Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kementerian Pertanian terus mengupayakan peningkatan produksi padi untuk menjamin ketersediaan beras. Salah satu terobosan yang kini tengah diintesifkan adalah melalui pola tanam dengan indeks pertanaman (IP) 400. Petani diharapkan dapat menanam dan memanen padi maupun palawija sampai empat kali dalam setahun pada hamparan yang sama.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Sulawesi Tengah (Sulteng) melakukan hilirisasi inovasi teknologi mendukung IP 400. Pada Rabu (13/10/2021) BPTP Sulteng menggelar sekolah lapang Teknologi Budidaya Jagung dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) di Kecamatan Dolo Barat, Kabupaten Sigi.
Plh. Kepala BPTP Sulteng, Rudi Aksono dalam sambutan menyampaikan bahwa sesuai program pemerintah untuk meningkatkan produksi menuju swasembada pangan, maka diperlukan teknologi untuk mencapai tujuan tersebut. Karena itu, Balitbangtan melalui BPTP Sulteng mendiseminasikan inovasi teknologi dalam upaya peningkatan produksi melalui peningkatan indeks pertanaman (IP).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan IP 400 yaitu irigasi sepanjang tahun, penggunaan benih varietas unggul umur genjah, teknik semai (15 hari sebelum panen), bukan wilayah endemis OPT, mengutamakan penggunaan pupuk organik, dan mekanisasi pertanian.
Peneliti BPTP Sulteng, Muh. Afif Juradi menjelaskan keberhasilan budidaya jagung perlu memperhatikan tahap antara lain penyiapan lahan, benih, penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan panen serta pasca panen. Penyiapan lahan tergantung pada tekstur tanah, tekstur berat memerlukan pengolahan intensif, sedangkan tekstur ringan sampai sedang dengan OTM (olah tanah minimum) atau TOT (tanpa olah tanah).
Selanjutnya, membuat got keliling, serta saluran drainase agar lahan tidak tergenang. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 75 cm x 20 cm, 1 biji per lubang atau jarak tanam 75×40 cm, 2 biji perlubang, agar memperoleh jumlah populasi maksimum.
Pemupukan harus dilakukan berimbang dan sesuai anjuran. Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu 7-10 hari setelah tanam (HST) dan 30-35 HST. Pemupukan dilaksanakan dengan cara membuat lubang dengan tugal di samping lubang benih, setelah diberi pupuk tutup kembali dengan tanah.
Pengairan merupakan bagian paling vital dalam perawatan tanaman, keterlambatan dalam pengairan dapat menurunkan hasil panen sampai 1 ton per hektar. Adapun pengairan yang paling ideal dilakukan setiap 20 hari sekali.
Pengendalian gulma dengan cara membersihkan gulma yang ada di sekitar tanaman, tanaman harus bersih dari rumput. Berdasarkan hasil penelitian, pada lahan yang banyak ditumbuhi rumput bisa menurunkan hasil sampai 30%.
Panen dilakukan jika kelobot tongkol telah mengering atau berwarna coklat, biji telah mengeras, dan telah terbentuk lapisan hitam (black layer) minimal 50% pada setiap baris biji. Panen lebih awal atau pada kadar air biji masih tinggi menyebabkan biji keriput, warna kusam, dan bobot biji lebih ringan. Jika terlambat panen, apalagi pada musim hujan, menyebabkan tumbuhnya jamur, bahkan biji berkecambah. Tongkol yang sudah dipanen segera dijemur,atau diangin-anginkan jika terjadi hujan.
Peneliti BPTP Sulteng, Abdi Negara menyampaikan materi terkait pengendalian OPT berdasarkan pendekatan pengendalian secara terpadu, yakni pelaksanaan identifikasi jenis dan populasi hama oleh petani atau pengamat OPT di lapangan. Penentuan tingkat kerusakan tanaman dilakukan berdasarkan kerugian ekonomi atau ambang tindakan. Ambang tindakan identik dengan ambang ekonomi, yang sering digunakan sebagai dasar teknik pengendalian.
Taktik dan teknik pengendalian terdiri atas berbagai alternatif, yakni mengusahakan tanaman selalu sehat; pengendalian dilakukan secara hayati; penggunaan varietas tahan; pengendalian secara fisik dan mekanis; penggunaan senyawa hormon; atau penggunaan pestisida kimia. OPT lainnya berupa penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman jagung adalah penyakit bulai dan Fusarium sp.
Pengendalian penyakit bulai antara lain penggunaan varietas tahan penyakit, perlakuan benih dengan cara 1 kg benih dicampur dengan metalaksil (Ridhomil atau Saromil) 2 gram yang dilarutkan dalam 7,5-10 ml air. Sementara itu untuk jamur (Fusarium) pengendalian yang dapat dilakukan di antaranya dilakukan dengan cara membuang daun bagian bawah tongkol dengan ketentuan biji tongkol sudah terisi sempurna dan biji sudah keras.
Dapat pula dengan menyemprotkan fungisida (Dithane M-45) dengan dosis 45 gr/tangki volume isi 15 liter. Penyemprotan dilakukan pada bagian tanaman di bawah tongkol. Ini dilakukan sesaat setelah ada gejala infeksi jamur. Hama yang umum mengganggu pertanaman jagung adalah lalat bibit, penggerek batang dan tongkol.
Camat Dolo Barat, Riadin menyampaikan bahwa potensi pengembangan pertanian di wilayah Dolo Barat sangat memungkinkan untuk dioptimalkan. Untuk mendorong penerapan IP 400, harus tersedia irigasi sepanjang tahun. Dolo Barat dapat memenuhi hal tersebut, karena air irigasi yang ada selalu tersedia.
Selain itu, ternak juga tersedia untuk memproduksi pupuk organik yang dapat digunakan areal pertanaman. Karena itu, Camat Dolo Barat mengimbau agar petani, mengikuti setiap tahapan pendampingan teknologi yang diterapkan di lahan demplot sehingga dapat dilaksanakan di lokasi masing-masing.
Sekolah lapang ini diharapkan dapat memberikan peningkatakn pengetahuan, keterampilan dan sikap petani guna memperbaiki cara petani dalam membudidayakan jagung. Serta dapat meningkatkan IP yang pada akhirnya meningkatkan produksi dan pendapatan petani dan mendorong swawembada pangan. (Sumber BPTP Sulteng)