TechnologyIndonesia.id – Teripang gamat (Stichopus sp.) dengan bioaktivitasnya, banyak dimanfaatkan dalam bidang medis sebagai bahan baku di industri obat hingga kosmetika. Permintaan yang terus meningkat untuk pasar domestik dan internasional telah menyebabkan eksploitasi berlebih di alam.
Teripang bisa dibudidayakan, namun untuk mencapai ukuran yang siap panen sebagai bahan baku industri (lebih dari 250 gram) memerlukan waktu relatif lama.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Perikanan bersama CV Inti Resource Aquatic (IRA) mengembangkan budi daya teripang gamat untuk bahan baku industri obat di Bali sejak 2022-2024. Kerja sama ini meliputi riset pembenihan dan pembesaran teripang.
Tim riset yang diketuai oleh I Nyoman Adi Asmara Giri dan berangotakan Ni Ketut Maha Setiawati, Jhon Harianto Hutapea, Ananto Setiadi, Gunawan, dan Sari Budi Moria Sembiring melakukan kegiatan pendederan teripang gamat di Kawasan Konservasi Ilmiah (KKI) Biota Laut Gondol sejak 2023.
Pendederan merupakan cara memproduksi benih biota untuk siap dibesarkan lebih lanjut. Tujuan akhir dari riset ini adalah untuk membudidayakan teripang gamat di Keramba Jaring Tancap (KJT) sehingga dapat meningkatkan produksinya dan memenuhi kebutuhan bahan baku industri.
“Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengurangi aktivitas penangkapan di alam serta menjaga kelestarian teripang gamat,” kata Adi, dalam keterangannya pada Sabtu (15/2/2025).
Adi menyatakan riset pembenihan telah menunjukkan progres signifikan dan dapat diproduksi secara massal, walaupun sintasan benih masih relatif rendah dan bervariasi, khususnya pada fase pendederan pertama.
“Sementara pada fase pendederan tahap selanjutnya, untuk menghasilkan benih ukuran sekitar 20 gram dan kondisi optimal yang siap ditebar pada budi daya pembesaran di KJT telah memberikan hasil yang baik,” ungkapnya.
Adi menjelaskan, kegiatan riset pendederan teripang gamat melibatkan penggunaan shelter sebagai feeding plate untuk meningkatkan sintasan dan pertumbuhan benih.
Selain itu, dilakukan juga budi daya pembesaran teripang gamat di Keramba Jaring KJT. “Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Riset dan Inovasi Indonesia Maju (RIIM-LPDP) yang didanai bersama oleh CV IRA,” jelasnya.
Lebih lanjut Adi mengungkapkan, kegiatan budi daya pembesaran dapat dilakukan oleh kelompok nelayan atau pembudi daya ikan sebagai kegiatan atau usaha tambahan karena kegiatan ini tidak memerlukan penanganan yang intensif dan juga tidak memberikan pakan, hanya kontrol saja.
Salah satu anggota tim riset Ni Ketut Maha Setiawati menambahkan, teripang merupakan biota sangat unik karena suka memakan bahan organik yang ada di dasar atau substrat, pasir, hingga bentos yang tumbuh di dasar, atau bahan organik yang menempel di rumput laut.
“Teripang gamat siap dipanen jika beratnya lebih dari 250 gram dan dapat digunakan sebagai bahan baku industri,” kata Setiawati.
Sementara anggota tim riset lainnya Jhon Harianto Hutapea mengungkapkan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menerapkan kebijakan pembatasan ekspor teripang dari alam.
Karena itu, pemanfaatan teripang gamat, baik dari budi daya maupun penangkapan di alam, memerlukan izin dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) yang merupakan unit pelaksana teknis dibawah Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (DJPRL), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). (Sumber: brin.go.id)
BRIN Gandeng CV IRA Kembangkan Budi Daya Teripang Gamat untuk Bahan Baku Obat dan Kosmetik
