Jakarta, Technology-Indonesia.com – Serangan hama tikus di Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Ngale pada musim hujan 2019/2020 hampir menyebabkan gagal panen. Bahkan hingga memasuki musim kemarau, serangan tikus masih cukup tinggi. Upaya untuk menekan populasi hama tikus serendah mungkin dilakukan berbagai metode pengendalian hama terpadu.
IP2TP Ngale terletak di Dusun Jambe Lor, Desa Ngale, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Lahan IP2TP Ngale dibelah oleh jalan tol menjadi dua bagian yaitu sisi utara jalan tol dan sisi selatan jalan tol.
Posisi seperti ini menyebabkan sulitnya pengendalian hama tikus, karena gorong-gorong jalan tol menjadi tempat perkembangbiakan hama ini. Disamping itu, posisi lahan berbatasan dengan sungai serta banyaknya pohon bambu yang menjadi sarang tikus.
Dengan siklus hidup setiap 3 minggu tikus betina akan melahirkan 10-11 anak, bisa dibayangkan populasi tikus di IP2TP Ngale baik di dalam kebun maupun di luar kebun. Upaya menekan populasi hama tikus dilakukan berbagai metode pengendalian hama terpadu.
Pengendalian hama tikus sawah difokuskan pada saat periode awal tanam dengan tujuan untuk menurunkan populasi tikus betina dewasa sebelum berkembangbiak. Metode pengendalian hama tikus yang dilakukan di IP2TP Ngale diantaranya: pembersihan gulma dan semak, gropyokan rutin, fumigasi atau pengemposan sarang tikus kemudian ditutup lubang tersebut dengan lumpur, pemasangan pagar plastik pada pertanaman, pemberian perangkap tikus disertai umpan beracun.
Pengendalian telah rutin dilakukan, meskipun demikian intensitas serangan hama tikus masih cukup tinggi di lapang maupun di gudang penyimpanan. Hal ini kemungkinan karena hama tikus tidak hanya berasal dari ekosistem IP2TP, tetapi juga berasal dari ekosistem di luar IP2TP Ngale.
Tikus menyerang komoditas padi, jagung dan kedelai. Pada tanaman padi, tikus menyerang mulai dari persemaian sampai menjelang panen, dengan fase favorit pada fase padi bunting. Pada tanaman kedelai, tikus menyerang saat tanaman berumur 2 minggu dan berakibat pada menurunnya populasi tanaman. Serangan tikus saat pembentukan polong, berakibat pada rontoknya polong, sehingga tanaman tetap hijau meskipun telah memasuki umur masak.
Pada tanaman kacang tanah, tikus mulai menyerang saat polong muda, dengan merontokkan polong, sedangkan batang dan daun utuh. Pada tanaman jagung serangan tikus terjadi saat tanaman berumur 2 minggu, berlanjut hingga membentuk tongkol muda, sehingga dijumpai tanaman jagung dengan batang dan daun tetap tegak tetapi tongkol telah habis.
Beberapa metode pengendalian hama tikus telah dilakukan di IP2TP Ngale. Pemasangan perangkap pada petakan yang telah dilindungi pagar plastik. Perangkap dipasang pada pagar plastik yang telah dilubangi oleh tikus.
Perangkap tikus diletakkan di dalam pagar plastik dengan mulut perangkap menghadap keluar untuk menangkap tikus yang akan masuk ke dalam petak. Sebaliknya di luar pagar juga dipasang perangkap dengan mulut perangkap menghadap ke dalam untuk menangkap tikus yang keluar dari petak.
Metode fumigasi merupakan metode pengendalian yang efektif pada periode perkembangbiakan tikus karena dapat membunuh induk dan anak-anaknya di dalam sarang. Di IP2TP dibentuk grup pengendali tikus terdiri dari tiga orang, dengan bekerja memberantas tikus dengan fumigasi selama 3,0-3,5 jam diperoleh 70-80 ekor tikus, biasanya per hari dibentuk dua grup.
Metode fumigasi kurang efektif jika dilakukan pada musim kemarau, karena karakter tanah vertisol di IP2TP Ngale, retak-retak pada musim kemarau sehingga asap belerang saat fumigasi tidak dapat masuk ke dalam sarang tikus, tetapi menerobos ke luar lewat retakan tanah. Inilah salah satu kesulitan metode fumigasi saat musim kemarau.
Umpan makanan beracun juga diletakkan di tanggul irigasi, pematang besar, jalan sawah dan tanggul perbatasan dengan jalan tol dilakukan untuk menurunkan populasi tikus pada saat akan dilakukan pengolahan lahan memasuki MK 2.
Pemanfaatan musuh alami tikus, juga dicoba yaitu menggunakan burung hantu dan ular sawah yang secara alami terdapat di kebun. Jumlah predator alami ini belum sebanding dengan populasi tikus, ke depan diperlukan upaya khusus pengembangbiakan burung hantu.
Pengendalian tikus di IP2TP Ngale masih harus terus dilakukan dengan intensif serta memerlukan partisipasi aktif dari petani di sekitar lahan, karena mobilitas hama tikus sangat tinggi. Pengetahuan ekobiologi tikus sangat penting dipelajari sehingga pengendalian dapat dilakukan secara berkelanjutan, ramah lingkungan, efektif dan efisien. (Sumber Balitkabi)