Mega Raya Siap Kembangkan Inovasi Teknologi Kultur Jaringan Porang Rakitan Balitbangtan

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Benih menjadi syarat utama suksesnya budidaya tanaman. Selama ini, porang diperbanyak secara konvensional menggunakan umbi, katak/bulbil, dan bijinya. Kultur jaringan menawarkan beberapa keunggulan, antara lain kepastian varietas, kemurnian dan keseragaman benih yang tinggi, dapat diproduksi secara masal dalam waktu yang realatif cepat, dan benih dapat tersedia sepanjang tahun.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian telah menghasilkan invensi teknik kultur jaringan porang dan telah terdaftar sebagai paten pada 30 Desember 2020. Teknologi ini menjadi pilihan bijak ketika benih langka dan tuntutan kualitas tinggi.

CV Mega Raya sebagai salah satu lisensor yang siap mengembangkan inovasi ini untuk produksi benih porang secara masal. Sejak dimulai pada September 2021, saat ini telah tersedia ribuan botol kultur jaringan porang di laboratorium milik CV Mega Raya.

Beberapa planlet bahkan telah diaklimatisasi. Kolaborasi lembaga riset dan swasta ini diharapkan menjadi solusi dalam mendongkrak ekspor porang sebagai komoditas andalan sesuai arahan Presiden Jokowi.

Formula Kultur Jaringan Porang dan Proses Pembuatan Planlet merupakan produk Inovasi Balitbangtan melalui Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen).

Kepala BB Biogen, Mastur pada Jumat (8/10/2021) menyebutkan, perjanjian lisensi dengan CV. Mega Raya dalam rangka alih teknologi inovatif dan penyebaran teknologi untuk menghasilkan benih porang skala massal dan cepat.

Kerjasama ini adalah kesepakatan antara BB Biogen sebagai penghasil teknologi dengan pihak swasta yang bekerjasama, ini semua dilakukan untuk pemasaran atau pengembangan produk agar dapat digunakan dan dapat tersalurkan kepada masyarakat luas khususnya para petani porang.

Pada kesempatan ini, Mastur juga memberi apresiasi terhadap mitra yang turut dalam mendiseminasikan hasil penelitian BB Biogen.

“Saya yakin CV Mega Raya dapat segera memperbanyak bibit porang yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya para petani porang di Indonesia,” tutur Mastur.

Kultur Jaringan Benih Porang

Peneliti Ahli Utama BB Biogen, Ika Roostika Tambunan saat menjadi narasumber webinar (10/3/2021) mengatakan bahwa tanaman porang (Amorphophallus muelleri) merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang bernilai ekonomi tinggi. Saat ini tanaman porang menjadi booming karena kebutuhannya sangat tinggi hingga menimbulkan kelangkaan benih.

Biasanya petani menggunakan benih alami dari umbi dan katak/bulbil yang harganya mencapai Rp 150-400 ribu/kg. Sementara kebutuhan benih porang untuk satu hektare lahan sekitar 200 kg sehingga petani harus mengeluarkan biaya antara Rp 30 juta – Rp 80 juta.

“Perbanyakan benih porang biasanya menggunakan katak/bulbil. Ketika kebutuhan benih tidak dapat terpenuhi secara konvensional, harus ada sentuhan teknologi dalam hal ini adalah teknik kultur jaringan,” kata Ika.

Kultur jaringan, terangnya, merupakan teknik mengisolasi bagian tanaman berupa protoplas/sel telanjang, sel, jaringan, atau organ, secara aseptis dan ditumbuhkan secara in vitro (dalam botol) hingga membentuk planlet (tanaman utuh). Sejak November 2019-Desember 2020, BB Biogen berkolaborasi dengan Direktorat Perbenihan melakukan uji produksi benih porang melalui kultur jaringan.

“Perbanyakan melalui kultur jaringan memiliki keunggulan karena bisa dilakukan secara masal dalam waktu cepat, tidak tergantung pada musim, menghasilkan bibit sesuai dengan induknya, seragam, bebas hama dan penyakit, serta mudah untuk didistribusikan (khususnya dalam bentuk planlet). Di samping itu karena adanya zat pengatur tumbuh pada saat ditumbuhkan secara in vitro maka pertumbuhan juga menjadi lebih cepat,” terangnya.

Tahapan kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman meliputi pemilihan tanaman induk, sterilisasi eksplan/bahan tanaman, penanaman in vitro/di laboratorium, subkultur (multiplikasi tunas), induksi perakaran hingga menjadi planlet, aklimatisasi di rumah kasa/kaca, dan transplanting/pemindahan ke lapang.

Tanaman hasil kultur jaringan, lanjutnya, memerlukan tahapan aklimatisasi supaya bisa beradaptasi pada lingkungan sebelum dipindahkan ke lapang. Proses aklimatisasi bisa menggunakan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos kemudian disungkup dengan plastik selama 1 bulan. (Sumber BB Biogen)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author