Hilirisasi Inovasi Teknologi IP 400 melalui Sekolah Lapang di Sigi

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Sulawesi Tengah (Sulteng) menggelar Sekolah Lapang (SL) Teknologi Perbenihan dan varietas unggul baru (VUB) Padi untuk mendukung kegiatan hilirisasi inovasi teknologi IP 400 di Kecamatan Dolo Barat, Kabupaten Sigi pada Senin (21/6/2021). Salah satu terobosan Kementerian Pertanian dalam meningkatkan produksi padi adalah melalui pengenalan model Indeks Pertanaman (IP) 400 yang dikelola secara integrated farming menuju zero waste.

Muh. Afif Juradi, salah satu Peneliti BPTP Sulteng yang mewakili penanggungjawab kegiatan Hilirisasi Inovasi Teknologi IP 400 menyampaikan bahwa untuk meningkatkan nilai tambah konsep IP 400 dikelola dalam klaster kawasan berbasis korporasi petani. Konsepnya adalah dalam satu tahun di hamparan sawah yang memiliki irigasi sepanjang tahun, dapat ditanami padi sebanyak empat kali.

Karena itu dilakukan demplot untuk mendukung program peningkatan IP 400. BPTP Sulteng sangat mengharapkan dukungan dari pemerintah Kecamatan Dolo Barat dalam hilirisasi inovasi teknologi IP 400.

Peserta SL sejumlah 50 orang berasal dari Penyuluh dan Kelompok Tani di Wilayah Kerja BPP Mantikole. Turut hadir pula Camat Dolo Barat, Kepala Desa Kaleke dan Kepala Desa Rarampadende, Peneliti dan Penyuluh BPTP Sulawesi Tengah.

Camat Dolo Barat, Riadin dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada BPTP Sulteng yang selalu memberikan pendampingan teknologi kepada petani di wilayah Dolo Barat baik pada komoditas padi maupun jagung. Pada prinsipnya Pemerintah Kecamatan Dolo Barat mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh BPTP Sulteng, karena dapat meningkatkan produksi dan produktivitas.

Riadin menghimbau kepada pemerintah desa dan kelompoktani untuk mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh BPTP Sulteng agar kerjasama yang terjalin ini dapat berjalan dengan baik.

Penyuluh BPTP Sulteng, Basrum yang menjadi narasumber pada SL menyampaikan bahwa ada empat faktor pendukung keberhasilan dalam pelaksanaan IP Padi 400. Faktor pertama, penggunaan benih varietas padi sangat genjah yang memiliki umur 90-104 hari. Kedua, pengendalian hama/penyakit terpadu (PHT) dilakukan lebih operasional. Ketiga, pengelolaan hara secara terpadu spesifik lokasi; dan keempat, manajemen tanam dan panen yang efisien.

Varietas umur Genjah > 105 – 124 hari diantaranya Ciherang, Mekongga, Way Apo Buru, Cigeulis, dan Situ Bagendit. Varietas Umur Sangat Genjah 95 – 104 hari antara lain Silugonggo, Inpari I, dan Dodokan. Dalam produksi benih yang harus diperhatikan pendaftaran ke Balai Pengwasan dan Sertifikasi Benih (BPSB), sejarah lahan, benih sumber, isolasi dan rouging dan menghindari kontaminasi mekanis.

Petani peserta SL sangat antusias mengikuti materi yang disampaikan, saat diskusi dan kunjungan lapangan. Hal ini terlihat dari banyaknya petani yang bertanya mengenai proses produksi benih, proses sertifikasi, cara penanaman menggunakan rice transplanter, dan cara pengendalian gulma terutama bila sistem tabela.

Pada kesempatan tersebut, Kepala BPP Mantikole, Muhammad Arsyad berharap agar penyuluh dapat menyebarkan inovasi teknologi yang disampaikan kepada para petani wilayah binaan masing-masing. Ia juga berharap kepada petani mengikuti Sekolah Lapang dapat menerapkan dilahannya agar dapat meningkatkan produksi dan produktivitas serta mewujudkan swasembada pangan di wilayah ini. (Sumber BPTP Sulteng)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author