Pengembangan Benih Granola Kembang, Harapan bagi Masa Depan Petani Kentang

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Sebagai salah satu bahan pangan sumber karbohidrat, kentang berada di urutan empat sebagai komoditas sayuran semusim dengan produksi terbesar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi kentang di Indonesia tahun 2017 mencapai 1,16 juta ton. Sementara konsumsi kentang di Indonesia sekitar 1,48 kg/kapita/tahun pada 2015. Angka tersebut terus meningkat sesuai proyeksi yang ditetapkan pemerintah dalam RPJMN 2015-2019, sebesar 2,1 kg/kapita/tahun.

Peningkatkan produksi kentang dapat dilakukan dengan menggunakan benih kentang varietas unggulan. Salah satunya, varietas kentang Granola Kembang yang mempunyai potensi hasil 38-50 ton/ha. Mempunyai umur tanam 130-135 HST (hari setelah tanam) dengan jumlah ubi per tanaman 12-20 buah. Granola Kembang agak tahan terhadap penyakit hawar daun (Phytophthora infestans), penyakit umum yang menyerang kentang.

Varietas Granola Kembang merupakan hasil seleksi dari varietas Granola di wilayah Tengger yang dilepas pada 15 Maret 2005 oleh Menteri Pertanian berdasarkan SK No : 81/Kpts/SR. 120/3/2005. Benih kentang bermutu sesuai Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 20/Kpts/SR.130/IV/2014 dikembangkan mengikuti pola perbanyakan satu generasi dengan perbanyakan secara vegetatif menggunakan ubi atau stek sebagai benih.

Ketentuan pengembangannya adalah: pertama, kelas Benih Penjenis (BS) berupa planlet, stek dari planlet dan ubi mikro yang terjamin kebenaran varietasnya berdasarkan rekomendasi dari pemilik varietas dan bebas dari patogen. Kedua, turunan pertama dari BS adalah Benih Dasar atau G0, yang perbanyakannya harus dilaksanakan di rumah kasa kedap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan harus memenuhi standar mutu atau PTM (Persyaratan Teknis Minimal).

Ketiga, turunan dari G0 adalah Benih Pokok atau G1, yang perbanyakannya dilaksanakan di dalam rumah kasa kedap serangga dan harus memenuhi standar mutu atau PTM. Sedangkan turunan dari G1 adalah Benih Sebar atau G2. Benih G2 bisa diperoleh dari hasil perbanyakan BS yang berupa stek dari planlet yang penanamannya dilaksanakan di lapangan dan harus memenuhi standar mutu.

Karjadi (2016) mengemukakan bahwa benih kentang yang sehat mempunyai karakter: ubi benih kentang tidak terinfeksi penyakit, kemampuan bertunas baik, varietas benar yang tidak tercampur varietas lain dan ukuran 20 – 30 ubi per kilogram.

Pengembangan kentang Granola Kembang oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur (Jatim) dilakukan mulai tahun 2005 hingga sekarang. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menyediakan benih kentang yang bebas dari virus atau penyakit. BPTP Jatim dengan memanfaatkan fasilitas di Laboratorium Kultur Biak telah mengembangkan planlet kentang Granola Kembang bebas penyakit melalui teknik kultur jaringan untuk menghasilkan benih penjenis. Uji ELISA digunakan untuk mengetahui planlet yang bebas penyakit setelah planlet berumur satu bulan.

Sebagai permulaan tahun 2005, BPTP Jatim memproduksi 2.000 planlet. Produksinya terus meningkat dari tahun ke tahun dengan memanfaatkan sumber daya manusia serta fasilitas laboratorium kultur biak untuk memproduksi benih penjenis berupa stek berakar, ubi dan ubi mikro. BPTP Jatim melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah ataupun swasta untuk menyediakan benih penjenis guna mencukupi permintaan petani kentang yang makin meningkat.

Benih inti (planlet) yang dihasilkan BPTP Jatim telah didistribusikan tidak hanya di Jatim tetapi sudah mencapai Pengalengan, Jawa Barat. Benih sebar (G2) di Jawa Timur telah terdistribusi ke kabupaten Malang, Batu, Pasuruan, Probolinggo, Magetan, Lumajang, dan Wonosobo. Selain itu distribusi juga mencapai luar provinsi Jawa Timur, yaitu Pangalengan-Jawa Barat, Wonosobo-Jawa Tengah, Kerinci-Jambi, NTB, NTT, Medan, Sulawesi Utara, dan Papua. Benih bermutu dari benih inti/planlet yang dihasilkan dari Lab. Kultur Biak BPTP Jatim yang digunakan untuk mensuplai benih sebar kepada petani mampu meningkatkan produktivitas sebanyak dua kali lipat dari 12,5 ton/ha menjadi 22,5 ton/ha.

Menurut Prahardini dan Sudaryono, perkiraan kebutuhan benih sebar sebanyak dengan perkiraan kebutuhan 1,5 ton/ha maka memerlukan 1.000 ton benih sebar (G2) untuk luas 705 ha. Jika dinilai dengan taksasi 1 kg benih sebar Rp. 25 ribu maka 1.000 ton benih sebar senilai Rp. 25 miliar. Karena itu, prospek pengembangan benih penjenis ataupun benih sebar kentang mempunyai prospek ekonomi yang luar biasa untuk dikembangkan petani.

Hingga tahun 2019 BPTP Jatim telah melakukan kerjasama dengan dua pihak swasta dan pemerintah daerah untuk memproduksi planlet kentang Granola Kembang dengan adanya surat delegasi legalitas. Pihak swasta yang terlibat adalah PT. AIMS di Garut Jawa Barat dan di Kledung atas nama Diperta Jawa Tengah.

BPTP Jatim yang berperan sebagai pemberi legalitas akan melakukan survei kelayakan sebelum pihak tersebut lolos dinyatakan sebagai instansi penyedia Benih Penjenis. Syarat yang harus dipenuhi antara lain adanya sumber daya manusia dan fasilitas yang memadai, mempunyai pangsa pasar yang jelas, dan planlet dipasarkan ke masyarakat luas bukan untuk konsumsi pribadi.

Selain itu BPTP juga wajib memantau berapa banyak planlet dan stek berakar (G0) yang dihasilkan. Pemantauan terhadap jumlah benih G2 yang dihasilkan dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (PSBTPH). Pemantauan terhadap instansi ini dilakukan sebagai kontrol untuk menjaga mutu benih yang dihasilkan.

BPTP membuka kesempatan bagi pihak swasta, petani dan Pemda dari seluruh Indonesia untuk memproduksi benih penjenis dan berperan langsung dalam perbenihan kentang Granola Kembang. (BPTP Jawa Timur/ Listy Anggraeni dan Dewi Sekarsari Trijaya)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author