Sekolah Lapang Pengelolaan Lahan Rawa Pasang Surut di Belanti Siam

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Para petani antusias mengikuti sekolah lapang yang digelar oleh Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) pada Ray 19 desa Belanti Siam, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (17/6/2021). Sekolah lapang ini dilaksanakan dengan misi agar teknologi-teknologi inovatif hasil dari para peneliti Balittra tersampaikan dan digunakan oleh petani. 

Sekolah lapang dihadiri sekitar 58 peserta, yang terdiri dari para petani, kepala desa, kepala Balittra, peneliti Balittra serta peneliti dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan). Materi yang disampai meliputi pengelolaan air di lahan rawa oleh Dr. Khairil Anwar dan materi tentang Panca Usaha Tani Lahan Rawa oleh Dr. Wahida Annisa. 

Kepala Balittra, Yiyi Sulaeman dalam sambutannya mengatakan bahwa di tahun 2021 ini, Balittra diminta mendampingi kegiatan penanaman padi di kawasan food estate. Pada tahun sebelumnya, Balittra mendampingi kegiatan perikanan, khususnya kolam pekarangan dan keramba tancap.

Dalam kegiatan pendampingan tanaman padi ini, akan diterapkan  beberapa teknologi inovatif Balittra. Harapannya, hasil padi akan lebih meningkat yang secara langsung akan berpengaruh terhadap pendapatan petani. Balittra akan mengawal beberapa kegiatan lapangan yang dilaksanakan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi dan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian.        

Kepala Desa Belanti Siam berharap agar permasalahan petani yang ada dilapangan dapat dipecahkan pada acara tersebut.

Pengelolaan Air

Pengelolaan air pada lahan rawa merupakan kunci utama mendukung keberhasilan pertanaman padi di lahan rawa pasang surut. Ketersediaan air harus diatur sesuai dengan keperluan tanaman, kelebihan dan kekurangan air akan mempengaruhi hasil tanaman padi. 

Selain itu juga kualitas air dan gerakan (keluar masuknya)  air akan mempengaruhi terhadap kondisi tanah, air, maupun pertumbuhan tanaman padi.

Dalam pengelolaan air ada beberapa hal yang menjadi perhatian. Pertama, pengaturan keluar masuknya air menggunakan teknologi elbow, melalui pemasangan pipa yang ada elbow. Teknologi ini, dapat mencegah masuknya air dari saluran sekunder ke lahan sawah, serta dapat membuang kelebihan air di sawah yang dkeluarkan ke saluran sekunder.

Kedua, lahan yang mengalami kekeringan akan mengalami oksidasi pirit, sehingga apabila ada hujan, kualitas airnya jelek disebabkan tingginya kandungan besi dan hal ini menyebabkan keracunan pada tanaman padi. Perlu upaya untuk mencuci lahan dengan pengaturan air dilanjutkan dengan pemberian kapur dan abu sekam.

Ketiga, agar pergerakan air lancar, saluran sekunder dan tersier perlu dibersihkan secara periodik.

Selain itu ada lima komponen utama Teknologi Panca Kelola Lahan Rawa yang harus dikelola dengan baik agar produktivitas tanaman padi mencapai optimal. Komponen tersebut meliputi pengelolaan air; penataan lahan dan penyiapan lahan; ameliorasi dan pemupukan; penggunaan varietas adaptif berdaya hasil tinggi; dan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

Dengan penerapan Teknogi Panca Kelola Lahan Rawa tersebut, diharapkan produktivitas tanaman padi dapat mencapai minimal 5 ton/ha.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author