Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pemanfaatan sekam sebagai bahan baku briket dilatarbelakangi tingginya limbah hasil panen padi. Berbagai varietas padi menghasilkan limbah sekam yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil penelitian Badan Litbang Pertanian, per 100 kilogram (kg) gabah kering panen (GKP) varietas Ciherang menghasilkan 16 kg sekam. Untuk Inpago 5 sekamnya 16,7 kg, IR 64 sekamnya 17 kg, sedangkan varietas mentik limbah sekamnya 23,3 kilogram.
Sebagai lembaga penelitian, Badan Litbang Pertanian terus menghasilkan inovasi yang tiada henti, limbah sekam padi diolah untuk berbagai produk turunan. Salah satunya adalah briket arang sekam. Hasil pengamatan menunjukkan, dari 100 kilogram sekam/padi hampa, diperoleh rata-rata 63,93 kilogram arang sekam.
Dalam proses pembuatan briket, arang sekam dihaluskan terlebih dahulu dengan alat penepung. Campuran yang paling tepat untuk menghasilkan briket terbaik adalah setiap 1 kilogram tepung arang sekam, dibutuhkan tepung tapioka sekitar 400 gram dan 1,5 liter air. Dengan campuran tersebut, dari satu kilogram arang sekam, dapat dihasilkan 553+14,06 gram briket.
Briket dapat dicetak berbentuk kotak persegi atau bulat panjang sesuai dengan alat pencetaknya. Briket yang telah dicetak dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah kering, briket dapat dikemas dalam plastik untuk digunakan pada masa yang akan datang. Semakin halus arang sekam, briket yang dihasilkan akan semakin padat dan kompak sehingga makin lama daya bakar briketnya.
Kebun Percobaan Bandongan, Jawa Tengah telah melakukan pengujian kualitas briket arang sekam dari efisiensi panas briket yang dihasilkan, dibandingkan dengan briket batu bara, tempurung kelapa, dan arang kayu. Hasilnya, briket arang sekam lebih mudah terbakar dibandingkan briket lainnya.
Namun, kondisi tersebut kurang menguntungkan karena briket cepat terbakar habis menjadi abu dalam waktu yang relatif cepat. Selain itu, briket arang sekam membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan briket lainnya. Briket batu bara memiliki efisiensi panas yang paling baik.
Hasil pengujian tersebut, tidak mengecilkan potensi arang sekam, namun menjadi alternatif bahan bakar pilihan karena limbah sekam yang dihasilkan luar biasa banyaknya. (Sumber: BB Pascapanen Balitbangtan)