan alat pemantau kualitas air yang dapat diakses melalui internet (sistem telemetri). Dengan alat ini, para pembudidaya dapat memahami dan membaca keadaan lingkungan penyebab umbalan.

KKP juga memiliki KJA Sistem Manajemen Air dengan Resirkulasi dan Tanaman (SMART) yang merupakan sistem budidaya KJA dengan meminimalisir masukan bahan pencemar organik dari pakan yang terbuang dari limbah budidaya KJA. KJA SMART memadukan sistem semi resirkulasi, akuaponik dan filtrasi fisik. Dengan menerapkan KJA SMART diharapkan dapat menjadi solusi terhadap perbaikan dan konservasi perairan.

Untuk mengurangi dampak negatif pakan yang tidak termakan ikan budidaya, dapat dilakukan dengan menerapkan budidaya ikan dalam KJA ganda. Ikan yang dipelihara dalam jaring lapisan kedua (bagian luar) tidak diberi makan dan hanya mengandalkan makanan yang tidak termakan ikan utama yang dipelihara dalam jaring lapisan kesatu (bagian dalam).

Peningkatan produksi di perairan umum juga dapat dilakukan melalui Culture-Based Fisheries (CBF). Program CBF memiliki manfaat untuk menjaga lingkungan dan kualitas air danau atau waduk serta meningkatkan ekonomi nelayan lokal.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author