Menristek Dorong Peningkatan Daya Saing Sektor Manufaktur di Indonesia

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pandemi Covid-19 telah berdampak luas pada berbagai sektor kehidupan, termasuk sektor ekonomi. Dengan berhentinya sebagian kegiatan ekonomi karena pandemi, resesi tak terhindarkan lagi. Indikator resesi dapat dilihat dari penurunan pada Produk Domestik Bruto (PDB), merosotnya pendapatan riil, jumlah lapangan kerja, penjualan ritel, dan terpuruknya industri manufaktur.

Di bulan April lalu, International Monetary Fund memprediksi dampak negatif wabah coronavirus terhadap perekonomian global akan lebih buruk dari resesi di tahun 2008. Menurut World Bank, ekonomi global tahun ini akan menurun sebesar 5,2%. Artinya, kita akan menghadapi resesi terbesar sejak perang dunia kedua.

Menurut penelitian yang dilakukan Brookings di Amerika Serikat, kota-kota yang paling rentan terhadap resesi ekonomi dari wabah coronavirus adalah kota yang bergantung pada industri minyak dan gas, dan pariwisata. Sedangkan kota yang paling aman dari resesi ekonomi adalah kota yang bergantung pada industri manufaktur dan agrikultur.

Di Indonesia, sektor manufaktur mengalami kemerosotan sejak bulan Maret. Kondisi ini disebabkan penurunan daya beli konsumen dan diperparah oleh beban input dari impor. Menurut Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro, sektor manufaktur Indonesia masih perlu ditingkatkan secara signifikan dari sisi daya saing. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang kian menipis.

“Meski manufaktur masih mendominasi PDB, tapi porsinya semakin lama semakin menurun. Urgensi Indonesia untuk memperkuat sektor manufaktur itu sudah terjadi sejak tahun 90-an dengan manufaktur yang sifatnya labor intensive. Namun setelah krisis finansial Asia, tampaknya manufaktur kita mengalami penurunan daripada kontribusi kepada PDB,” urai Menristek dalam IEEETalk: Achieving Intelligent Manufacturing with Industrial Iot yang digelar secara daring oleh IEEE ITB pada Sabtu (3/10/2020).

Untuk itu, Menristek mendorong para insinyur untuk memperkuat kembali sektor manufaktur di Indonesia dengan inovasi. Upaya tersebut tentunya melalui riset dan pengembangan yang masih minim di Indonesia.

“Indeks daya saing inovasi Indonesia masih berada pada peringkat 85 dari 131 negara, posisi yang masih perlu kita tingkatkan dan menjadi tugas bersama berbagai pihak. Kalau melihat lebih jauh lagi dari aspek inovasi tersebut, yang menjadi tantangan adalah pada R&D. Di samping faktor pendidikan, faktor research and development juga masih menjadi penghambat kita menjadi negara yang inovatif,” ungkap Menristek.

Kunci dari keberhasilan transformasi digital industri manufaktur di Indonesia adalah sumber daya manusianya. Karena itu, beberapa tahun lalu, Honeywell bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia untuk membangun laboratorium belajar di masing-masing perguruan tinggi dan menghubungkan ketiganya via teknologi awan agar memungkinkan kolaborasi akademis terkait Industrial Internet of Things (IIoT).

Honeywell President, Roy Kosasih mengatakan pandemi Covid-19 telah mempercepat proses perubahan yang sebelumnya sudah berjalan di beragam industri dunia, yaitu evolusi manufaktur berbasis IIoT dengan Artificial Intelligence (AI) yang terhubung via teknologi awan dan disertai oleh perangkat lunak canggih seperti Honeywell Forge yang mampu menganalisa dan menghadirkan informasi secara real-time agar seluruh proses bisnis bisa berjalan tanpa hambatan.

“Kunci dari semua transformasi tersebut adalah sumber daya manusianya. Inilah mengapa kami berinvestasi di Indonesia agar para calon insinyur kelak siap memimpin industri dengan teknologi manufaktur Industry 4.0,” terang Roy.

Pentingnya perkembangan otomasi dan digitalisasi di dunia industri sudah tidak bisa dipungkiri. Solusi ini memungkinkan industri-industri untuk merespon kebutuhan pasar dan konsumen dengan fleksibel dan efisien. Sejak Pemerintah Indonesia meluncurkan roadmap “Making Indonesia 4.0” pada April 2018, Siemens selalu berkomitmen dalam inisiatif digitalisasi pada sektor Energi, Oil & Gas, Food & Beverages, Chemical, Mining, Fiber, dan Healthcare .

Siemens telah menjadi pondasi penting dalam membentuk transformasi industri di Indonesia melalui open cloud platform atau IoT Operating System (MindSphere) dan Siemens Industrial Software yang meliputi Industrial IoT, Cybersecurity, dan Digital Twin.

“Siemens memiliki portfolio dan kemampuan untuk mengkombinasikan dunia virtual dan dunia realita. Sebagai partner teknologi terkemuka di Indonesia, Siemens berharap bisa menjalin kolaborasi melalui penggunaan Siemens IIoT Open Platform untuk memberikan dampak nyata dan mempercepat transformasi digital di Indonesia” ujar Prakash Chandran, President Director and CEO PT Siemens Indonesia.

Berangkat dari permasalahan tersebut, IEEE ITB Student Branch akan mengadakan rangkaian acara membahas secara menyeluruh mengenai tantangan apa yang dihadapi dunia manufaktur di era transformasi digital, khususnya dalam aspek perbaikan sistem dengan mengintegrasikan AI ke dalam solusi IIoT.

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan bekal bagi masyarakat di bidang Industrial IoT agar bisa tetap relevan serta membuka wawasan tentang bagaimana AI dapat meningkatkannya berdasarkan sudut pandang para ahli yang akan hadir sebagai pembicara.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author