Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pilot Project Pengembangan Kawasan Jagung Perbenihan Berbasis Korporasi Petani telah menunjukkan hasil nyata di Tuban. Meskipun kemarau berkepanjangan, petani di Kecamatan Jatirogo bisa menikmati hasil panen benih jagung hibrida varietas Nakula Sadewa 29, hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Hasil panen benih berkisar antara 4 – 6 ton tongkol per hektare (ha). Dengan harga Rp 6.000 per kg tongkol panen, petani mendapatkan uang sebesar Rp 24 – 36 juta/ha.
“Ini luar biasa karena saat petani lainnya tidak mendapatakan hasil panen pada musim kemarau yang cukup ekstrim ini, malah petani Tuban bisa tersenyum karena memperoleh pendapatan yang meningkat dengan memanen benih yang hasilnya pun cukup tinggi,” ungkap Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA., Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) dalam sambutannya mewakili Kepala Balitbangtan pada saat acara panen raya benih jagung hibrida pada 7 November 2019 di Desa Kebon, Tuban.
Lebih lanjut Haris menyampaikan bahwa Balitbangtan melalui Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) telah menghasilkan berbagai inovasi komoditas jagung dan siap mendukung pengembangan jagung di Tuban yang direncanakan dengan luasan 400 ha pada tahun anggaran 2019. Balitsereal memiliki mandat nasional dan merupakan salah satu lembaga Pusat Unggulan Iptek (PUI) yang telah mendapatkan akreditasi dari Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) sehingga hasil-hasil risetnya mampu berkompetisi baik di level nasional, maupun Internasional.
“Selain itu, disini juga ada BPTP Jatim yang siap memberikan pengawalan teknologi, sebagaimana pengawalan dan pendampingan teknologi yang telah dilakukan oleh Balitsereal selama kegiatan proses produksi benih tahap pertama seluas 89 ha yang sedang kita panen pada saat ini,” urainya.
Haris menegaskan kembali arahan Menteri Pertanian Republik Indonesia, Dr. Syahrul Yasin Limpo bahwa pengembangan pertanian harus digerakkan semua pihak, termasuk Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, tokoh masyarakat, peneliti, penyuluh dan petani yang harus bersatu padu sehingga kita mampu mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Perbenihan Tanaman Pangan, Dr. Muhammad Takdir Mulyadi yang mewakili Dirjen Tanaman Pangan mengemukakan pilot project kegiatan perbenihan jagung hibrida berbasis korporasi dilakukan pada 7 provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Lampung dan Nusa Tenggara Barat. Khusus untuk Provinsi Jawa Timur, kegiatan ini dipusatkan di Kabupaten Tuban dengan harapan benih yang dihasilkan mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan benih jagung hibrida di Jawa Timur dan Nasional, bahkan dapat diekspor hingga keluar negeri.
Pengembangan benih jagung hibrida pada kegiatan korporasi ini menggunakan varietas hasil rakitan anak bangsa sehingga diharapkan mampu meningkatkan investasi dan penyerapan tenaga kerja yang berujung pada peningkatan devisa negara dan kesejahteraan rakyat.
Untuk mendukung suksesnya kegiatan ini, Kementan juga mengupayakan dukungan sarana dan prasarana pengairan serta penaganan pasca panen benih. Berbagai kebijakan dan program kerja yang dikembangkan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah petani dan menyejahterakan petani.
Terpilihnya kabupaten Tuban sebagai pilot project pengembangan kawasan jagung perbenihan berbasis korporasi petani, disambut gembira oleh Bupati Tuban, H. Fathul Huda karena selaras dengan keinginannya pada saat awal menjadi bupati dan sesuai dengan program pengembangan pertanian Kabupaten Tuban sebagai pelaksanaan ketahanan pangan daerah yang merupakan wujud penerapan ketahanan nasional.
Bupati dalam sambutannya mengemukakan bahwa Ia sudah mengenal Balitsereal karena 7 tahun yang lalu sudah pernah berguru di sana dan salah satu teknologi yang diterapkan petani di Tuban saat ini adalah penanaman jagung 7 – 10 hari sebelum panen jagung existing.
Menurut Bupati potensi Kabupaten Tuban di bidang pertanian sangat baik mengingat luas tanam jagung mencapai 107 ha dengan panen 623 ribu ton. “Tidak hanya itu, produksi padi surplus hingga 65 persen. Capaian tersebut hasil adopsi berbagai kemajuan inovasi teknologi pertanian,” jelasnya.
Bupati Huda berharap agar ke depan mitra lisensi Balitbangtan yang bekerja sama dengan petani penangkar saat ini, juga dapat berinvestasi dengan membangun pengolahan benih (Seed Processing) jagung di Tuban. Demikian pula investasi lainnya dari perusahaan pengelola hasil pertanian di Kabupaten Tuban sehingga mampu menyerap hasil pertanian seperti jagung, padi, maupun holtikultura lainnya yang sudah tentu juga terjadi penyerapan tenaga kerja di daerah tersebut.
PT. Tunas Widji Inti Nayottama (TWINN) sebagai mitra benih jagung hibrida Balitbangtan menyanggupi permintaan Bupati untuk membangun pengolahan benih di Tuban pada tahun 2020.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Balitsereal Dr. Muhammad Azrai meyakinkan Bupati Tuban bahwa varietas yang digunakan pada kegiatan produksi benih jagung hibrida berbasis korporasi petani memiliki provitas yang tinggi dan adaptif terhadap perubahan lingkungan, diantaranya Nakula Sadewa 29 dan JH 37. Hal ini sudah dibuktikan keunggulannya oleh petani yang sudah melakukan uji varietas tersebut di Tuban.
Hadir pada acara panen raya tersebut diantaranya Wakil Bupati Tuban, Kepala Balitkabi, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jatim, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tuban, Dandim, Kapolres, Babinsa, Ulama, IWAPI, Kelompok Tani, Petani Calon Penangkar dari Jateng serta penyuluh lingkup Kabupaten Tuban.