Bogor, Technology-Indonesia.com – Sejarah pembangunan pertanian Indonesia tidak lepas dari Kota Bogor, Jawa Barat. Berawal dari pendirian Kebun Raya Bogor (KRB) atau Lands Plantentuin te Buitenzorg pada 1817 oleh pemerintah Hindia Belanda yang merupakan kebun raya ketiga tertua di dunia.
Ratusan tahun sebelumnya, lokasi pendirian KRB merupakan bagian dari “Samida” hutan atau taman buatan di masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi (1471-1513) dari Kerajaan Sunda. Hutan buatan ini bertujuan menjaga kelestarian lingkungan dan memelihara tanaman langka.
Pendirian KRB memicu pemerintah Hindia Belanda membangun berbagai lembaga riset dan pendidikan pertanian. Salah satunya Kebun Budidaya Tanaman (Cultuurtuin) di Cikeumeuh Bogor pada 1876 yang memiliki fungsi penelitian, pendidikan, dan penyuluhan.
Perkembangan KRB berlanjut dengan berdirinya Sekolah Hortikultura (1900), Sekolah Pertanian (1903), Sekolah Dokter Hewan (1907), Culture School (1913), Balai Besar Penyelidikan Pertanian atau Algemeen Proefstation voor den Landbouw (1918), Lanbouw Bedriff School (1922), dan Middlebare Boschbauw School (1938). Tahun 1905 menjadi tonggak sejarah awal dibentuknya Departemen Pertanian (saat ini Kementerian Pertanian) yang saat itu diberi nama Departement Van Landbouw.
Sejarah perjalanan lembaga riset dan pendidikan pertanian semakin melekat di Kota Bogor dengan pendirian Faculteit Pertanian Universitas Indonesia pada 1950 yang berevolusi menjadi Institut Pertanian Bogor pada 1963.
Dalam perkembangannya, Lembaga Cultuurtuin berubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan tanaman Perkebunan. Sementara Algemeen Proefstation voor den Landbouw menjadi Pusat Pengembangan Tanaman Pangan. Keduanya berada di Kampus Pertanian Cimanggu, Kota Bogor. Pada 1974 dibentuk Badan Litbang Pertanian yang menaungi lembaga riset pertanian di Indonesia.
Saat ini, kampus penelitian Cimanggu yang dikenal sebagai Kawasan Inovasi Pertanian (Kawitan) Cimanggu terdiri dari beberapa unit kerja dengan fasilitas laboratorium, kebun percobaan, serta fasilitas penelitian dan pengembangan pertanian lainnya. Keberadaan Kawitan didukung oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dengan lokasi yang tersebar di 33 provinsi.
Melihat sejarah panjang penelitian dan pendidikan pertanian di Bogor, Pemkot Bogor dan Badan Litbang Pertanian menginisiasi pembangunan Bogor Agro Science Techno Park (BASTP) di Kawitan, Cimanggu. Kawitan Cimanggu ditetapkan sebagai BASTP sejak 25 Maret 2017 dan diluncurkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman pada 14 Agustus 2018.
BASTP sebagai bagian dari Kawitan merupakan kawasan yang memadukan antara wisata ilmiah, pengembangan usaha berbasis teknologi pertanian dalam satu kesatuan. Kehadiran BASTP melengkapi destinasi wisata di Kota Bogor sebagai “Kota Sejuta Taman”.
Berbeda dengan taman lainnya, kawasan BASTP merupakan taman ilmu pengetahuan pertanian. Tidak hanya sekedar menampilkan atraksi tontonan saja, BASTP juga menjadi sarana untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pelaku agribisnis.