Optimalisasi lahan rawa dengan VUB Adaptif

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) terus mengoptimalkan lawan rawa menjadi pertanian produktif melalui program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) di Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Koala, Provinsi Kalimantan Selatan. Optimalisasi pengelolaan lahan rawa ini salah satunya melalui pemilihan varietas unggul yang adaptif.

Optimalisasi lahan rawa menjadi fokus utama dalam pelaksanaan program ini mengingat potensi besar lahan rawa di Kalimantan Selatan. Langkah yang ditempuh salah satunya adalah optimalisasi lahan rawa seluas 100 hektare (ha).

Balitbangtan saat ini melakukan pengelolaan dengan menerapkan inovasi baru yang pendekatannya menggunakan teknologi. Langkah ini merupakan sebuah tantangan besar dalam pengelolaan lahan rawa untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan.

Penerapan input teknologi di lahan seluas 100 ha yang dilakukan pada tahap awal kegiatan ini adalah pemilihan varietas unggul yang cocok dan adaptif terhadap lingkungannya. Empat varietas unggul padi yang saat ini diuji coba untuk ditanam yakni Inpari 43 GSR, Inpara 2, Inpara 8, dan Inpara 9.

Indrastuti A Rumanti salah satu anggota Tim Program Serasi dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi dalam keterangannya mengatakan pentingnya melakukan pemilihan varietas yang tepat dalam pengelolaan lahan rawa di Barito Koala.

“Pemilihan empat jenis varietas Inpari 43, Inpara2, Inpara 8, dan Inpara 9 tersebut bukan tanpa alasan, masing-masing mempunyai kelebihan dan dipandang cukup adaptif untuk lahan rawa. Inpara 2, 8, dan 9 misalnya, dipilih karena toleran cekaman Fe (zat besi) yang menjadi masalah utama di Jejangkit’, terang Indrastuti yang juga pemulia tanaman padi.

Sementara itu, peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan, Aidi Noor menambahkan bahwa Inpari 43 mempunyai kelebihan potensi hasil tinggi dan dipandang cukup adaptif untuk lahan rawa. Selain itu tiga varietas yang disebutkan di atas juga mempunyai kelebihan toleran Fe, tahan tungro dan penyakit blast yang umumnya menyerang di wilayah tersebut.

Selain alasan diatas, masyarakat Barito Koala sangat menyukai nasi dengan tekstur pera seperti Inpara 2 yang telah lama dikenal petani setempat.

Hal senada dikatakan Kepala Balai Penelitian Lahan Rawa (Balittra) Hendri Sosiawan. Dalam keterangan terpisah, Hendri menegaskan bahwa upaya maksimal dalam mendukung dan mensukseskan program Serasi terus dilakukan bersama-sama semua pihak. Terkait dengan rekomendasi penggunaan varietas unggul, Hendri merespon baik karena empat varietas yang ditanam saat ini telah terbukti mempunyai daya tahan terhadap cekaman kondisi abiotik dan biotik.

Ia berharap dorongan inovasi teknologi dan pendampingan yang dilakukan di lokasi demfarm bisa memberi perubahan menjadi lebih maju dan ada peningkatan produktivitas yang bisa membawa kesejahteraan bagi petani sehingga Kabupaten Barito Koala punya kontribusi dalam peningkatan produksi padi.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author