Jakarta, Technology-Indonesia.com – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Sulawesi Tengah menggelar pendampingan teknologi pestisida nabati dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sayuran di KWT Sedap Malam, Kel. Pengawu, Kec. Tatanga, Kota Palu pada Sabtu (13/11/2021). Kegiatan ini bertujuan mempercepat fungsi pelayanan dalam pemanfaatan berbagai inovasi teknologi pertanian hasil penelitian dan pengkajian (litkaji) secara meluas oleh pengguna.
Dalam pertemuan tersebut, Tim BPTP Sulawesi Tengah memberi informasi mengenai pestisida nabati, cara pembuatan, dan pengaplikasiannya. KWT Sedap Malam merupakan kelompok pemanfaatan pekarangan.
Pestisida nabati adalah ramuan alami berbahan dasar tumbuhan untuk mengendalikan OPT tanaman. Bahan dasar tersebut umumnya berupa senyawa aktif hasil metabolit sekunder dari tumbuhan yang berfungsi sebagai repelen, antifidan, atraktan, mencegah serangga meletakkan telur, penghambat pertumbuhan, dan perkembangan serangga, sebagai racun syaraf, dan mengendalikan pertumbuhan jamur maupun bakteri.
Pengendalian OPT dengan pestisida nabati merupakan alternatif pengendalian yang aman dan ramah lingkungan. Bahan dalam pembuatan pestisida nabati pun tidak sulit untuk kita jumpai karena tersedia di sekitar lingkungan kita. Bahan pestisida nabati yang dikenalkan adalah daun mimba, daun sirsak, mengkudu, bawang putih, dan sereh.
Penggunaan pestisida alami relatif aman dalam dosis tinggi sekalipun, maka sebanyak apapun yang diberikan tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati. Untuk aplikasi pestisida nabati sebaiknya dilakukan pada sore hari dan tidak dilakukan pada siang hari.
Setelah pemberian teori, dilanjutkan dengan praktek pembuatan pestisida nabati. Pembuatan pestida nabati ini mudah dilakukan, dan bahannya tersedia di sekitar lingkungan mereka. Diharapkan dengan adanya pendampingan yang diberikan oleh BPTP Sulawesi Tengah, ibu-ibu di KWT Sedap Malam dapat mengaplikasikan ke tanaman, sehingga tanaman di lahan pekarangan tidak terserang OPT.
Pekarangan Pangan Lestari
Sebelumnya, pada 10-11 November 2021, BPTP Sulawesi Tengah menjadi narasumber pada pelatihan untuk peningkatan keterampilan dalam budidaya tanaman hortikultura di pekarangan pada delapan kelompok Wanita Tani (KWT) Kota Palu yang menjadi sasaran dalam program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang digelar oleh Dinas Pertanian dan Ketahan Pangan Kota Palu. Pelatihan tersebut berupa pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan konsep ramah lingkunag berbasis pestisida nabati dan pembuatan pupuk organik.
Ekstensifikasi pertanian semakin sulit dilakukan, karena semakin terbatasnya ketersediaan lahan untuk usahatani. Karena itu, intensifikasi melalui diversifikasi pertanian akan sangat membantu peningkatan produktivitas, tanpa merusak lingkungan. Pemanfaatan lahan pekarangan perlu menjadi perhatian, terutama untuk pengembangan buah-buahan berumur panjang.
Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah dilakukan masyarakat sejak lama dan terus berlangsung hingga sekarang. Namun, kegiatan tersebut belum dirancang dengan baik dan sistematis pengembangannya terutama dalam menjaga kelestarian sumberdaya.
Karena itu, komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam penganekaramanan konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan kembali budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.
Tanaman sayur merupakan contoh tanaman yang multifungsi. Di satu sisi tampilannya cukup memberikan kesan dan ketika dipanen dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Bahkan jika jumlahnya cukup banyak bisa dijual yang akan memberikan keuntungan ekonomis.
Pekarangan Pangan Lestari (P2L) diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan masyarakat pada tingkat rumah tangga. Selain itu mempercepat diversifikasi pangan dari semula bertumpu pada beras ke sumber pangan lain berbasis lokal, seperti sayuran, buah, dan pangan asal hewan.
Dari berbagai tanaman pekarangan baik pada tanaman sayuran, umbi-umbian, toga maupun apotek hidup dapat menekan penggunaan pangan seperti beras dan terigu, sehingga merupakan salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti substitusi dari berbagai olahan.
Tujuan penting yang ingin dicapai dalam pengembangan program P2L antara lain meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan, memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari, mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga serta menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. (Sumber BPTP Sulteng)