Tim Peneliti Balitbu Tropika Susuri Jejak Pisang Ameh Pasaman

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Tim peneliti Badan Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika) menyusuri jejak pisang varietas Ameh Pasaman di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, pada Senin pagi (12/11/2018). Pisang mungil legit ini merupakan unggulan spesifik dari Kecamatan Lubuk Sikaping, Bonjol, dan Simpati.

Tanah longsor dan gerimis di sepanjang jalan Agam-Pasaman tak menyurutkan niat peneliti pisang Balitbu Tropika untuk mencari informasi terkini tentang pisang Ameh Pasaman. Saat memasuki ruas jalan Bonjol dan Lubuk Sikaping mulai terlihat pertanaman pisang Ameh Pasaman yang bercampur dengan varietas lain.

Di daerah Manggung, Kecamatan Lubuk Sikaping ditemukan jejeran kios pedagang buah yang menjual pisang Ameh Pasaman dan salak. Kedua komoditas tersebut merupakan ikon daerah ditambah dengan kacang. Pemda setempat mewajibkan masyarakat untuk selalu mengonsumsi pisang, salak, dan kacang (dikenal dengan istilah PSK) yang merupakan komoditas unggulan dari daerah tersebut.

Pisang Ameh Pasaman mempunyai ukuran buah kecil dengan warna kuning emas saat matang. Rasanya manis legit nyaris tanpa air dan ujung buah tetap hijau meskipun sudah matang. Buah pisang Ameh Pasaman tidak mudah rontok dari sisirnya dan tahan simpan.

Varietas unggul pisang ini dirilis oleh Pemda Pasaman bekerjasama dengan Balitbu Tropika pada 2007. Karakter unggul itu hanya muncul saat ditanam di daerah tersebut dan daerah dengan agroekosistem yang mirip dengan daerah asalnya.

Untuk mendapatkan informasi terbaru pisang Ameh Pasaman ini, tim peneliti pisang berbincang-bincang dengan Yusmar, salah seorang pedagang sekaligus Ketua Kelompok “Mutia” yang khusus menangani olahan pisang Ameh Pasaman menjadi pisang sale. Dari bincang-bincang tersebut diketahui bahwa masa kejayaan pisang mungil ini terjadi pada tahun awal saat dirilis yaitu tahun 2007 hingga tahun 2009, terutama karena adanya harapan dari seorang ekportir buah yang menjanjikan akan mengekspor ke Singapura. Tetapi harapan tersebut sampai saat ini belum bisa terwujud.

Pemerintah Daerah Kabupaten Pasaman melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan, selalu memberikan dukungan untuk pengembangan pisang ini. Namun langkah tersebut belum memberikan hasil yang memuaskan.

Seiring berjalannya waktu, keberadaan pisang ini mulai tergeser oleh komoditas lain. Saat tim peneliti pisang yang dipimpin oleh Jumjunidang dan didampingi oleh Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Efriyanto beserta beberapa orang staf menyusuri daerah yang sebelumnya menjadi sentra pisang Ameh Pasaman, menemukan kondisi yang berbeda.

Tidak ada lagi hamparan tanaman atau kebun yang terkelola baik. Pisang ini ditanam seadanya bercampur dengan komoditas lain. Sejak dirilis tahun 2007 hingga 2010 populasi pisang Ameh Pasaman bisa mencapai 600an hektar. Saat ini populasi sangat jauh berkurang.

Saat tim peneliti menyusuri daerah Tikalak, Kecamatan Lubuk Sikaping tempat pohon induk berada, terlihat tanaman pisang jenis ini tidak terawat dan tidak ada sentuhan teknologi budidaya. Tak heran jika produksi dan kualitas menjadi rendah yang berdampak turunnya harga jual. Selain itu, tidak ditemukan hamparan tanaman ataupun kebun pisang seperti saat masa jayanya pada tahun-tahun awal varietas ini dirilis.

Tim sempat berbincang dengan beberapa pedagang pengumpul yang mengungkapkan bahwa banyak faktor yang menyebabkan berkurangnya populasi pisang Ameh Pasaman. Utamanya, masalah harga yang rendah yaitu antar Rp 2.500-3.500 per sisir, sehingga banyak petani yang beralih menanam varietas lain atau komoditas lain yang menurut mereka lebih menguntungkan.

Sangat disayangkan varietas unggul pisang spesifik lokasi Pasaman ini seperti tidak punya daya untuk menembus pasar nasional. Perlu dukungan berbagai pihak terkait untuk mengangkat kembali keberadaan pisang unggul ini agar dapat menembus pasar yang lebih luas.

Balitbu Tropika yang telah membantu menjadikan pisang lokal ini menjadi varietas unggul yang resmi terdaftar di Kementerian Pertanian, siap untuk memberikan dukungan teknologi dan akan membantu mengenalkan pisang istimewa ini kepada eksportir sehingga bisa dipasarkan secara luas di Indonesia bahkan ke manca negara. Jumjunidang/Tri Budiyanti/SB

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author