Inovasi Teknologi Rantai Dingin Perkuat Nilai Tambah Produk Pertanian

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Berbagai teknologi di bidang pertanian kini banyak dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian, tak terkecuali teknologi penyimpanan bagi komoditas hortikultura yang bersifat perishable atau mudah rusak. Tujuan utamanya, untuk peningkatan mutu dan nilai tambah produk pertanian.

Diversifikasi pangan dan digitalisasi rantai pasok melalui rantai dingin (cold chain) merupakan kunci untuk membangun daya tahan dan efisiensi rantai pasok produk hortikultura agar tetap mampu bersaing dengan negara lain.

Cold Chain pada produk hortikultura selain meminimalisir potensi kerugian pasca panen dan loss of weight dan quality pada masa simpan, juga berdampak pada peningkatan kualitas kesegaran, stabilitas suplay, daya tawar petani, dan perluasan jangkauan distribusi,” jelas Bugie Pudjotomo, Asosiasi Rantai pendingin Indonesia saat Diskusi PanganTalk#3 bertema ”Tantangan dan Peluang Pengembangan Rantai Beku Komoditas Hortikultura” yang dihelat oleh Kelompok Studi Ilmiah PanganInstitute.id melalui Webinar pada Sabtu (20/6/2020).

Sistem Rantai Dingin sebetulnya bukan barang baru. Balitbangtan telah mengimplementasikannya sejak lama. Tahun lalu misalnya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Riau kerjasama dalam program penanganan pasca panen buah mangga Agri Gardina 45 dengan model teknologi penanganan di PHO dari tahapan precooling sebagai suhu adaptasi dari suhu lapang dan suhu rantai dingin, serta teknologi pengemasannya.

Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) melalui kegiatan penelitiannya sejak tiga tahun lalu sudah memperkenalkan teknologi penanganan segar sayuran untuk brokoli yang dapat bertahan hingga satu minggu penyimpanan dan selada yang mampu bertahan hingga dua minggu menggunakan teknologi Modified Atmosphere Storage (MAS).

Ketua tim pengembangan teknologi MAS dari BB Pascapanen saat itu, Dondy mengatakan untuk memperpanjang kesegaran sayuran, kondisi ruang penyimpanan harus diatur pada suhu dan kelembaban optimal. “Penyimpanan pada suhu dingin harus diimbangi dengan kelembaban tinggi agar air permukaan yang ada pada sayuran daun tidak menguap dan menyebabkan sayuran menjadi layu dan kering,” terang Dondy.

Narasumber lainnya, Muhammad Makky, Ketua LPPM dan Dosen Teknik Petanian Universitas Andalas berpendapat bahwa sistem rantai dingin untuk komoditas hortikutura memungkinkan umur simpan yang lebih lama sehingga kehilangan produk yang bernilai ekonomi dikurangi. Tantangannya adalah manajemen suhu produk dari lahan sampai konsumen, khususnya setelah panen.

“Rantai beku yang ada saat ini hanya di tiga titik, yaitu pedagang besar, grosir, eksportir dan agen. Sedangkan produsen hortikultura umunya berskala kecil dan tidak memiliki kemampuan finansial untuk menerapkan rantai beku,” singgung Makky.

Pada aspek teknis, kecepatan proses pembekuan produk dan suhu penyimpanan khususnya pada transportasi belum standar. Akibatnya, kualitas produk yang disimpan menurun dan kalah bersaing karena biaya simpan tinggi.

“Ini bisa kita atasi dengan teknologi deep freeze yang memiliki keunggulan dari segi biaya dan kualitas suhu penyimpanannya. Kuncinya saat ini ada dua. Pertama, cold chain yang mampu mempertahankan kualitas produk lebih bagus. Kedua, memiliki rantai digital, artinya mampu dilacak kualitas, waktu, dan distribusinya,” jelasnya.

Secara terpisah, Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry dalam beberapa kesempatan mengemukakan pentingnya teknologi penanganan pasca panen, utamanya bagi produk yang mudah rusak. Hal ini penting mengingat kualitas produk pertanian akan menentukan nilai tambah dan daya saing produk baik secara kompetetif maupun komparatif.

“Bapak Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo saat acara Pekan Inovasi Mangga pada November tahun lalu telah berpesan agar dilakukan penerapan cold chain dan sistem sortasi serta grading secara menyeluruh mulai dari produsen sampai konsumen sehingga kualitas buah dapat terjaga dengan baik,” jelas Fadjry.

Seperti diketahui, Kementerian Pertanian saat ini mulai serius mengembangkan teknologi pasca panen, utamanya menghadapi pandemi Covid-19. Tak tanggung-tanggung, tahun ini pihaknya tengah memulai pengadaan teknologi rantai dingin sebanyak 40 unit CAC (Control Atmoshphere Cold Storage).

Dengan adanya cold chain, Balitbangtan Kementerian Pertanian yakin kualitas produk pertanian yang dihasilkan dapat meningkat, nilai ekonomisnya naik, dan mampu bersaing dengan negara lain.

Webinar PanganTalk#3 dihadiri oleh Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia ASHARE Indonesia Chapter, Sekretaris LPPM Universitas Andalas, Peserta dari BPTP Jambi, BPTP Kalbar, BPTP Bengkulu, Agroindustrial Tech. Dept. of UISI, Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Metro Lampung, Dinas TPHP Kalteng, Analis PMHP, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung, Dispang dan Horti Kaltim, Ditjen PKH Kementan, BUTTMKP Bekasi, Stiper Dharma Wacana Metro Lampung, Universitas Semarang, BBPPMBTPH, dan civitas akademika. (Wahyudi)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author