Tingkatkan Produktivitas, Pemerintah akan Revitalisasi Kelapa

Serpong, Technology-Indonesia.com – Sebagai salah satu negara penghasil kelapa terbesar di dunia, Indonesia belum maksimal mengembangkan industri kelapa. Saat ini, lebih dari 95% pohon kelapa dimiliki oleh petani dengan pengelolaan secara sederhana. Produktivitas kelapa juga sangat rendah karena sudah tua. Untuk itu perlu dilakukan peremajaan atau revitalisasi untuk mengembalikan produktivitas kelapa.

Asdep Perkebunan dan Holtikultura Kemenko Perekonomian Wilistra Danny mengatakan revitaliasi kelapa ini harus dilakukan secara bersamaan dengan menyiapkan industri pengolahan produk-produk kelapa. Saat ini, petani masih terus bertahan dengan kondisi yang ada meskipun harga kelapa sangat rendah karena menjual bahan mentah berupa kelapa bulat.

“Padahal semua bagian dari pohon kelapa mempunyai added value yang sangat tinggi. Kita akan mendorong semua produk-produk yang bisa dihasilkan dari pohon kelapa ini. Tentunya hal ini harus didahului dengan kesiapan kebun kelapanya. Karena itu kita akan melakukan peremajaan atau revitalisasi,” kata Wilistra di sela Focus Group Discussion (FGD) Identifikasi Persoalan Teknologi Pengolahan Kelapa di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BB Mektan), Serpong, pada Selasa (10/7/2018).

FGD yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lingga, Kepulauan Riau bekerjasama dengan BB Mektan ini diikuti para pengusaha berbagai macam produk turunan kelapa seperti arang batok, briket, gula kelapa, minyak kelapa, santan, sabut kelapa dan lain sebagainya. Diskusi ini juga dihadiri beberapa bupati anggota Koalisi Kabupaten Penghasil Kelapa (KOPEK).

Wilistra Danny (paling kiri) bersama pembicara FGD Identifikasi Persoalan Teknologi Pengolahan Kelapa di BB Mektan, Serpong, pada Selasa (10/7/2018).

Wilistra mengungkapkan kegiatan ini merupakan momentum yang bagus karena di daerah sudah terbentuk KOPEK yang menghimpun sekitar 250 kabupaten penghasil kelapa dan mempunyai luasan kelapa lebih dari 5 ribu hektar. Dengan adanya KOPEK akan lebih memudahkan untuk menterjemahkan kebijakan pemerintah pusat ke daerah karena sudah ada wadahnya.

“Seringkali terjadi pembangunan tidak berjalan seperti yang diharapkan karena kebijakan dari pusat itu sulit diimplementasikan di daearah. Dengan adanya wadah KOPEK ini sudah dibangun pemahaman dan kesamaan,” tuturnya.

Menurut Wilistra, permasalahan kelapa ini sudah diangkat dalam Rapat Koordinasi (Rakor) tingkat menteri yang dipimpin Menko Perekonomian pada 31 Mei 2018. Salah satu putusan rakor, Menko Perekonomian akan mengadakan rapat reguler dengan mengundang tiga menteri yaitu menteri pertanian, menteri perdagangan dan menteri perindustrian untuk membangun tidak hanya di on farm tapi juga industri kelapa.

Dengan pengembangan industri kelapa, lanjutnya, kita bisa menghasilkan produk kelapa yang memiliki nilai tambah tinggi. Jika diekspor dalam bentuk kelapa bulat harganya sangat murah hanya Rp 300an perbutir. Kondisi ini bisa menyebabkan petani beralih ke komoditi lain. “Kita harus jaga agar mereka tetap menjadi petani kelapa tetapi harus kita dorong dengan kebijakan-kebijakan dan fasilitas dari pemerintah,” terangnya.

Program pengembangan kelapa akan dilakukan melalui upaya paralel atau simultan dengan cara membenahi hulu dan mengembangkan hilir. Wilistra mencontohkan, BB Mektan telah mengembangkan berbagai teknologi untuk pengembangan industri kelapa. Program ini juga akan melibatkan perguruan tinggi dan para ahli.

“Dengan adanya Hari Kelapa Dunia di Kabupaten Lingga, kita akan membangun networking, berkomunikasi dengan negara lain yang juga mengembangkan kelapa,” lanjutnya.

Pada kesempatan tersebut, Wilistra menyarankan agar KOPEK segera mengindentifikasi lokasi pelaksanaan revitalisasi kelapa, berapa luas dan kebutuhan bibit, serta sarana dan prasarana yang perlu disiapkan untuk mendukung peremajaan ini.

“Kami harap FGD ini bisa menghasilkan modelitas awal, prakondisi apa yang harus kita siapkan. Sekarang kita belum punya basis data yang cukup kredibel berapa luasan dan lokasi yang harus direvitalisasi, maupun sumber benih yang baik dan bersertifikat sehingga kita harapkan ketika peremajaan dilaksanakan dalam beberapa tahun sudah bisa menghasilkan,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author