BPTP Kepri Gelar Panen Perdana Perbenihan Kedelai di Lahan Kering Marginal

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Riau dan Balai Benih Induk (BBI) Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Kesehatan Hewan Provinsi Kepulauan Riau menggelar panen benih dasar kedelai di Lahan BBI yang ada di Tembeling, Toapaya Kabupaten Bintan, Rabu (26/08/2020).

Kepala BPTP Kepri, Sugeng Widodo dalam acara sambutan mengapresiasi BBI yang siap bekerjasama untuk melakukan upaya penyediaan perbenihan kedelai. BPTP Kepri sebagai unit kerja dibawah Badan Litbang Pertanian berusaha menjawab kelangkaan benih dengan membuat demplot perbenihan kedelai yang diharapkan tidak hanya menjadi percontohan tapi juga sebagai sumber benih yang baik dan sudah tersertifikasi.

“Saya bersyukur karena walau di Kepri lahan pertanian yang ada kebanyakan mengandung bauksit dan marginal, namun tetap bisa panen kedelai dengan hasil yang cukup bagus,” katanya.

Sugeng mengungkapkan bahwa program Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang membentuk Komando Strategis Tingkat Nasional hingga tingkat Kecamatan ditujukan untuk mengoptimalkan pembangunan pertanian agar lebih maju, mandiri dan modern. Ia berharap agar Kepri nantinya memiliki benih kedelai sendiri atau mandiri benih, sehingga mengurangi ketergantungan akan pasokan benih dari luar pulau atau provinsi.

Provinsi Kepri memiliki permasalahan penyediaan benih kedelai yang baik dan tersertifikasi sehingga masih tergantung dengan Provinsi lain. Provinsi Kepri sebagai salah satu provinsi terluar dan wilayah perbatasan harus menghadapi masalah logistik dengan transportasi yang sangat mahal dan waktu yang lama dalam distribusi benih tersebut. Karena itu, Kepri harus mandiri benih supaya tidak tergantung dari provinsi lain dan negara tetangga.

Varietas tanaman berperan penting dalam produksi kedelai karena untuk mencapai hasil yang bagus sangat ditentukan oleh potensi genetiknya dan lingkungan tumbuhnya. Kondisi tanah di Kepri umumnya merupakan tanah bauksit yang marjinal. Karena itu, BPTP Kepri mengenalkan teknologi budidaya kedelai dengan dua varietas unggulan baru (VUB) dari Badan Litbang Pertanian yaitu Dega 1 dan Grobogan.

Pada saat pelaksanaan kajian di MT-2/MK 2020 terjadi anomali iklim dimana intensitas CH yang masih tinggi. Namun sebaliknya bila sedang panas, suhu tanah mencapai 340C. Maka penggunaan mulsa plastik direkomendasikan untuk mencegah terjadinya leaching (pencucian tanah), menurunkan suhu, menjaga kelembaban tanah serta mengurangi penyiangan tanaman karena keterbatasan tenaga kerja.

Hasil analisis tanah pada awal pengkajian dengan penggunakan perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) menunjukkan kandungan hara N, P, K, dan C Organik tergolong rendah serta pH masam (5,0). Dari hasil ubinan panen kedelai untuk varietas grobogan dengan mulsa diperoleh 2,70 ton/hektare (ha) biji kering sedangkan tanpa mulsa diperoleh 2,08 ton/ha.

Sedangkan varietas Dega-1 produksi sedikit di bawah varietas Grobogan yaitu 2,20 ton/ha biji kering dengan mulsa, sedangkan tanpa mulsa 1,92 ton/ha. Provitas kedelai yang diuji cukup menggembirakan karena mendekati potensi produktivitas varietas grobogan yang mencapai 3,4 ton/ha pada kondisi lahan subur dan juga jauh melebihi rata-rata produktivitas nasional yang hanya berkisar 1,65 ton/ha.

Kepala BBI, Nil Erison menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPTP Kepri yang telah membantu dan memdampingi teknologi budidaya. “BPTP Kepri telah lama bekerjasama dengan BBI dalam pengembangan tanaman pangan, hortikultura dan buah-buah. Semoga Kerjasama ini terus dapat ditingkatkan guna mendukung kemajuan pembangunan pertanian di Provinsi Kepulauan Riau,“ kata Nil.

Teknologi Budidaya

Adapun teknologi budidaya kedelai yang diterapkan saat pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, perawatan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), hingga panen. Pengolahan lahan dilakukan dengan pengolahan tanah 1 sampai 2 kali. Dalam kondisi tanah marjinal perlu penambahan pupuk dasar 2,0 ton/Ha dan penambahan dolomit pada kondisi tanah masam sekitar 1,0 ton/ha (tergantung tingkat kemasaman). Untuk menjaga kelembaban tanah dan temperatur yang tinggi digunakan mulsa plastik perak.

Untuk penanaman, dunakan benih tersertifikasi. Penanaman dilakukan dengan cara tugal 1-2 biji/lubang, langsung diberi pemupukan pertama dan ditutup. Pemupukan menggunakan dosis urea 75kg/ha, TSP 150 kg/Ha, dan KCL 75 kg/ha. Pemberian pupuk kimia dilakukan bertahap sebanyak tiga kali, setiap pemupukan 1/3 dosis pupuk total. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanam, pemupukan susulan kedua 30 hari setelah tanam (HST) dan pemupukan ketiga 56 HST.

Perawatan dilakukan dengan membebaskan lahan kedelai dari gulma dan tanaman pengganggu lainnya dengan cara disiangi atau dibersihkan dengan cangkul. Penyiraman dilakukan apabila kondisi tanah kering lapang. Pengendalian OPT dilakukan tergantung jenis hama dan penyakit serta tingkat serangan pada saat pertumbuhan vegetatif dan generatif.

Sementara, Panen benih kedelai dilakukan pada umur 92-98 HST jika daun telah rontok 90% atau lebih atau bila polong telah menjadi coklat. (Sumber BPTP Kepri)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author