Sumbawa, Technology-Indonesia.com – Lamtoro (Leucaena leucocephala) merupakan pakan yang murah dan berkualitas karena mempunyai kandungan nutrisi tinggi. Pemberian pakan lamtoro membuat pertumbuhan ternak seperti sapi bali menjadi lebih cepat. Daging sapi pun menjadi lebih lembut dan berkualitas, tak kalah dengan daging sapi impor.
Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Barat (NTB) Dr. Ir. Tanda Sahat Panjaitan, MSc., menjelaskan Lamtoro atau sering disebut sebagai petai cina merupakan tanaman legume pohon yang mempunyai banyak fungsi. Salah satunya sebagai hijauan pakan ternak yang berkualitas nutrisi tinggi.
“Kandungan protein kasar lamtoro lebih dari 21 persen dan kecernaannya di atas 65 persen. Energi termetabolisme 10,5 megajoule per kilogram bahan kering. Dengan demikian lamtoro sudah termasuk pakan dengan kualitas nutrisi tinggi,” terang Tanda saat mengunjungi peternak sapi yang menggunakan pakan lamtoro di Kecamatan Labangka, Kabupaten Sumbawa, NTB, pada Selasa, 26 April 2022.
Tanda menerangkan bahwa lamtoro sangat cocok untuk dikembangkan di wilayah kering beriklim kering. Saat tanaman lain yang digunakan untuk pakan sudah tidak bisa bertahan, lamtoro masih bisa memproduksi biomass hijau sepanjang tahun.
“Jadi lamtoro ini sangat cocok untuk wilayah-wilayah yang musim keringnya panjang seperti di Pulau Sumbawa,” lanjutnya.
Kecamatan Labangka merupakan salah satu pusat pengembangan lamtoro taramba yang dikembangkan BPTP NTB sejak tahun 2013. Saat ini, luasan kebun lamtoro milik petani di Kecamatan Labangka berkisar 350 hektare.
Menurut Tanda, rata-rata setiap petani memiliki 1-2 hektare tanaman lamtoro taramba untuk penggemukan 8-10 ekor sapi untuk satu periode pengemukan 6 bulan. Jadi dalam setahun, petani bisa mengemukkan sekitar 20 ekor sapi.
Biasanya petani membeli bakalan berupa sapi bali untuk digemukkan dengan harga Rp 5 – 6 juta/ekor. Setelah penggemukan selama kurang lebih 6 bulan, sapi tersebut dijual dengan kisaran harga Rp 10 – 11 juta/ekor.
“Jadi per periode petani bisa mendapatkan Rp 4 – 5 juta per ekor sapi. Itu salah satu keuntungan dari penggemukan sapi menggunakan lamtoro,” tuturnya.
Hal itu bisa dicapai karena pertumbuhan ternak sapi menjadi lebih bagus dengan pemberian pakan lamtoro. Tanda menjelaskan, pemberian lamtoro bisa menyebabkan pertumbuhan berat badan sapi bali antara dari 0,4 – 0,6 kg/hari. Sehingga kita bisa mendapatkan sapi bali jantan yang siap potong pada umur lebih muda.
Peneliti BPTP NTB, Tanda Panjaitan (kiri) bersama peternak sapi yang menggunakan pakan lamtoro taramba.
“Kalau umur sapi lebih muda maka kualitas dagingnya jauh lebih baik. Dengan model itu, maka sapi-sapi yang digemukkan dengan lamtoro kualitas dagingnya lebih meningkat. Jadi selain karena ukurannya, berat potong sapi menjadi lebih baik, dan kualitas dagingnya juga menjadi lebih baik,” terang Tanda.
Di sisi lain, lamtoro merupakan tanaman legume, jika ditanam di daerah kering bisa berfungsi sebagai tanaman konservasi. Lamtoro juga membantu terbentuknya iklim mikro di lokasi yang beriklim kering.
Lamtoro Taramba
Pengembangan lamtoro dimulai pada tahun 2001 melalui penelitian kerjasama oleh BPTP NTB dengan BPTP Nusa Tenggara Timur dan Universitas Queensland, Australia. Tanda menjelaskan bahwa penelitian dimulai dengan menguji berbagai jenis lamtoro untuk mencari lamtoro yang bisa adaptif untuk wilayah kering beriklim kering seperti wilayah NTT dan NTB.
Sebenarnya ada beberapa lamtoro yang cukup bagus, tetapi yang paling mudah untuk dikembangkan adalah lamtoro taramba. “Pengembangan lamtoro taramba dimulai di NTB dan NTT secara masif mulai 2010 melalui penelitian kerjasama dari Balitbangtan dan Universitas Queensland dengan pelaksanaannya BPTP NTB dan BPTP NTT,” terang Tanda.
Pada 2010 dimulai penanaman lamtoro taramba di beberapa tempat. Menurut Tanda, saat ini total petani di NTB yang menggunakan lamtoro untuk pakan ternaknya sudah mencapai 3.500 petani.
“Dari sistem ini kita sudah bisa mendapatkan sapi bali lamtoro berkualitas baik yang bisa menghasilkan kualitas daging yang tinggi,” lanjutnya.
Sebelum menggunakan lamtoro taramba, para petani melakukan penggemukan berbasis hijauan rumput terutama baik rumput budidaya maupun rumput alam. Jika hanya menggunakan pakan rumput yang proteinnya di bawah 9% pertambahan berat badan yang bisa dicapai hanya sekitar 0,3 kilogram/hari/ekor.
“Setelah menggunakan lamtoro taramba, pertumbuhan sapi bisa menjadi 2 kali lipat sekitar 0,5 – 0,6 kg/hari/ekor. Dengan demikian, lama pengemukan bisa terpotong sampai 50 persen. Karena itu kita bisa menghasilkan sapi dengan berat potong yang tinggi pada umur yang lebih muda,” pungkasnya.