Teknologi Turiman: Maksimalkan Lahan Tingkatkan Produktivitas

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong percepatan swasembada pangan melalui program Upaya Khusus (Upsus) pada tiga komoditas utama yaitu padi, jagung, dan kedelai (pajale). Program Upsus difokuskan pada peningkatan produksi melalui penambahan luas tanam, penerapan inovasi teknologi spesifik lokasi, dan peningkatan indeks pertanaman melalui frekuensi ruang dan waktu.

Penerapan inovasi teknologi spesifik lokasi untuk meningkatkan produksi pangan diantaranya pola tumpang sari tanaman (Turiman) dan tumpang gilir tanaman (Tugiman). Tumpang sari padi gogo, jagung dan kedelai merupakan suatu bentuk pola tanam campuran (polikultur) pada satu areal lahan dalam waktu bersamaan atau agak bersamaan dengan tidak mengurangi jumlah populasi masing-masing tanaman.

Pada 2019, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) mengkaji inovasi teknologi spesifik lokasi dan kelembagaan program Turiman melalui kegiatan Kajian Pola Tanam Tumpang Sari Tanaman Jagung dan Kedelai di Lahan Kering di Kabupaten Majalengka dan Sumedang, Jawa Barat.

Bertempat di Desa Cihaur Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Rabu (3/7/2019) digelar Temu Lapang Kajian Turiman sekaligus Bimbingan Teknis (Bimtek) Teknologi Turiman. Kegiatan ini diikuti 250 orang peserta terdiri dari petani se-Kecamatan Majalengka dan Maja, petani Desa Cimanintin Kabupaten Sumedang, serta penyuluh wilayah Jatinunggal dan Maja.

Hadir dalam acara tersebut, Kepala Tata Usaha mewakili Kepala BB Pengkajian, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka yang diwakili oleh Kabid Tanaman Pangan, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Sumedang yang diwakili oleh Kabid Tanaman Pangan, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat, Kepala Desa Cihaur, dan Kepala Desa Babakan Jawa.

Temu Lapang bertujuan mendiseminasikan inovasi teknologi pertanian pola tanam tumpang sari jagung kedelai yang telah dilaksanakan oleh BBP2TP dan memperoleh umpan balik persepsi terhadap inovasi teknologi yang disampaikan dalam kajian. Kegiatan ini juga bertujuan merumuskan rencana tindak lanjut pola tanam tumpang sari jagung dan kedelai di Kabupaten Sumedang dan Majalengka.

Kepala BBP2TP dalam arahannya menyampaikan perlunya sinergi untuk mencapai swasembada pangan melalui program Kementan. Karena itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Ditjen Tanaman Pangan, dan Dinas Pertanian bersama mendukung program Turiman ini.

“Mengapa Turiman? Karena dalam satu tahun kita bisa memperoleh enam komoditas dalam tiga kali musim tanam. Program Turiman ini sekaligus mengenalkan varietas unggul yang dilepas oleh Balitbangtan,”ungkap Ropik, M.Si yang mewakili Kepala BB Pengkajian.

Pada kesempatan tersebut, Kepala BPTP Jawa Barat, Dr. Liferdi, SP, M.Si menyampaikan bahwa tumpang sari merupakan salah satu jawaban terhadap persaingan lahan. Kabupaten Majalengka dan Sumedang merupakan sentra jagung namun benih masih didatangkan dari luar. “Kami berharap dari tiga desa yang hadir di sini akan lahir penangkar jagung,” lanjutnya.

Dalam Temu Lapang ini, para peserta melakukan kunjungan lapang ke dua lokasi kajian yaitu Desa Cimanintin dan Desa Cihaur. Ketua Gapoktan setempat yang merupakan petani kooperator menjelaskan mengenai inovasi teknologi Turiman yang diterapkan oleh tim peneliti/penyuluh BB Pengkajian.

Peserta temu lapang tampak antusias menggali informasi mengenai teknologi Turiman yang dibilang cukup baru di mata mereka. Usai dari lapangan, dilanjutkan dengan temu wicara di GOR Desa Cihaur dan Bimbingan Teknis oleh peneliti BB Pengkajian.

Kabid Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Sumedang, Aep Suyoto berharap teknologi Turiman dapat meningkatkan nilai tambah karena dalam satu hamparan bisa memperoleh dua komoditas. “Harapan kedepan, teknologi ini bisa diterapkan di seluruh wilayah di bawah pendampingan penyuluh,”ujarnya.

Teknologi Turiman yang diterapkan dalam kajian terdiri dari empat perlakuan. Pertama, teknologi Turiman berdasarkan petunjuk teknis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yaitu: jagung dua baris dengan jumlah populasi 88.000 tanaman dan populasi kedelai 336.000 tanaman. Kedua, berdasarkan petunjuk teknis Balitbangtan yaitu jagung dua baris dengan jumlah populasi 105.600 tanaman dan populasi kedelai 312.000 tanaman.

Ketiga, berdasarkan pola tanam dengan modifikasi jarak tanam dan jumlah benih per lubang yaitu jagung dua baris dengan jumlah populasi 50.000 tanaman dan kedelai empat baris dengan jumlah populasi 200.000 tanaman. Serta, jagung dua baris dengan jumlah populasi 66.667 tanaman dan kedelai empat baris dengan jumlah populasi 200.000 tanaman.

Perlakuan tersebut menghasilkan produkvitas yang bervariasi. Sampai temu lapang ini dilakukan, hamparan tanaman masih belum panen. Temu lapang dan Bimtek ini sekaligus untuk memperoleh umpan balik berupa persepsi petani terhadap inovasi teknologi yang dilakukan. (Rima Purmayani)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author