Kunjungi BPP Mektan, Menko Marves Dorong Modernisasi Pertanian Melalui Alsintan

Tangerang, Technology-Indonesia – Beragam prototipe alat dan mesin pertanian (alsintan) menarik perhatian Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan saat mengunjungi Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan), pada Rabu (27/1/2021). Luhut menilai teknologi alsintan dapat meningkatkan produktivitas pertanian.

Menurut Luhut, ada tiga hal pokok di sektor pertanian yang harus diperbaiki yaitu bibit, pupuk dan alsintan. Untuk itu, melalui riset diharapkan dapat menghasilkan bibit unggul, pupuk berkualitas, serta alsintan untuk mendukung mekanisasi pertanian.

“Kita masih belum bertani modern sehingga hasilnya masih sangat bisa ditingkatkan melalui pupuk, bibit dan alsintan,” kata Luhut seusai berkeliling dan melihat secara langsung beberapa prototipe alsintan yang dibuat perekayasa BBP Mektan.

Alsintan tersebut diantaranya autonomous tractor, drone penebar benih padi/ pupuk, robot tanam padi, traktor rawa, alat penggulud (ditarik TR4), alat pemanen umbi-umbian, alat tanam bibit tebu terintegrasi, alat penanam biji-bijian tipe pneumatik, bengkel alsintan berjalan, smart irrigation, dan lain-lain.

Dalam kunjungan ke BPP Mektan, Menko Marves didampingi Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry serta Kepala BBP Mektan Agung Prabowo.

Pada kesempatan tersebut, Luhut mendorong kolaborasi antara Kementerian Pertanian, BPPT dan industri untuk membangun industri dalam negeri dan menekan impor alsintan. “Marketnya luas, karena ada 7,4 juta hektare lahan pertanian, setengah saja kita mainkan dampaknya luar biasa,” lanjutnya.

Modernisasi pertanian melalui alsintan, saat ini tengah diupayakan di lahan food estate Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas (Kalimantan Tengah), Kabupaten Humbang Hasundutan (Sumatera Utara) dan Kabupaten Lumajang (Jawa Timur). Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, pengembangan food estate juga diarahkan sebagai model bisnis pertanian yang terintegrasi.

“Sesuai keinginan presiden semua terintegrasi dan menggunakan sebanyak mungkin teknologi baru, sehingga pertanian kita akan jauh lebih baik,” kata Luhut.

Mentan Syahrul Yasin Limpo menyebutkan untuk memperbaiki sektor pertanian salah satunya dengan menambah alsintan di setiap provinsi. Mekanisasi pertanian dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan produksi pertanian.

Mentan mengungkapkan, susut hasil (losses) panen padi secara manual sebesar bisa mencapai 9-12%, sementara dengan penggunaan alsintan susut hasilnya 3-5%. “Kalau kita mau meningkatkan produktivitas padi, jagung, kedelai, maupun tebu, alsintan harus menjadi bagian. Selanjutnya, SDM litbang sangat dibutuhkan di semua akses mulai dari awal hingga akhir, karena itu peneliti harus diberikan akses,” tuturnya.

Kepala BPPT, Hammam Riza menyatakan pihaknya siap bersinergi dan berkolaborasi dengan Kementan dalam upaya membangun hilirisasi alsintan. Berdasarkan data, banyak alat mesin pertanian yang menjadi kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

“Kami ingin melaksanakan penguatan penguasaan teknologi, mendayagunakan teknologi serta menjamin keberhasilan penerapannya,” tutur Hammam.

Sementara itu, Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry mengatakan BPP Mektan disiapkan untuk membuat prototipe alsintan mulai hulu hingga hilir, mulai dari pratanam, tanam, sampai pengolahan pasca panen. Berbagai prototipe yang sudah dihasilkan BPP Mektan mulai dari hulu hingga hilir sudah banyak yang dilisensi.

Untuk food estate di Kalteng, pihaknya telah mengembangkan drone alat tanam, drone penyebar benih dan pupuk, drone penyemprot pestisida, traktor rawa, serta beberapa alat tanam berbasis GPS. Untuk food estate di Sumatera Utara, Balitbangtan mengembangkan alat panen kentang, alat pembuat guludan, dan lain-lain.

Kehadiran Menko Marves bersama Kepala BPPT, terangnya, untuk mensinergikan prototipe yang telah dihasilkan BPP Mektan dan dikembangkan dalam skala industri. “Kita di sini membuat prototipe, untuk pengembangan lebih lanjut perlu dukungan industri, termasuk mitra BUMN sehingga bisa kembangkan secara massa dan skala ekonomi,” lanjutnya.

Menurut Fadjry, Alsintan yang dikembangkan BPP Mektan rata-rata sudah siap untuk dihilirisasi karena sebagian besar sudah ada mitra lisensi, tinggal dimasifkan. “Data kebutuhan alsintan kita masih sangat besar sekali dibandingkan kesediaan yang ada, ini potensi yang sangat besar untuk membuat industrinya. Jika 30-50 persen alsintan bisa kita siapkan akan menghidupkan industri dalam negeri,” tutupnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author