Potensi Tanaman Akabi untuk Tingkatkan Imunitas di Masa Pandemi

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Indonesia kaya akan sumber daya genetik (SDG) tanaman aneka kacang dan umbi (Akabi) yang hingga saat ini belum banyak digali potensi dan manfaatnya. Tanaman Akabi merupakan sumber protein dan karbohidrat yang potensial dikembangkan sebagai sumber pangan di masa mendatang.

Kepala Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) Badan Litbang Pertanian, Dr. Ir. Titik Sundari, M.P. mengatakan bahwa di masa pandemi Covid-19 kita dituntut untuk ikut berperan dalam penanganan pandemi melalui upaya-upaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan imunitas tubuh.

“Salah satunya adalah menggali potensi genetik tanaman aneka kacang dan umbi yang kemungkinan besar mempunyai manfaat dalam upaya meningkatkan imunitas tubuh,” kata Titik saat membuka Webinar Menggali Potensi Tanaman Akabi untuk Meningkatkan Imunitas di Masa Pandemi yang digelar Balitkabi pada Jumat (30/7/2021).

Titik berharap webinar dapat menambah wawasan dalam menghargai plasma nuftah yang ada di Indonesia. “Jangan sampai plasma nuftah yang menjadi kekayaan negara kita diambil alih oleh negara lain,” tuturnya.

Guru Besar IPB dan Ketua Klaster Stunting Asosiasi Profesor Indonesia, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S sebagai narasumber dalam Webinar ini menyoroti persoalan gizi dan pangan di Indonesia. Meskipun Pola Pangan Harapan (PPH) Indonesia score-nya sudah di atas 90, namun jenis makanan seperti kacang-kacangan, umbi-umbian, dan pangan hewani masih kurang dikonsumsi.

“Ini merupakan tantangan bagi kita terutama di jajaran pertanian bagaimana meningkatkan konsumsi pangan hewani, kacang-kacangan dan umbi-umbian,” kata Ali Khomsan yang sudah melakukan studi mengenai stunting sejak 2012.

Ia mengungkapkan bahwa sudah banyak penelitian oleh ahli gizi dan kesehatan masyarakat terkait fungsi kacang-kacangan dalam meningkatkan gizi terutama untuk balita. Contohnya, pemberian jus kacang hijau selama 30 hari akan meningkatkan berat badan balita. Pemberian cookies kacang merah selama 12 minggu menujukkan peningkatan tinggi badan anak stunting 1,28 cm.

Contoh lainnya, pemberian olahan tempe pada anak-anak usia 12-18 bulan tiga kali sehari saat makan bisa meningkatkan berat badan dan tinggi badan. Demikian juga dengan pemberian cemilan berbahan dasar ubi ungu yang dapat meningkatkan berat badan balita.

“Jadi sudah banyak ahli-ahli gizi dan kesehatan yang memanfaatkan kacang-kacangan dan umbi-umbian untuk meningkatkan status gizi anak,” katanya.

Peneliti Ahli Utama Bidang Pemuliaan Tanaman dari Balitkabi, Ir. Trustinah, M. S. menyampaikan bahwa dengan bertambahnya penduduk permintaan akan pangan semakin meningkat. Karena itu diversifikasi pangan secara rasional melalui optimalisasi keunggulan sumber daya lokal untuk menghasilkan bahan pangan bergizi yang terjangkau dan bersinergi dengan komoditas lain merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kecukupan pangan.

“Kacang dan umbi potensial merupakan sumber protein, sumber karbohidrat yang potensial untuk dikembangkan sebagai sumber pangan di masa mendatang. Tanaman ini telah lama dikenal dan ditanam secara monokultur atau tumpang sari baik itu di pekarangan, dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan, pupuk dan sebagainya,”  kata Trustinah.

Sayangnya, potensi tanaman Akabi belum dimanfaatkan secara optimal dan keberadaannya terpinggirkan. “Jadi banyak mungkin diantara kita, anak-anak kita tidak kenal tanaman kacang atau umbi potensial ini. Karena itu eksplorasi dan konservasi sumber daya genetik ini perlu mendapat perhatian,” tutur Trustinah yang pernah meraih Penghargaan Peneliti Berprestasi dari Menteri Pertanian pada 2011.

Lebih lanjut Trustinah menerangkan bahwa komoditas utama yang menjadi tupoksi Balitkabi adalah kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Sedangkan komoditas yang potensial  adalah kacang tunggak, kacang gude, komak, koro, garut, ganyong, talas, keladi, dan lain-lain.

Sumber daya genetik aneka kacang potensial diantara kacang hijau, kacang tunggak, kacang gude, kacang komak, koro pedang, koro benguk, kacang menjalar, kecipir, dan kacang beras. “Untuk konservasi koleksi SDG kacang-kacangan dilakukan dengan penyimpanan di ruang dingin.  Sementara untuk rejuvenasi, karakterisasi, dan evaluasi dilakukan di lapang, rumah kasa, maupun di laboratorium,” terangnya.

Untuk kacang hijau, Balitkabi memiliki memiliki koleksi plasma nuftah kacang hijau sebanyak 1074 aksesi dan saat ini tersedia sekitar 27 varietas unggul kacang hijau dengan keragaman karakteristik. Untuk kacang tunggak, Balitkabi memiliki 212 aksesi dan tersedia 8 varietas. Sementara, Kacang gude memiliki 74 aksesi tersedia 1 varietas yaitu varietas Varietas Mega. Koleksi kacang-kacangan lainnya seperti koro pedang (6 aksesi), koro benguk (8 aksesi), koro menjalar (16 aksesi), kecipir (14 aksesi) dan kacang beras (31 aksesi).

Untuk umbi potensial diantaranya uwi, gembili, gadung, suweg, porang, ganyong, garut, dan lain-lain. “Pelestarian plasma nutfah umbi potensial ini secara in situ di habitat aslinya memang rawan kerusakan. Karena itu, dilakukan konservasi secara ex situ di kebun percobaan,” terangnya.

Uwi-uwian (Dioscorea sp) ini mengandung senyawa bioaktif atau senyawa fungsional berupa dioscorin, diosgenin, dan lendir kental yang terdiri dari glikoprotein dan polisakarida larut air (PLA) yang bermanfaat untuk menurunkan kadar glukosa darah dan kadar total kolesterol terutama kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein).

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author