Pemupukan Berimbang pada Lahan Kering Masam

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Arah pembangunan pertanian tahun 2021 adalah pertanian maju, mandiri, dan modern. Sesuai arahan Menteri Pertanian, arah pembangunan kementerian pertanian adalah meningkatkan produktivitas beserta program pendukung terkait peningkatan produktivitas, dan diversifikasi pangan.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Dr. Fadjry Djufry mengharapkan bahwa hasil inovasi Balitbangtan harus bisa menjawab tantangan untuk mengungkit dan meningkatkan produktivitas pertanian.

Kepala Balai Penelitian Tanah (Balittanah) Dr. Ladiyani Retno Widowati dalam bimbingan teknis (Bimtek) di Kabupaten Lampung Timur menyatakan bahwa Balai Penelitian Tanah, Balitbangtan ingin selalu hadir dalam setiap kegiatan pertanian. Pada saat pandemi Covid-19, lanjutnya, sektor pertanian merupakan penyokong utama devisa Negara.

Lebih lanjut Ladiyani menerangkan bahwa Indonesia didominasi oleh lahan masam. Lahan kering masam merupakan lahan marjinal dengan berbagai kendala budidaya, namun demikian bukan berarti lahan yang tidak bisa menghasilkan. Lahan kering masam mampu memberikan produktivitas yang tinggi jika dikelola dengan benar.

Beberapa kriteria lahan kering masam antara lain: tanah tua dengan kandungan kuarsa sebagai tanda tidak subur (butir-butir kaca); lapisan keras pada kedalaman sekitar 20 cm yang didominasi oleh kandungan Al, Fe, serta Mn; bahan induk masam dan miskin; dan tanah masam yang memiliki kandungan Al tinggi yang bersifat meracuni atau memfiksasi P.

Kriteria lainnya, kandungan bahan organik rendah; erosi dan pencucian tinggi; kandungan N, P, dan K rendah; kandungan Ca dan Mg rendah; drainase jelek. Ciri-ciri ini merupakan kendala utama dalam budidaya pertanian di lahan kering masam.

Kemasaman tinggi (pH <5) dengan Kandungan Al/H tinggi menyebabkan Fiksasi P yang bisa diatasi dengan aplikasi P-Alam (Rock Phosphate) reaktif, bahan organik, serta aplikasi dolomit atau kapur.

Untuk memperoleh hasil tanaman tinggi perlu dilakukan antara lain: perbaikan lahan masam, perbaikan drainase, perbaikan C-org rendah, perbaikan hara rendah; pemupukan sesuai jenis dan dosis dengan pemupukan berimbang, kapur/dolomit, bahan organic, pupuk urea, P-alam, KCl atau NPK; menggunakan varietas unggul dan adaptif; serta teknologi budidaya tanaman yang tepat, jarak tanam, penyiangan, pembumbunan, hama dan penyakit

Bimtek dilaksanakan pada 2 Maret 2021 di KP Taman Bogo, Kab. Lampung Timur, Prov. Lampung menghadirkan petani dari Desa Taman Bogo. Kepala desa dari tiga desa hadir dalam kegiatan ini, yaitu Desa Taman Asri, Desa Taman Bogo, dan Desa Taman Cari, serta PPL di Purbolinggo.

Dalam Bimtek ini juga diserahkan hasil inovasi Balittanah berupa Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK), Agrodeko, serta Agrimeth. PUTK merupakan alat untuk analisis kadar hara tanah lahan kering, yang dapat digunakan di lapangan dengan cepat, mudah, murah dan cukup akurat. PUTK dirancang untuk mengukur kadar P, K, C-organik, pH dan kebutuhan kapur.

Prinsip kerja PUTK adalah mengukur hara P, dan K tanah yang terdapat dalam bentuk tersedia secara semi kuantitatif. Penetapan P dan pH dengan metode kolorimetri (pewarnaan). Hasil analisis P dan K tanah selanjutnya digunakan sebagai dasar penentuan rekomendasi pemupukan P dan K spesifik lokasi untuk tanaman jagung, kedelai dan padi gogo

Agrodeko merupakan biodekomposer konsorsia dari strain-strain fungi Trichoderma, penambat N berupa khamir non patogen dan Candida sp yang tumbuh cepat dan mampu menghasilkan enzim-enzim yang diperlukan untuk mendekomposisi jaringan tanaman yang berupa lignin, selulosa dan hemiselulosa.

Agrodeko bermanfaat untuk mempercepat dekomposisi biomassa tanaman dengan menurunkan C/N dari 40-60 menjadi 15-20 dalam waktu 7-14 hari. Aplikasi Agrodeko pada blotong (limbah pabrik gula) efektif menghambat pertumbuhan mikroba pathogen dan mengurangi bau busuk. Aplikasi Agrodeko tidak memerlukan bahan tambahan lain seperti urea, gula, molase, dan lain-lain.

Sementara Agrimeth merupakan pupuk hayati untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman pangan (padi/kedelai), hortikultura (cabai/sayuran), dan perkebunan (tebu). Agrimeth bermanfaat untuk menghemat biaya produksi; meningkatkan produktivitas tanaman sebesar 20-50%; serta memperbaiki dan meningkatkan pertumbuhan akar, batang, daun, bunga dan buah.

Agrimeth juga bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan mikroba pathogen; menjamin kesuburan tanah pertanian tetap terjaga; serta aman digunakan dan bersahabat dengan lingkungan. (Sumber Balittanah).

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author