Kemiri Sunan Potensial Sebagai Tanaman Reklamasi

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Upaya reklamasi lahan bekas tambang seringkali mengalami kegagalan karena tidak membawa dampak ekonomis bagi masyarakat di lingkungannya. Reklamasi menggunakan tanaman akasia tidak memberikan apapun bagi masyarakat di sekitarnya, selain kayu bakar. Begitu pula dengan tanaman karet karena yang ditanam bukan karet penghasil lateks, melainkan untuk kayu bakar.

Salah satu tanaman yang potensial dijadikan tanaman reklamasi dan bernilai ekonomis adalah kemiri sunan. Buah kemiri sunan berpotensi sebagai bahan baku biodiesel yang bernilai ekonomi. Selain itu, guguran daunnya dapat meningkatkan kandungan  bahan organik di dalam tanah secara lebih cepat, sehingga tanah menjadi subur dan segera bisa digunakan sebagai lahan pertanian. 

Lahan  bekas tambang luas dan belum termanfaatkan. Tidak jarang lahan bekas tambang tersebut menjadi sumber malapetaka seperti banjir bandang dan sebagainya. Banjir bandang di Kendari pada Juli 2020  merupakan salah satu contoh bencana akibat alih fungsi hutan lindung menjadi lahan tambang.

Tanaman kemiri sunan (Reutalis trisperma L) adalah salah satu tanaman famili karet-karetan (Eoforbia). Tanaman ini mudah beradaptasi di beberapa lingkungan seperti tanah gambut, tanah pasir, tanah liat , dan tanah bekas tambang.

Kemiri sunan tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH rendah <5 dan banyak dikembangkan di dataran rendah sampai tinggi seperti daerah Sumedang, Garut dan Tasik Malaya di Jawa Barat. Serta di daerah bekas tambang timah di Bangka, daerah bekas tambang batu bara di Kalimantan Timur, dan daerah Batang Karang di Pulau Buru.

Tanaman ini pertumbuhannya sangat cepat. Pada umur 5 tahun telah mencapai tinggi batang hingga 3-4 meter, dengan kanopinya yang rimbun.

Kemiri sunan mempunyai sifat menggugurkan daun sehingga dapat menambah bahan organik dalam tanah, dan 2-3 bulan kemudian rimbun kembali. Pada umur 5 tahun, tanaman kemiri sunan juga telah mulai berproduksi, sebesar 50 kg/pohon/tahun, dan akan terus meningkat sesuai dengan pertambahan umur.

Pada umur 10 tahun produksi tanaman kemiri sunan mencapai 150 kg/pohon/tahun atau  hampir 13 ton/ha/tahun. Pada umur 25 tahun, tanaman akan mencapai puncak produksinya dengan menghasilkan 300 kg/pohon atau 28 ton/ha/tahun. Kernel buah (daging biji) kemiri sunan mengandung 56% minyak atsiri, yang berpotensi digunakan sebagai bahan pembuat biodiesel pengganti solar.

Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) telah menguji coba biodiesel dari minyak kemiri sunan dengan kendaraan dengan rute Jakarta-Bali-Jakarta dengan hasil yang sangat memuaskan. Seratus persen minyak biodiesel dari kemiri sunan dapat digunakan sebagai pengganti solar, tidak hanya  untuk mesin statis namun juga mesin bergerak seperti kenderaan roda empat.

Tanaman kemiri sunan juga berumur sangat panjang mencapai ratusan tahun. Pada umur 30 tahun, diameter batang kemiri sunan bisa mencapai 2-3 meter, sehingga berpotensi sekali menjadi sumber kayu bangunan yang makin langka.

Tanaman kemiri sunan potensial dijadikan tanaman reklamasi dan bernilai ekonomis. Buah kemiri sunan tidak perlu dipanen, namun akan jatuh dengan sendirinya jika telah matang. Masyarakat dapat mengumpulkannya dan menjual ke pabrik atau pedagang pengumpul. Hal ini akan berdampak positif bagi perekonomian masyarakat.

Masa berbuah kemiri sunan sekitar 4 bulan dalam satu tahun. Kemampuan orang mengumpulkan biji kemiri sunan dapat mencapai 60 kg/hari kerja.  Dengan harga biji sebesar Rp. 2.000/kg, maka pendapatan yang diperoleh bisa mencapai Rp. 120.000/hari selama 4 bulan atau sebesar Rp. 14.400.000,- . (Sumber Balittri)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author