TechnologyIndonesia.id – Kebutuhan benih varietas unggul baru tanaman kelapa dan palma lainnya makin meningkat seiring peningkatan minat stakeholder dalam mengembangkan komoditi perkebunan. Karena itu diperlukan riset yang berkelanjutan dalam bidang kelapa dan palma lainnya.
Saat ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan varietas unggul komiditi kelapa dan palma. Riset tersebut diperlukan dalam mendukung program peremajaan dan pengembangan komoditi palma oleh pemerintah yang membutuhkan ketersediaan benih varietas unggul.
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) BRIN, Puji Lestari menyampaikan bahwa riset pemuliaan tanaman kelapa sudah dimulai sejak jaman kolonial Belanda pada 1930 dengan didirikannya Klapper Proofstation sebagai lokasi penelitian kelapa di Manado.
“Sejak berdiri, Klapper Proofstation telah beberapa kali berubah nama. Namun pada 1984 lebih fokus menangani tanaman kelapa, dengan nama Balai Penelitian Kelapa atau Balitka,” ungkap Puji dalam ‘Sharing Session’ pada acara EstCrops Corner #1 bertajuk ‘Status dan Peluang Riset Pemuliaan Kelapa dan Tanaman Palma Lainnya’ secara daring, pada Senin (26/2/2024).
Pada 2011, mandat Balitka ditambah dengan komoditas sawit dan nipah. Namanya pun berubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Palma yang populer dengan sebutan Balit Palma.
Pada 2020, mandat Balit Palma ditambah dengan komoditas kurma. Berbagai inovasi teknologi hasil pemuliaan tanaman kelapa dan palma lainnya telah dihasilkan, di antaranya varietas unggul.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Riset Tanaman Perkebunan (PR Tbun) BRIN, Setiari Marwanto menjelaskan bahwa EstCrops Corner merupakan platform webinar di PR Tbun yang didedikasikan sebagai media sharing knowledge dan inisiasi kolaborasi bagi pemerhati riset perkebunan.
Acara ini rencananya akan diselenggarakan sebanyak 11 kali selama rentang waktu 2024 dengan topik meliputi empat ruang lingkup riset di PR Tbun antara lain riset pemuliaan untuk peningkatan produktivitas dan mutu tanaman perkebunan.
Setiari menambahkan, PR Tbun memiliki ruang lingkup komoditas tanaman kelapa dan palma lainnya juga memiliki ruang lingkup komoditas rempah, obat dan aromatik, tanaman pemanis, serat, tembakau dan minyak industri, tanaman industri dan penyegar.
Peneliti Ahli Utama, PR Tbun BRIN Novarianto Hengky menjelaskan bahwa Kelompok Riset Pemuliaan Tanaman Palma menangani riset tanaman palma lainnya selain kelapa dan sawit yaitu komoditas Sagu, Aren, Pinang, Lontar, Gewang, Nipah dan Kurma
Produk utama dari komoditas tersebut adalah berupa pati yang berasal dari sagu, gula aren, biji pinang kering, CPO dan PKO dari sawit, gula aren dari lontar, gula nipah, manisan buah kurma, serta putak dari gewang yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Hingga tahun 2023 telah dihasilkan sebanyak 53 varietas unggul kelapa, 4 varietas sagu, 4 varietas aren, dan 3 varietas pinang.
Saat ini plasma nutfah in situ sangat beragam di lapangan, tetapi koleksi ex situ masih terbatas. Riset varietas unggul masih sebatas observasi unggul lokal atau diistilahkan dengan pemutihan. Perakitan varietas unggul melalui seleksi dan hibridisasi pun masih sangat terbatas untuk palma-palma di atas, kecuali sawit.
“Tanaman palma lain ini membutuhkan perhatian serta kebijakan riset agar pengembangan ke depannya akan lebih baik lagi, karena sebagai sumber pangan dan energi, terutama bagi masyarakat di pedesaan dan daerah miskin,” sambung Hengky.
Peneliti Ahli Madya, PR Tbun BRIN, Ismail Maskromo mengungkapkan bahwa riset pemuliaan kelapa hingga tahun 2023 telah menghasilkan 53 varietas unggul.
Varietas unggul tersebut terdiri dari 4 varietas kelapa Genjah Unggul Nasional, 6 varietas kelapa Genjah Unggul Lokal, 11 varietas kelapa Dalam Unggul Nasional, 22 varietas kelapa dalam unggul lokal, dan 10 varietas kelapa hibrida (G x D dan D x D). (Sumber brin.go.id)