Jakarta, Technology-Indonesia.com – Sebagai bahan pangan, kecambah atau taoge telah menjadi bagian keseharian dari masyarakat kita. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pembuatan taoge, pemulia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) mulai merintis perakitan varietas kedelai yang sesuai untuk taoge.
Konon kata taoge diserap dari istilah douya (Mandarin), yang berarti kecambah kacang-kacangan. Di Indonesia yang lebih dikenal adalah kecambah dari kacang hijau. Berbeda dengan negara lain, misalnya Korea Selatan, kecambah asal kedelai juga sangat populer. Di Korea Selatan, kecambah asal kacang hijau disebut dengan sukjunamul, dan kecambah kedelai disebutnya kongnamul. Di Jepang, taoge lebih dikenal dengan sebutan moyashi. Pengistilahan kecambah di Indonesia juga beragam antar daerah, diantaranya adalah capar.
Khasiat dari taoge sudah tidak diragukan lagi, terutama kandungan vitamin E. Lembaga riset di negara lain, misalnya Korea Selatan dan Jepang, memiliki program perakitan varietas kedelai untuk taoge. Demikian juga di AVRDC, Taiwan (sekarang World Vegetable Center) telah menghasilkan kultivar VI060634 dengan karakteristik biji kecil dan sesuai untuk bahan baku taoge.
Pemulia Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) di Balitkabi, mulai merintis perakitan varietas kedelai yang sesuai untuk taoge sejak 2021. Tentu tidak sulit, karena beberapa varietas yang telah dilepas sebelumnya, misalnya Gepak Ijo, asal varietas lokal Ponorogo, memang salah satu keunggulannya adalah sesuai untuk taoge.
Petani telah menanam beberapa varietas kedelai lokal yang ukuran bijinya kecil seperti yang terdapat di Banyuwangi, Jember, bahkan di Pringsewu (Lampung), dan dijual untuk bahan baku taoge. Tokoh petani dari Pringsewu, Supono, mengungkapkan bahwa harga jual benih kedelai tersebut dapat mencapai hingga Rp 20 ribu/kg.
Untuk memperbaiki potensi dari varietas lokal atau varietas yang telah dilepas sebelumnya, para pemulia di Balitkabi mulai melakukan persilangan beberapa varietas kedelai lokal yang sesuai untuk taoge dengan varietas berdaya hasil tinggi. Sasarannya adalah ukuran bijinya tetap kecil (<10 g/100 biji), tidak mudah rebah, dan produktivitasnya tinggi.
Tanaman F1 dari berbagai kombinasi persilangan memperlihatkan batang lebih kokoh, jumlah polong banyak, namun variasi ukuran polong masih cukup besar. Sudah ada secercah harapan untuk memperoleh galur-galur kedelai yang sesuai untuk bahan baku taoge. (Sumber Balitkabi)