Jakarta, Technology-Indonesia.com – Food Estate Hortikultura di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) Sumatera Utara menerapkan berbagai teknologi pengelolaan air dan iklim demi hasil produksi yang optimal dengan efektif dan efisien.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), melalui Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) dan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat), telah merancang teknologi pengelolaan air dan iklim yang sesuai dengan keadaan di Humbahas.
“Nilai ekonomi komoditas hortikultura itu tinggi, tapi tidak perlu banyak air. Jadi pemilihan pengelolaan irigasinya sangat penting. Harus tepat mutu, tepat ruang, dan tepat waktu,” ujar Dr. Husnain, Kepala BBSDLP Balitbangtan, di Bogor.
Tim untuk pembuatan teknologi pengelolaan air dan iklim di Humbahas ini terdiri dari peneliti dan teknisi dari Balitklimat. Tim peneliti terdiri dari Dr. Ir. Harmanto, Dr. Budi Kartiwa, Setyono Hari Adi, Adang Hamdani, dan Iman Muhardiono. Sedangkan untuk teknisi, diantaranya adalah Anton Aprilyanto dan Budi Rahayu.
“Ada tiga teknologi pengelolaan yang diterapkan, yaitu Automatic Weather Station (AWS) Telemetri, Embung Geomembran dan Irigasi Pipa Bertekanan,” terang Dr. Budi Kartiwa.
Lebih lanjut dijelaskan Budi bahwa AWS Telemetri dapat memudahkan user melihat status iklim dimanapun berada, bahkan menggunakan smartphone. Sedangkan teknologi Embung Geomembran dipilih karena sifatnya yang sederhana, tidak permanen seperti embung dari beton, namun tetap dapat menampun kelebihan air di musim hujan.
Terkait pemilihan teknologi irigasi pipa bertekanan, Adang Hamdani memaparkan bahwa dengan menggunakan pipa, maka aliran air yang kecil pun (hingga 1m3/jam) masih dapat dimanfaatkan atau didistribusikan ke lahan yang luas. Arah jalur juga lebih mudah, terlepas dari kemiringan dan kondisi topografi, namun terkadang dibutuhkan sarana pompa atau tanki penampungan.
“Tekanan yang dirancang di Food Estate Humbahas masuk klasifikasi medium pressure, sehingga pemberian air yang pilih adalah dengan irigasi sprinkler (pemberian air dari atas tanaman). Jenis sprinkler untuk bawang dan yang jenis big gun sprinkler untuk kentang,” sebutnya.
Adang Hamdani juga menjelaskan bahwa walaupun memerlukan biaya investasi yang cukup besar di awal, namun teknologi pengelolaan tersebut memiliki banyak keuntungan jangka panjang. Diantaranya adalah tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak, mudah diadaptasi dan efisiensi air hingga 75%-80%. (Sumber Balitbangtan)