Jakarta, Technology-Indonesia.com – Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks) yang digagas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berhasil meningkatkan ekspor komoditas pertanian. Meskipun nilai ekspor masih didominasi sub sektor perkebunan seperti kelapa sawit, tren positif juga terjadi di sub sektor hortikultura. Salah satu yang memiliki potensi tinggi adalah buah manggis yang banyak diekspor ke Asia, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika.
Kepala Pusat Litbang Hortikultura, Muhammad Taufiq Ratule mengatakan buah manggis sangat potensial untuk dikembangkan menjadi komoditas ekspor. Untuk itu, ia berharap semua pihak bekerjasama agar sub sektor hortikurtura khususnya manggis bisa diekspor dalam skala besar.
Untuk peningkatan ekspor, Taufiq mengingatkan tiga syarat yang harus dipenuhi yaitu kuantitas, kualitas, dan kontinuitas. “Tiga syarat ini yang kita perlukan untuk meningkatkan ekspor buah manggis. Tiga syarat ini tak lepas dari peran inovasi,” kata Taufiq saat membuka Bincang Buah Tropika #Seri Manggis yang digelar oleh Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika) secara online pada Rabu (1/9/2021). Kegiatan ini mengangkat tema Strategi Mendukung Gratieks Manggis.
Terkait kuantitas, Taufiq mengatakan bahwa produktivitas manggis di Indonesia antara 60-80 kg/pohon, sementara negara lain ada yang mencapai 200 kg/pohon. Produktivitas ini bisa ditingkatkan melalui kerjasama penelitian, termasuk dukungan Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian (Balitbangtan) melalui Balitbu Tropika. Misalnya, pengembangan varietas unggul dengan produktivitas tinggi, teknologi budidaya, hingga pengelolaan pascapanen.
Dari segi kualitas, lanjutnya, Indonesia hanya mengekspor 10-15% dari produksi yang ada. Hal itu karena permasalahan kualitas manggis seperti burik dan getah kuning. Selain kualitas dan kuantitas, kontinuitas juga diperlukan agar tidak hanya tersedia di satu waktu tertentu. Menurutnya, manggis harus tersedia sepanjang tahun agar ekspor tidak terputus. Karena itu, diperlukan dukungan inovasi misalnya untuk menghasilkan varietas yang bisa berbuah sepanjang tahun atau implementasi inovasi off season.
“Jika ketiga ini terpenuhi, dengan kerjasama kita semua termasuk dukungan inovasi dari peneliti, saya kira ekspor manggis akan lebih besar sehingga kontribusi kita ke pembangunan pertanian bisa lebih signifikan,” tutur Taufiq.
Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman mengatakan bahwa produksi buah-buahan terus mengalami peningkatan dari tahun 2000-2020 dengan rata-rata pertumbuhan 6%. Pertumbuhan paling tinggi adalah buah manggis sebesar 19,64%. “Manggis mengalami peningkatan cukup tinggi karena manggis salah satu komoditas buah tropis yang segmen pasarnya cukup terbuka lebar,” tutur Liferdi.
Sentra utama buah manggis di Indonesia antara lain ada di Tasikmalaya, Lima Puluh Kota, Bogor, Banyuwangi, Tabanan, Purwakarta, Cilacap, Subang, Gianyar, Padang Pariaman, Lombok Tengah, dan lain-lain. Menurut Liferdi, jika didata sentra manggis dari Aceh sampai Papua, musim panennya hanya 2 bulan yang tidak ada yaitu bulan Juni dan Juli. “Jadi hampir sepanjang tahun tersedia, permasalahannya kebun-kebun manggis tersebut masih tersebar di berbagai wilayah,” lanjutnya.
Liferdi menyampaikan bahwa pada 2020 volume ekspor hortikultura mengalami kenaikan 2,7% dibanding tahun 2019, sementara nilai ekspor meningkat 37,5%. Di sisi lain, nilai impor hortikultura pada 2020 turun 8,16% dibanding 2019. Untuk buah manggis, volume ekspor pada 2020 mencapai 48.171 ton dengan nilai Rp 1,18 triliun.
Dari data neraca produksi dan konsumsi buah-buahan, produksi manggis sebesar 322.430 ton dengan tingkat ketersediaan 290.187 ton, sementara kebutuhan baru 99.125 ton. Artinya ada surplus 191.062 ton. Karena itu, Liferdi optimis bisa meningkatkan ekspor manggis karena dari sisi produksi sangat memungkinkan. Namun, Ia mengingatkan dari sisi kualitas harus memenuhi standar ekspor.
Liferdi juga menyampaikan strategi untuk mencapai ekspor hortikultura tiga kali lipat pada 2021 melalui identifikasi pasar dan komoditas potensial; pengembangan komoditas ekspor; sistem jaminan mutu; serta peningkatan daya saing dan nilai tambah. Ditjen Hortikultura juga mengembangkan Kampung Buah agar kawasan pengembangan buah terkonsentrasi dan berskala ekonomi.
Pada kesempatan tersebut, Plt. Kepala Balitbu Tropika Ellina Mansyah memaparkan terkait dukungan teknologi Balitbu Tropika untuk peningkatan ekspor manggis. Strategi jangka pendek untuk meningkatkan ekspor dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas dari tanaman yang sudah ada melalui penerapan teknologi budidaya, penanganan hama penyakit, serta memperbaiki cara panen dan pasca panen.
Sementara strategi jangka panjang dapat dilakukan dengan perluasan area tanam di berbagai wilayah. “Musim panen manggis di Indonesia tidak serentak, sehingga perluasan area tanam merupakan salah satu solusi agar panen manggis di masa datang bisa kontinyu sepanjang tahun,” tutur Ellina
Terkait Gratieks, jika luas panen sekitar 29 ribu hektare, Menurut Ellina, perlu tiga kali luas area yang sekarang. Untuk itu, kita harus mengembangkan manggis seluas 59.150 hektare. Perluasan area tersebut akan membutuhkan benih manggis sekitar 6 juta batang. “Ini membuka peluang bagi para penangkar untuk mengembangkan atau memperbanyak produksi benih manggis,” terangnya.
Bincang Buah Tropika #Seri Manggis ini juga menghadirkan Jero Putu Tesan dari PT Radja Manggis yang berbagi pengalaman dan kiat sukses ekspor manggis ke berbagai negara.