Pisang INA-03, Pisang Hibrida Pertama di Indonesia

Solok, Technology-Indonesia.com – Kementerian Pertanian selalu berupaya mengembangkan potensi buah lokal. Salah satunya adalah pisang, buah tropis yang digemari masyarakat Indonesia.

Berbagai pemuliaan tanaman pisang dilakukan oleh Balitbangtan di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika) hingga dihasilkan kultivar unggul. Beberapa pisang kultivar unggul dari Balitbu Tropika antara lain Kepok Tanjung dan INA-03. Keduanya disebut memiliki sifat toleran terhadap penyakit.

Pisang INA-03 (Indonesia-03) merupakan pisang hibrida pertama di Indonesia. Pisang ini merupakan hasil persilangan antara pisang Ketan-01 dan Calcuta-4.

“Calcuta-4 merupakan pisang liar yang berbiji tetapi memiliki sifat tahan terhadap penyakit layu fusarium. Pisang Ketan-01 adalah pisang komersial umumnya dimanfaatkan sebagai pisang olah. Persilangan antara keduanya menghasilkan keturunan yang lebih baik dari pada kedua induknya,” papar Edison, peneliti pemuliaan Balitbu Tropika pada Bincang Buah Tropika yang dilakukan secara daring pada Rabu (10/2/2021).

Pisang INA-03 memiliki karakteristik unggul. Secara fisik, tinggi tanamannya sekitar 1,75 – 2 meter sehingga mudah dipanen. Selain itu, pisang INA-03 tergolong besar dengan bobot buahnya 12 – 18 kg per tandan. Tanaman pisang ini juga adaptif untuk dataran rendah hingga menengah (2 – 500 mdpl). Untuk produktif tanamannya berkisar 93 – 105 hari dari bunga muncul.

Buah pisang INA-03 memiliki ciri ujung runcing dan tangkai buah pendek antara 1 – 1,2 cm. Buah yang matang memiliki warna kuning cerah. Dari segi rasa, pisang INA-03 memiliki rasa yang manis dengan kandungan gula 28,5 – 29oBrix. Tekstur buahnya kenyal dan tahan simpan hingga 18 hari. Kultivar ini juga memiliki kandungan kalsium 6,18 – 6,98 mg/100g.


Edison menambahkan, kelebihan lain dari pisang kultivar ini adalah toleran terhadap penyakit layu fusarium dan penyakit darah. Layu fusarium dan penyakit darah adalah penyakit yang paling banyak menyerang tanaman pisang.

Penyakit layu fusarium menyerang tanaman dari akar, batang, daunnya layu dan seringnya tanaman mati sebelum berbuah. Sedangkan penyakit darah awalnya menyerang dari bunga/jantung kemudian daging buah menjadi busuk meskipun masih tampak bagus dari luar. Kedua penyakit tersebut ditandai dengan daunnya yang menguning dan layu. “Ketahanan atas kedua penyakit ini diharapkan bisa mengurangi potensi kerugian bagi petani tanaman pisang,” lanjutnya.

Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo terus mendorong konsumsi buah dalam negeri seperti pisang. Menurutnya, Indonesia kaya akan buah lokal dan masyarakat harus bangga dengan itu.

“Indonesia dan kejayaan aneka buah dan sayuran itu tidak kalah bagus dari produk dunia. Justru buah kita dari Sabang sampai Merauke menjadi kekuatan besar yang kita miliki,” ucapnya.

Mentan juga menekankan pentingnya sinergi mulai dari perbenihan hingga pascapanen dalam menunjang kegiatan usaha tani. “Diharapkan lahir kegiatan perbenihan, on farm dan pascapanen yang representatif untuk menjawab kebutuhan dari sektor pertanian. Pertanian menjadi sesuatu yang dibutuhkan, industri butuh pertanian dalam negeri,” ungkap Syahrul.

Saat ini, Balitbu Tropika masih terus memperbanyak benih sumber dan benih sebar pisang INA-03. Balitbu Tropika bekerja sama dengan rekanan untuk penggunaan laboratorium di beberapa daerah. Ke depan, kultivar ini akan terus dikembangkan hingga hilirisasinya. Sebab, pisang yang tahan layu fusarium ini juga memiliki potensi sebagai pisang olahan. Hal ini tentu bisa diwujudkan dengan kerja sama dari berbagai stakeholder agar bisa dioptimalkan secara maksimal.

Sementara, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry mengungkapkan bahwa Balitbangtan melalui unit kerja akan terus melakukan koordinasi secara konsisten untuk mengawal produksi dan penyediaan buah lokal. Terutama komoditas yang memiliki nilai tambah dan kompetitif untuk pasar domestik maupun ekspor.

“Tentunya akan kita dorong ini varietas-varietas unggul baru kita, tidak hanya dikenal di Badan Litbang atau hanya di unit-unit kerja di Balai Penelitian, tapi akan kita masifkan ini,” tutupnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author