Jakarta, Technology-Indonesia.com – Indonesia merupakan negara megabiodiversity nomor dua di dunia setelah Brazil. Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati bukan hanya di darat namun juga diperairan baik tawar maupun laut. Salah satu potensi perairan yang luar biasa di Indonesia keanekaragaman tanaman hias air (akuatik).
Potensi tanaman hias air harus dikembangkan untuk pengembangan ekonomi domestik maupun ekspor. Menurut data Bank Indonesia tahun 2000 – 2004 nilai ekspor tanaman hias air Indonesia sebesar US$ 1.054.229. Negara pengimpor terbesar adalah Jerman senilai US$ 796.410. Tahun 2006, nilai eksport tanaman hias air sebesar US$ 676.404 untuk 882.149 jenis tanaman.
Salah satu tipe tanaman akuatik penting dan prospektif ekspor adalah tanaman hias air untuk akuascape. Selama ini tanaman hias air didapat dari alam dengan eksplorasi dan penerapan teknologi budidaya tradisional. Tingginya permintaan terhadap tanaman hias air memerlukan dukungan bioteknologi selular baik untuk keperluan konservasi maupun peningkatan kuantitas dan kualitas ekspor produk tanaman akuatik.
Tantangan tersebut direspon dengan sinergi antara Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan Badan Litbang Pertanian, Kementarian Pertanian. Implementasinya diwujudkan melalui penandatanganan kerjasama antara Kepala unit pelaksana teknis (UPT) Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) BRSDMKP, Hari Eko Irianto dan Kepala BB Biogen Balitbangtan, Mastur pada tahun 2016.
Hasil kolaborasi itu telah diperoleh teknologi mikropropagasi untuk produksi komersial sekaligus pelaksanaan konservasi in vitro sumber daya genetik akuatik (SDGA) pada bank gen Balitbangtan. Sekitar 150 spesies tanaman hias air baik introduksi maupun endemik Indonesia, telah diperbanyak dan dikoleksi pada laboratorium dan bank gen Balitbangtan di BB Biogen. Tanaman air yang paling mahal yang telah dikoleksi adalah Bucephalandra sp yang merupakan tanaman hias air endemik Kalimantan.
Keberhasilan perbanyakan tanaman hias air secara in-vitro ini mampu meningkatkan kualitas sehingga diperoleh produk tanaman yang unggul tanpa cacat, seragam, dan bebas patogen, serta mudah dalam perawatan dan adaptasi ke akuarium.
Menurut Media Fitri Isma Nugraha dari BRSDMKP tanaman hias air dari hasil kultur in vitro bisa langsung diadaptasikan dalam akuarium air tawar tanpa aklimatisasi, dengan pertumbuhan yang maksimal.
Rossa Yunita dari BB Biogen mengatakan ada output lain dari bioteknologi seluler selain konsevasi dan mikropropagasi. Melalui metoda mutasi induksi maupun variasi somaklonal bisa diperoleh keragaman genetik baru yang dapat diseleksi untuk memperoleh varietas unggul baru yang memiliki keunikan morfologi dan penampilan yang akan digemari pecinta tanaman air. Hal ini akan menambah nilai ekonomis dari tanaman tersebut.
Kerjasama aplikasi bioteknologi selular pada tanaman hias akuatik memberi banyak manfaat diantaranya, terkoleksinya secara eks situ SDGA, menurunnya tingkat ancaman eksploitasi di habitat alami, terciptanya strain yang bebas pathogen dan seragam sehingga layak eksport, perbaikan kualitas genetik, serta menghasilkan varietas unggul baru.
Pada akhirnya, kita semua berharap pendapatan petani tanaman hias akuatik dan pelaku agribisnis terkait lain, serta penerimaan devisa meningkat.