Menilik Keuntungan Kultur Jaringan

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kultur jaringan merupakan sebuah metode budidaya sekelompok sel yang terdapat dalam makhluk hidup yang memiliki fungsi dan bentuk yang sama. Kultur jaringan pada dasarnya dapat dilakukan baik pada tumbuhan maupun hewan. Hal ini karena sel tumbuhan dan sel hewan memiliki sifat totipotensi.

Sifat totipotensi merupakan kemampuan dari sel-sel/jaringan untuk tumbuh menjadi individu baru yang identik dengan induknya, karena sel-sel/jaringan tersebut memiliki sifat metabolisme.

“Pada tanaman, penerapan kultur jaringan bertujuan untuk membuat jaringan tanaman yang ada menjadi tanaman-tanaman kecil, tapi memiliki sifat sama dengan induknya,” terang Amalia, peneliti di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Badan Litbang Pertanian.

Amilia menjelaskan, prinsip kerja dari kultur jaringan ini adalah dengan mengisolasi bagian tumbuhan misalnya protoplasma atau sekelompok sel atau jaringan dengan menumbuhkannya dalam kondisi aseptik.

“Biaya kultur jaringan memang tidak sedikit, namun dibalik dari biaya yang harus dikeluarkan akan terbayarkan, karena dengan metode tersebut jumlah tanaman diperbanyak, dan tentunya akan menyeimbangkan lingkungan yang saat ini polusinya sudah cukup tinggi,” tuturnya di Jakarta, Jumat (19/6/2020).

Amalia merinci ada banyak kelebihan kultur jaringan, diantaranya, dapat melestarikan sifat dari tanaman induk. Mampu menghasilkan jenis tanaman dengan sifat yang dimilikinya sama. Dapat menciptakan jenis tanaman baru dengan jumlah banyak pada waktu yang relatif singkat, dan bisa tercipta tanaman yang terbebas dari virus.

Kultur jaringan juga dapat menjadi sarana untuk melestarikan plasma nutfah. Melalui kultur jaringan, juga dapat tercipta varietas baru dengan cara merekayasa genetika sel-sel yang telah direkayasa dan dikembangkan dengan cara kultur jaringan dan dijadikan tanaman baru dengan lengkap. Selain itu, penerapannya dapat dilakukan tanpa tergantung musim.

“Dengan mengetahui manfaat tersebut, masyarakat yang ingin menerapkan kultur jaringan pada tanaman dapat mencobanya,” katanya.

Kendati demikian, Amalia menjelaskan, ada kelemahan dalam menerapkan kultur jaringan, seperti membutuhkan biaya yang awalnya relatif tinggi. Penerapannya hanya dapat dilakukan oleh orang tertentu, dikarenakan membutuhkan keahlian khusus. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan ini membutuhkan proses lagi yaitu aklimatisasi.

“Ini dikarenakan bibit tersebut biasa dalam kondisi yang lembap serta aseptik,” ungkap Amalia.

Lebih lanjut, Amalia mengatakan, beberapa teknologi kultur jaringan jika digunakan secara optimal, akan dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Karena kultur jaringan juga memiliki peranan penting dalam pengembangan bahan tanam yang memiliki sifat ekologis kuat dan propagasi masa. Hal ini dapat menjadi solusi untuk memecahkan masalah dalam pertanian misalnya masalah penanaman musim.

Teknik kultur jaringan berasal dari ide atas penciptaan produk pertanian yang berkualitas. Teknik tersebut menjadi salah satu solusi yang digunakan karena meningkatnya permintaan akan produk pertanian. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor dan faktor utamanya adalah karena adanya kenaikan populasi dan menipisnya lahan pertanian.

“Pengendalian hama, penambahan proses pemupukan dan beberapa praktek dalam bidang pertanian lainnya ternyata tidak cukup untuk membangun ekonomi pertanian yang berkelanjutan, sehingga digunakanlah kultur jaringan,” jelasnya.

Kepala Badan Litbang Pertanian, Fadjry Djufry melalui sambungan telepon mengatakan bahwa Indonesia dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang melimpah menjadi potensi besar bagi bangsa sebagai pendukung ketahanan pangan.

“Metode perbanyakan kultur jaringan tanaman dapat menjadi salah satu teknologi yang prospektif dikembangkan di dalam mengelola keanekaragaman hayati Indonesia. Penguasaan teknologi kultur jaringan ini merupakan salah satu cara untuk memperbanyak dan akhirnya untuk mengkomersialkan tanaman tertentu,” katanya.

Fadjry lebih lanjut menyampaikan bahwa Badan Litbang Pertanian saat ini turut aktif mengadakan seminar maupun bimtek terkait beberapa teknologi yang dihasilkan atau dikembangkan kepada masyarakat umum.

“Diharapkan dari kegiatan tersebut dapat mempercepat tidak hanya adopsi inovasi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian namun juga adaptasi inovasi oleh masyarakat khususnya petani,” tutupnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author