Jakarta, Technology-Indonesia.com – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat mendorong petani bawang merah di Kabupaten Solok Selatan beralih dari menggunakan umbi sebagai sumber benih menjadi menggunakan biji (True Shallot Seed/TSS). Budidaya bawang merah asal biji akan menghemat biaya sekitar Rp.12 miliar untuk pembelian benih bawang merah setiap tahunnya.
Hal ini disampaikan peneliti BPTP Sumatera Barat, Atman Roja pada acara Temu Teknologi di Wisma Sakinah Muaro Labuh, pada Kamis (13/8/2020) yang dihadiri 30 Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kabupaten Solok Selatan.
Atman Roja menyampaikan bahwa luas panen bawang merah di Kabupaten Solok Selatan mencapai 400 hektare (ha) per tahun. Jika 1 ha membutuhkan 1,5 ton benih maka total benih yang diperlukan sebanyak 600 ton. Dengan harga benih Rp.30 ribu/kg, maka dana yang dibutuhkan sebesar Rp.18 miliar setiap tahunnya (Rp.45 juta/ha).
Melalui penggunaan benih asal biji, terangnya, dana untuk benih ini bisa dihemat menjadi Rp. 6 M setiap tahun. Rinciannya, kebutuhan benih sebanyak 5 kg/ha dengan harga Rp.3 juta/kg (Rp.15 juta/ha). Selain itu, produktivitas bawang merah asal biji juga lebih tinggi dibanding produktivitas bawang merah asal umbi. Tentu saja dengan menerapkan teknologi sesuai rekomendasi.
Saat ini, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui BPTP Sumatera Barat tengah mengembangkan teknologi Proliga (Produksi Lipat Ganda) bawang merah yang mampu meningkatkan produktivitas lebih dari 30 ton/ha. Komponen teknologi yang direkomendasikan adalah penggunaan benih asal biji; penambahan populasi tanaman dari 240 ribu menjadi 500 ribu -800 ribu rumpun tanaman per hektare; pengelolaan manajemen hara dan air; dan pengendalian hama/penyakit terpadu (PHT) dengan penekanan kehilangan hasil maksimal 10%.
Kabid Penyuluhan, Vera Septaria, mewakili Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok Selatan menyampaikan bahwa kegiatan Temu Teknologi ini bertujuan meningkatkan kemampuan SDM PPL dalam menguasai inovasi teknologi spesifik Sumatera Barat, terutama berkaitan dengan komoditas utama di Solok Selatan, seperti padi sawah dan bawang merah.
Atman Roja juga mendiseminasikan inovasi teknologi jajar legowo (jarwo) super dengan mina padi. Teknologi ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain petani mendapat tambahan penghasilan dari ikan tanpa mengurangi pendapatan dari padi dan meningkatkan produktivitas tanaman padi. Keuntungan lainnya meningkatkan efisiensi input dan produktivitas lahan; tanaman padi menjadi lebih terkontrol dan memenuhi kebutuhan hewani.
Kedua teknologi ini mendapat perhatian tinggi dari penyuluh untuk mereka kembangkan. Ini terlihat dari banyaknya interaksi peneliti dan penyuluh dalam sesi diskusi. (Sumber BPTP Sumbar)