Peneliti Balitbangtan Raih The Influential Figures on Soil Conservation Award

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Yiyi Sulaeman meraih The Influential Figures on Soil Conservation Award dari Food and Agriculture Organization (FAO) dan Global Soil Partnership (GSP). Penghargaan diberikan dalam Simposium Internasional bertajuk Kesehatan Tanah dan Pembangunan Berkelanjutan (Soil Health and Sustainable Development) yang diselenggarakan FAO dan GSP bersama Kementerian Pertanian Tiongkok pada Jumat (25/5/2018).

Yiyi diundang sebagai pembicara kehormatan dalam simposium ini untuk menyampaikan pemikirannya terkait strategi manajemen implementasi guna meningkatkan bahan organik tanah di wilayah agroekosistem tropis dengan acuan utama Indonesia.

Yiyi memaparkan bahwa 70 persen tanah Indonesia mempunyai kandungan bahan organik tanah rendah. “Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian telah merampungkan peta karbon organik tanah pada dalam rangka implementasi GSP. Dari peta itu lahan-lahan pertanian umumnya mempunyai kadar karbon organik yang rendah,” ungkapnya.

Tanah dengan kadar karbon organik tanah kurang dari 2 persen, tergolong rendah dan disebut sebagai tanah sakit. Penyebab utama tanah sakit karena secara alami tanah di wilayah tropis mempunyai laju pelapukan bahan organik lebih cepat akibat suhu yang lebih panas, penambahan bahan organik yang rendah, dan kehilangan humus akibat erosi.

Menjawab tantangan ini, Balitbangtan menciptakan teknologi-teknologi adaftif yang diformulasikan dalam paket-paket teknologi. Setiap paket ini mempunyai strategi manajemen implementasi tersendiri.

Lahan pertanian Indonesia dibagi menjadi 8 agroekosistem, yaitu: sawah irigasi, sawah tadah hujan, lahan kering masam, lahan kering iklim kering, lahan rawa lebak, lahan rawa pasang surut, lahan sayuran dataran tinggi, dan lahan perkebunan.

“Setiap agroekosistem mempunyai tantangan tersendiri baik dari aspek fisik lahan, aspek sosial, maupun aspek infrastuktur pertanian. Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Pertanian terus berupaya menjawab tantangan ini melalui kebijakan untuk penerapan pengelolaan tanah berkelanjutan untuk setiap agroekosistem,” tambah Yiyi.

Pengalaman implementasi dari setiap strategi menjadi pembelajaran berharga bagi delegasi yang hadir pada acara tersebut yaitu dari Bangladesh, Tiongkok, Jepang, Laos, India, Thailand, Korea Selatan, Nepal, Filipina, Mongolia, Italia, Brazil, Sepanyol, dan Rusia.

Menjawab pertanyaan Delegasi Korea Selatan terkait pengelolaan jerami padi di lahan sawah, Yiyi memaparkan bahwa Indonesia menerapkan paket teknologi Jarwo Super dimana aplikasi Biodekomoposer dapat mempercepat pembusukan jerami di lahan petani 1 hingga 2 minggu. Aplikasi biodekomposer juga dipadukan dengan aplikasi pupuk hayati melalui teknik seed treatment. Korea sangat tertarik dan ingin mempelajari cara Indonesia dengan pendekatan paket dan agroekosistem ini.

Yiyi juga menjelaskan implementasi paket teknologi Pertanian Konservasi di lahan kering iklim bisa meningkatkan Indeks Pertanaman jagung dari 100 menjadi 200. Paket Pertanian Konservasi ini memanfaatkan potensi sumber bahan organik lokal sehingga dapat dijangkau dan dilaksanakan petani dengan mudah.

Peneliti tanah ini juga menjabat sebagai Kepala Bagian Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Yiyi juga sebagai Acting National Focal Point (NFP) untuk Global Soil Partership disamping juga menjadi Acting National Project Coodinator Pertanian Konservasi.

Sebagai NFP, ia berkewajiban memastikan kegiatan GSP berjalan baik dan bermanfaat bagi pembangunan pertanian dan pangan di Indonesia dan melaporkan kegiatan ke sekretariat GSP di Roma, Italia. Melalui laporan ini, pihak GSP dan FAO menilai banyak lompatan lompatan berdampak telah dilakukan di Indonesia.

Yiyi mempersembahkan penghargaan ini untuk para petani yang menerapkan paket teknologi, para peneliti yang menciptakan paket teknologi, dan para pimpinan yang melalui kebijakan dan dukungannya untuk kemajuan pertanian.

“Semoga semakin sedikit tanah sakit di masa depan. Untuk itu kita perlu menyediakan lebih banyak dokter-dokter tanah, yang tidak lain adalah para petani kita. Kita peneliti ini hanya sebagai pembuat obat dan pencari cara untuk menyehatkan tanah kita. Membina petani dan meningkatkan kemampuan mereka dalam menerapkan sistem pertanian bioindustri berkelanjutan adalah kunci utama agar tanah kita sehat dan produktif”, pungkasnya. Nunik Rahmadianti/SB

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author